Translate

Monday, January 30, 2017

Dzikir Lailaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah). oleh : Dr. Ahmad Luthfi Fatullah, Lc.



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

Dzikir  Lailaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah).

Dr. Ahmad Luthfi Fatullah,  Lc. 


Jum’at,  11 Rajab 1433 H    1 Juni 2012


 Assalamu’alaikum wr.wb.

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Salah satu Dzikir yang paling afdhol (utama) yaitu : Lailaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah).

Haditsnya adalah :
Hadits pertama:  Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam : “Wahai Rasulullah siapakah manusia yang paling berbahagia karena mendapat Syafa’atmu di hari Kiamat ?”. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Aku sudah mengira hai Abu Hurairah, bahwa tidak ada orang yang menanyakanku tentang hal ini lebih dahulu dari kamu karena aku melihatmu sangat peduli terhadap hadits.  Orang yang paling bahagia dengan syafa’atku pada hari Kiamat nanti adalah orang yang mengucapkan : Lailaha illallah (Tiada tuhan selain Allah) penuh dengan ikhlas dari dalam dirinya.


Dalam Hadits tersebut, sebelum Rasulullah saw menjawab pertanyaan Abu Hurairah r.a., beliau mengomentari bahwa tidak ada orang yang menanyakan tentang Dzikir,  lebih dahulu sebelum Abu Hurairah r.a.  ketika itu. Dan bila kita kaji Hadits, banyak sekali hadits-hadits yang berasal dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu, karena memang beliau sangat peduli dengan Hadits.

Orang yang punya sifat  demikian (peduli terhadap Hadits) di antara para sahabat di kalangan  wanita adalah ‘Aisyah rodhiyalllahu ‘anha.

Bahwa orang yang paling bahagia, senang pada hari Kiamat kelak adalah orang yang selalu berdzikir : Lailaha illallah betul-betul ikhlas dari dalam hatinya.

Kelak pada hari Kiamat di padang Mahsyar, semua manusia akan mendapatkan Syafa’at dari Rasulullah saw. Akan tetapi selanjutnya ketika di alam Hisab, di  Shiroth (Shirothol Mustaqim) di Neraka  atau di Surga yang akan mendapatkan Syafa’at dari Rasulullah saw hanya orang-orang muslim saja. Ada sedikit orang kafir yang mendapat Syafa’at Rasulullah saw tetapi hanya meringankan siksanya saja. Contoh, paman beliau yang bernama Abi Thalib, karena sampai meninggalnya ia masih kafir maka ia  akan mendapat Syafa’at juga tetapi hanya meringankan (mengurangi) siksanya saja. Tidak sampai mengeluarkan dari neraka.

Sedangkan kita kaum muslimin akan mendapatkan Syafa’at dari Rasulullah saw yaitu yang disebut Syafa’atul ‘Udzma (Syafa’at Agung), yaitu ketika kita berada di alam Mahsyar, di alam Hisab,  di alam Mizan,  di Shiroth.  Bahkan di antara kita yang sudah masuk neraka-pun bisa ditolong oleh Syafa’at Rasulullah saw.  Dan orang yang sudah masuk surga saja tetapi masih ditingkat bawah, bisa ditolong dengan Syafa’at Rasulullah saw untuk dimasukkan ke surga yang lebih tinggi lagi tingkatannya.

Sedangkan orang non-muslim terhenti hanya sampai di Mahsyar.  Di situlah kelebihan orang yang selalu berdzikir dengan Lailaha illallah benar-benar karena keimanannya dari  dalam lubuk hatinya.  Untuk berdzikir Lailaha illallah sampai benar-benar ke dalam lubuk hati, para ulama mengatakan :  Tidak hanya sekali atau dua kali berdzikir, tetapi harus berkali-kali bahkan puluhan kali.  Maka dicarilah pengalaman, ternyata didapat pengalaman bahwa kalau sudah sepuluh kali berdzikir Lailaha illallah, baru bisa masuk ke dalam lubuk hati.  Bahkan ada yang mengatakan seratus kali baru bisa masuk ke dalam lubuk hati. Lalu dikatakan bahwa dzikir ini sekian puluh kali, atau sekian ratus kali, sehingga bisa sampai kepada puncaknya. Maka antara ulama itu berbeda-beda, mungkin seorang ulama sakali berdzikir saja sudah masuk ke dalam lubuk hati, tetapi ulama yang lain harus berkali-kali, demikian seterusnya.

Bagi kita yang orang biasa, tentu tidak bisa sekali dzikir langsung masuk, tetapi harus berkali-kali, puluhan kali bahkan ratusan kali. Kemudian sebagian ulama mencari inti dari Lailaha illallah, yaitu Allah.   Jadi mengucapkananya adalah : Allah, Allah, Allah, dst. berkali-kali. Lalu dicari lagi, Allah itu intinya di mana, ternyata ada di : Hu.  Maka ada kelompok-kelompok dzikir yang lafadz-nya bukan Lailaha illallah melainkan : Hu, Hu, Hu, dst. (Ini tidak dicontohkan oleh Rasulullah saw). Bagi orang yang tidak sampai tingkat itu, maka tidak usah demikian, cukup dengan me-lafadz-kan yang biasa-biasa saja yaitu : Lailaha illallah.  (Yang ini pasti benar, karena inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw).

Ketika kita berdzikir  Lailaha illallah  maka apa yang ada dalam hati kita adalah bayangan bahwa Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah.  Itulah ke-Tauhid-an yang menyeluruh, yang tidak ada keraguan di dalamnya. Ke-Tauhid-an yang menempatkan Allah sebagai posisi sebagai Tuhan yang sebenarnya.
Tidak ada Tuhan lain kecuali Allah, yaitu Tuhan yang punya Asma  Al Malikul Quddus, Assalamul,  Mu’minul,  Muhaiminul, ‘Azizul, Jabbarul Muttakabbir, Al Kholiqul Bari-ul, Musyawirul dan seterusnya seperti dalam Asmaul Husna. Itu baru semnpurna.

Hadits kedua : Dari Jabbir ibn Abdullah rodhiyallahu ‘ahnu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Dzikir yang paling afdhol (utama) adalah Lailaha illallah (Tiada tuhan selain Allah)  dan do’a yang paling afdhol adalah : Alhamdulillah (segala puji bagi Allah).(Hadits riwayat Imam Tirmidzi, imam Ibnu Majah dan Imam Ahmad).

Hadits tersebut adalah Hadits hasan, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad. Kenapa Dzikir yang paling afdhol adalah Lailaha illallah, karena bila ditarik ke dzikir yang mana saja, intinya adalah pada Lailaha illallah.

Demikian pula Alhamdulillah,  tidak ada maknanya kalau tidak ada Lailaha illallah.
Seperti yang sering kita dengar ucapan orang-orang Kristen : Puji Tuhan, karena mereka tuhannya ada tiga, maka tidak bermakana Lailaha illallah dan tidak ada maknanya sama sekali.

Ayat yang paling bagus (ayat Kursi) isinya adalah ke-Tauhid-an,  intinya adalah Lailaha illallah. Ayat mana saja yang ada di AlQur’an, muaranya adalah Lailaha illallah. Oleh karena itu adalah wajar kalau dzikir yang paling afdhol adalah Lailaha illallah.

Do’a yang paling afdhol adalah Alhamdulillah. Karena ketika kita mengucap Alhamdulillah maka konsep La-insyakartum la-a zidannakum seperti terdapat dalam Surat Ibrahim ayat 7 menjadi berlaku. :

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Ketika kita bersyukur, maka nikmat Allah langsung ditambah oleh Allah subhanahu wata’ala. Cukup dengan Alhamdulillah, nikmat kita pasti akan ditambah bahkan tambahannya lebih besar dari kenikmatan yang baru saja di dapat. Maka para ulama ketika berdo’a, selalu diawali dengan ucapan Alhamdulillah. Atau diawali denga Istighfar untuk membersihkan dirinya, lalu kemudian Alhamdulillah. Kemudian shalawat, lalu ucapan doa (permintaan) yang diinginkan. Dan penutup doa adalah sholawat dan Alhamdulillahirobill ‘alamin.

Ketika kita beribadah, maka kita bersyukur bisa beribadah. Berapa banyak orang yang ingin beribadah tetapi tidak bisa beribadah karena sakit atau halangan lainnya.  Bahkan kita sering diajarkan untuk  bersyukur karena telah diberikan Nikmat Iman dan Islam, karena itulah nikmat yang paling besar bagi manusia. Karena pintu surga adanya pada Iman dan Islam itu.
Dan bila kita melihat jumlah penduduk dunia, yang muslim lebih sedikit (minoritas) dibanding non muslim.  Alhamdulillah, meskipun minoritas, kita termasuk yang muslim dan mu’min. termasuk orang yang berurntung.
Dan silakan kita selanjutnya men-syukuri nikmat yang kita peroleh, misalnya nikmat sehat, nikmat rezki, dan nikmat yang paling besar menurut AlQur’an dan Hadits  adalah nikmat Iman dan Islam.

Nikmat besar yang kedua adalah Sabar. Kalau anda belum punya kesabaran yang tinggi maka berarti anda belum diberikan nikmat besar setelah nikmat Iman dan Islam.  Bisa kita lihat di Kitab Riyadhushshalihin Hadits tentang Sabar.   Hadits nomor 26 : Rasulullah bersabda : “Tidaklah seorang diantara kalian diberi kenikmatan lebih baik dan lebih luas (setelah nikmat Iman dan Islam) dibanding kenikmatan Sabar”.

Kenapa Sabar ?  Karena sabar itu ujung-ujungnya baik. Menjadi orang kaya lalu sabar, maka hasilnya positif, menjadi orang miskin lalu sabar, maka hasilnya-pun positif. Menjadi orang yang sedang-sedang saja (tidak kaya dan tidak miskin) lalu ber-sabar, maka hasilnya positif.
Sedangkan menjadi orang kaya kalau tidak sabar (misalnya pemarah) maka akan celaka. Demikian pula menjadi orang miskin, tetapi pemarah, maka akan celaka, bahkan lebih dari celaka.

Dalilnya adalah : Orang yang berusaha bersabar, maka Allah akan jadikan ia orang yang sabar.  Orang yang tidak berusaha sabar, maka tidak akan menjadi orang sabar. Orang yang berusaha (merasa) menjadi kaya, maka ia akan dikayakan oleh Allah. Orang yang (merasa) miskin, maka oleh Allah akan dimiskinkan (miskin hati), meskipun ia punya harta yang banyak. Maka ia tidak pernah merasakan nikmatnya menjadi orang kaya.

Menjadi orang kaya, minimal kaya hati (kaya perasaan), maka ia akan menjadi Qona’ah (puas dengan apa yang Allah karuniakan). Bahkan orang yang Qona’ah akan bisa menjadi kaya harta, karena Allah yang menghendaki ia menjadi orang kaya harta.

Hadits ketiga :  Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda : “Wahai sahabat-sahabatku, perbaharuilah keimanan kalian”.  Sahabatpun ada yang bertanya : “Ya Rasulullah, bagaimanakah cara kami memperbaharui keimanan kami ?”.   Beliau menjawab : :”Perbanyaklah mengucap : Lailaha illallah (Tiada tuhan selain Allah)”. (Hadits Riwayat Imam Ahmad).


Berdasarkan Hadits tersebut, untuk meningkatkan, memperbaharui iman kita, maka kita perbanyak dengan dzikir (ucapan) : Lailaha illallah.  Ketika kita berdzikir dengan ucapan tersebut, maka terbayang lagi Alhamdulillahirobbil ‘alamin. Arrohmanirrohim, Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, Allahu lailaha illa huwaal hayyul qoyyum, lata’ khudzuhu sinatun wala naum, dst. 

Bagi orang yang merasa sedang turun imannya, maka perbanyaklah dzikir dengan ucapan Lailaha illallah. Berapa kali ? Tidak disebutkan berapa kali dalam Hadits tersebut. Terserah berapa kali sesuai dengan keperluan dan kemampuannya. Orang yang bagus imannya, maka sholatnyapun semakin khusyu’ dan rajin. Orang yang sudah merasakan nikmatnya Iman, maka ia ingin menambah lagi kenikmatan Imannya itu, sehingga semakin naik peringkatnya.
Orang yang imannya sekedar ada, maka sholatnyapun seperlunya, selesai sholat, asssalamu’alaikum tengok kanan dan tengok kiri, langsung pergi (kabur) tidak diikuti dengan dzikir dan wirid. Sholatnya hanya sekedar menggugurkan kewajiban, tidak ada kenikmatannya.

Maka sekali lagi bagi anda yang tingkat keimanannya masih tingkat dasar atau menengah (Tingkat SD atau SMP), silakan melakukan dzikir Lailaha illallah dengan makna yang luas. Akan  terasa bermakna ucapan dzikir tersebut, sehingga nantinya akan menyenangi dzikir.
Ibarat seseorang yang pergi piknik ke pegunungan (Puncak), maka orang itu hanya mengatakan bagus pemandangannya, banyak pohon-pohon yang menghijau, hawanya sejuk dst. Itu karena tingkat keimanan seseorang itu masih rendah. 

Tetapi orang yang tingkat keimanannya sudah tinggi, maka ketika ia bertamasya ke daerah pegunungan, yang sejuk, pemandangan indah, pohon-pohon yang menghijau, maka ia akan mengucapkan Alhamdulillah, Subhanalalah, Allahu Akbar, ingat Allah yang menciptakan alam ini luar biasa.    Lalu ia akan ingat (berangan-angan) : Kalau di Puncak saja sedemikian indah, bagaimana pula kelak di Surga, tentu jauh lebih indah dari di Puncak.

Maka bila anda melihat kemewahan di dunia, apakah itu rumah yang indah, atau mobil yang bagus,mewah, maka kelak di Hari Kiamat dan hari di bangkitkan, akan terlihat mana yang salah dan mana yang benar. Sementara orang di dunia ini semua meng-klaim (mengaku) dia-lah yang benar. Yang Kristen mengaku benar, yang Hindu mengaku dirinya paling benar, Yahudi-pun mengaku paling benar. Semua masing-masing meng-kalim. Tetapi “ketok palunya” (ketentuannya) adalah Hari Kiamat, Yaumul  Mi’ad (hari yang dijanjikan). Di situlah nanti ditentukan siapa yang benar dan siapa yang salah, siapa yang masuk surga dan siapa yang masuk neraka.

Maka bagi orang yang muslim, mu’min, yang ketika di dunia sering mengucapkan Lailaha illallah, ketika di Hari Kiamat ia akan merasa senang sekali, Alhamdulillah, dulu aku senang berdzikir.  Ketika hidup di dunia semua punya kesempatan untuk menjadi orang sholih. Tidak pandang ia pegawai atau pedagang, ustad atau anak santri,  atau sebagai apa saja, semua punya peluang untuk masuk Surga dengan rajin ber-dzikir serta ibadah-ibadah yang lain, sebagai tanda orang yang beriman kepada Allah subhanahu wata’ala.  Berdzikirnya tidak ada batasan berapa kali.  Sekuatnya,  mau berdzikir Lailaha illallah beberapa kali, sepuluh kali, seratus kali atau seribu kali terserah, tidak ada batasan. Dan tidak usah diperdengarkan kepada orang lain. Cukup berbisik atau bergumam saja, dirinya sendiri saja yang mendengar. Nanti akan terasa keimanan kita akan lain.  Mungkin sehari – dua hari belum terasa, tetapi lama-lama akan terasa berbeda.

Dan ucapannya bukan hanya Lailaha illallah saja, tetapi juga ada lafadz-lafadz yang lain, seperti dalam Hadits yang ke-empat berikut :


Hadits ke-empat :

Dari Thalhah bin Ubaidillah rodhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Doa yang paling afdhol (utama) adalah do’a pada Hari Arofah,  dan kata-kata (dzikir) yang paling afdhol yang pernah aku dan nabi-nabi sebelumku ucapkan,  adalah : Lailaha illallah wahdahu lasyarikalahu (Tiada tuhan selain Allah, Tuhan satu-satunya, tidak ada sekutu baginya). (Hadits riwayat Imam Malik).

Intinya ada pada : Lailaha illallah. Bila hendak dilengkapi dengan Wahdahu lasyarikalahu,  maka boleh dan itu lebih sempurna.   Do’a yang paling afdhol adalah do’a ketika ada di padang Arofah. Tetapi do’a itu afdhol  juga karena faktor orang yang mengucapkannya, waktunya, dan faktor tempatnya serta faktor tujuannya.  Bila empat hal itu bisa bertemu maka akan menjadi lebih kuat lagi. Misalnya, berdo’a di kantor dengan di masjid, akan lebih afdhol bila di masjid.

-     UntukTempat yang paling afdhol adalah do’a di Multazam (antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah) di Masjidil Haram. 
-          Untuk hari, maka yang paling afdhol adalah do’a pada Malam Lailatul Qadar.
-      Untuk orang, maka yang paling afdhol adalah do’a seorang ibu yang mendo’akan anaknya. Karena statusnya sebagai ibu kepada anaknya.
-          Untuk kondisi, maka yang paling afdhol adalah do’a orang musyafir.
-          Untuk Muththor (terpaksa, dipaksa) maka do’a orang yang dipaksa adalah afdhol (mustajab).
-     Untuk semua faktor tersebut,  maka do’a yang paling afdhol (mustajab) adalah ketika orang sedang Wukuf di Arofah. Dari segi waktu, tempat, kondisi dan orangnya semua kena, karena orang yang sedang Wukuf di Arofah adalah sedang berhaji (Tamu Allah)

Dan do’a yang paling afdhol ketika di Arofah adalah memohon ampunan kepada Allah subhanahu wata’ala. (Istighfar), dan Husnul Khotimah.  Semua isi do’a adalah untuk urusan Akhirat.   Demikian pula ketika Thawaf di Masjidil Haram, do’anya adalah Robbana atina fiddun-ya hasanah, wafil akhiroti hasanah waqina ‘adzabannaar.  Semua untuk urusan Akhirat.

Juga ketika Sa’i (berjalan bolak-balik antara Sofa dan Marwah), do’anya adalah Robbighfir, Warham, Wa’fu, Watakarrom,  Watajawaz ‘amma ta’lamu, innaka ta’lamu mala na’lamu,  innaka antallahul a’azzul akram,  adalah do’a minta ampunan dari Allah subhanahu wata’ala.

Maka dengan membaca empat Hadits tentang dzikir Lailaha illallah sebagaimana tersebut di atas, maka kita tahu dan paham akan maknanya, filosofinya, wawasan dan tujuannya kita akan semakin mantap.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYAHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

                                                                ______________

No comments:

Post a Comment