PENGAJIAN DHUHA
MASJID BAITUSSALAM
Dzikir Lailaha
illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah).
Jum’at, 11 Rajab 1433 H – 1 Juni 2012
Assalamu’alaikum
wr.wb.
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Salah satu Dzikir yang
paling afdhol (utama) yaitu : Lailaha
illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah).
Haditsnya
adalah :
Hadits
pertama: Dari
Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wasallam : “Wahai Rasulullah siapakah manusia yang paling
berbahagia karena mendapat Syafa’atmu di hari Kiamat ?”. Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam menjawab : “Aku sudah mengira hai Abu Hurairah, bahwa tidak
ada orang yang menanyakanku tentang hal ini lebih dahulu dari kamu karena aku
melihatmu sangat peduli terhadap hadits.
Orang yang paling bahagia dengan syafa’atku pada hari Kiamat nanti
adalah orang yang mengucapkan : Lailaha
illallah (Tiada tuhan selain Allah) penuh dengan ikhlas dari dalam dirinya.
Dalam Hadits tersebut, sebelum
Rasulullah saw menjawab pertanyaan Abu Hurairah r.a., beliau mengomentari bahwa
tidak ada orang yang menanyakan tentang Dzikir,
lebih dahulu sebelum Abu Hurairah r.a.
ketika itu. Dan bila kita kaji Hadits, banyak sekali hadits-hadits yang
berasal dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu, karena memang beliau
sangat peduli dengan Hadits.
Orang yang punya sifat demikian (peduli terhadap Hadits) di antara
para sahabat di kalangan wanita adalah ‘Aisyah rodhiyalllahu ‘anha.
Bahwa orang yang paling bahagia, senang
pada hari Kiamat kelak adalah orang yang selalu berdzikir : Lailaha
illallah betul-betul ikhlas dari dalam hatinya.
Kelak pada hari Kiamat di padang Mahsyar, semua
manusia akan mendapatkan Syafa’at dari Rasulullah saw. Akan tetapi selanjutnya
ketika di alam Hisab, di Shiroth
(Shirothol Mustaqim) di
Neraka atau di Surga yang akan mendapatkan
Syafa’at dari Rasulullah saw hanya orang-orang muslim saja. Ada sedikit orang kafir yang mendapat
Syafa’at Rasulullah saw tetapi hanya meringankan siksanya saja. Contoh, paman
beliau yang bernama Abi Thalib, karena sampai meninggalnya ia masih kafir maka
ia akan mendapat Syafa’at juga tetapi
hanya meringankan (mengurangi) siksanya saja. Tidak sampai mengeluarkan dari
neraka.
Sedangkan kita kaum muslimin akan
mendapatkan Syafa’at dari Rasulullah saw yaitu yang disebut Syafa’atul
‘Udzma (Syafa’at Agung), yaitu ketika kita berada di alam Mahsyar, di alam Hisab, di alam Mizan, di Shiroth.
Bahkan di antara kita yang sudah masuk neraka-pun bisa ditolong oleh
Syafa’at Rasulullah saw. Dan orang yang
sudah masuk surga saja tetapi masih ditingkat bawah, bisa ditolong dengan
Syafa’at Rasulullah saw untuk dimasukkan ke surga yang lebih tinggi lagi
tingkatannya.
Sedangkan orang non-muslim terhenti
hanya sampai di Mahsyar. Di situlah
kelebihan orang yang selalu berdzikir dengan Lailaha illallah
benar-benar karena keimanannya dari
dalam lubuk hatinya. Untuk
berdzikir Lailaha illallah sampai benar-benar ke dalam lubuk hati, para
ulama mengatakan : Tidak hanya sekali
atau dua kali berdzikir, tetapi harus berkali-kali bahkan puluhan kali. Maka dicarilah pengalaman, ternyata didapat
pengalaman bahwa kalau sudah sepuluh kali berdzikir Lailaha illallah, baru
bisa masuk ke dalam lubuk hati. Bahkan
ada yang mengatakan seratus kali baru bisa masuk ke dalam lubuk hati. Lalu dikatakan bahwa dzikir ini sekian puluh kali, atau
sekian ratus kali, sehingga bisa sampai kepada puncaknya. Maka antara ulama itu
berbeda-beda, mungkin seorang ulama sakali berdzikir saja sudah masuk ke dalam
lubuk hati, tetapi ulama yang lain harus berkali-kali, demikian seterusnya.
Bagi kita yang orang biasa, tentu tidak bisa sekali dzikir langsung masuk,
tetapi harus berkali-kali, puluhan kali bahkan ratusan kali. Kemudian sebagian
ulama mencari inti dari Lailaha illallah, yaitu Allah.
Jadi mengucapkananya adalah :
Allah, Allah, Allah, dst. berkali-kali.
Lalu dicari lagi, Allah itu intinya di mana, ternyata ada di : Hu.
Maka ada kelompok-kelompok dzikir yang lafadz-nya bukan Lailaha illallah melainkan : Hu,
Hu, Hu, dst. (Ini tidak dicontohkan oleh Rasulullah saw). Bagi orang
yang tidak sampai tingkat itu, maka tidak usah demikian, cukup dengan me-lafadz-kan yang biasa-biasa saja yaitu :
Lailaha
illallah. (Yang ini pasti benar,
karena inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw).
Ketika kita berdzikir Lailaha
illallah maka apa yang ada dalam
hati kita adalah bayangan bahwa Tidak
ada sesembahan yang berhak disembah
kecuali Allah. Itulah ke-Tauhid-an
yang menyeluruh, yang tidak ada keraguan di dalamnya. Ke-Tauhid-an yang
menempatkan Allah sebagai posisi sebagai Tuhan yang sebenarnya.
Tidak ada Tuhan lain kecuali Allah, yaitu Tuhan yang punya Asma Al Malikul Quddus, Assalamul, Mu’minul,
Muhaiminul, ‘Azizul, Jabbarul Muttakabbir, Al Kholiqul Bari-ul,
Musyawirul dan seterusnya seperti dalam Asmaul Husna. Itu
baru semnpurna.
Hadits kedua : Dari Jabbir ibn Abdullah rodhiyallahu ‘ahnu, Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda : Dzikir yang paling afdhol (utama) adalah Lailaha illallah (Tiada tuhan selain
Allah) dan do’a yang paling afdhol
adalah : Alhamdulillah (segala puji
bagi Allah).(Hadits riwayat Imam Tirmidzi, imam Ibnu Majah dan Imam Ahmad).
Hadits tersebut adalah Hadits hasan, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu
Majah dan Ahmad. Kenapa Dzikir yang paling afdhol
adalah Lailaha illallah, karena bila ditarik ke dzikir yang mana saja,
intinya adalah pada Lailaha illallah.
Demikian pula Alhamdulillah, tidak ada
maknanya kalau tidak ada Lailaha illallah.
Seperti yang sering kita dengar ucapan orang-orang Kristen : Puji
Tuhan, karena mereka tuhannya ada tiga, maka tidak bermakana Lailaha
illallah dan tidak ada maknanya sama sekali.
Ayat yang paling bagus (ayat Kursi) isinya adalah ke-Tauhid-an, intinya adalah Lailaha illallah.
Ayat mana saja yang ada di AlQur’an, muaranya adalah Lailaha illallah. Oleh
karena itu adalah wajar kalau dzikir yang paling afdhol adalah Lailaha illallah.
Do’a
yang
paling afdhol adalah Alhamdulillah.
Karena ketika kita mengucap Alhamdulillah
maka konsep La-insyakartum la-a
zidannakum seperti terdapat dalam Surat Ibrahim ayat 7 menjadi berlaku. :
Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Ketika kita bersyukur, maka nikmat Allah
langsung ditambah oleh Allah subhanahu
wata’ala. Cukup dengan Alhamdulillah, nikmat kita pasti
akan ditambah bahkan tambahannya lebih besar dari kenikmatan yang baru saja di
dapat. Maka para ulama ketika berdo’a, selalu diawali dengan ucapan Alhamdulillah.
Atau diawali denga Istighfar untuk membersihkan dirinya, lalu kemudian Alhamdulillah.
Kemudian shalawat, lalu
ucapan doa (permintaan) yang diinginkan. Dan penutup doa adalah sholawat dan Alhamdulillahirobill ‘alamin.
Ketika kita beribadah, maka kita bersyukur
bisa beribadah. Berapa banyak orang yang ingin beribadah tetapi tidak bisa
beribadah karena sakit atau halangan lainnya.
Bahkan kita sering diajarkan untuk
bersyukur karena telah diberikan Nikmat
Iman dan Islam, karena itulah nikmat yang paling besar bagi manusia. Karena
pintu surga adanya pada Iman dan Islam itu.
Dan bila kita melihat jumlah penduduk
dunia, yang muslim lebih sedikit (minoritas) dibanding non muslim. Alhamdulillah, meskipun minoritas,
kita termasuk yang muslim dan mu’min. termasuk orang yang berurntung.
Dan silakan kita selanjutnya men-syukuri
nikmat yang kita peroleh, misalnya nikmat sehat, nikmat rezki, dan nikmat yang
paling besar menurut AlQur’an dan Hadits
adalah nikmat Iman dan Islam.
Nikmat besar yang kedua adalah Sabar. Kalau anda belum punya kesabaran
yang tinggi maka berarti anda belum diberikan nikmat besar setelah nikmat Iman
dan Islam. Bisa kita lihat di Kitab Riyadhushshalihin Hadits tentang Sabar.
Hadits nomor 26 : Rasulullah bersabda : “Tidaklah seorang
diantara kalian diberi kenikmatan lebih baik dan lebih luas (setelah nikmat
Iman dan Islam) dibanding kenikmatan Sabar”.
Kenapa Sabar ? Karena sabar
itu ujung-ujungnya baik. Menjadi orang kaya lalu sabar, maka hasilnya positif,
menjadi orang miskin lalu sabar, maka hasilnya-pun positif. Menjadi orang yang
sedang-sedang saja (tidak kaya dan tidak miskin) lalu ber-sabar, maka hasilnya
positif.
Sedangkan menjadi orang kaya kalau tidak sabar (misalnya pemarah) maka akan
celaka. Demikian pula menjadi orang miskin, tetapi pemarah, maka akan celaka,
bahkan lebih dari celaka.
Dalilnya adalah : Orang yang
berusaha bersabar, maka Allah akan jadikan ia orang yang sabar. Orang yang tidak berusaha sabar, maka tidak
akan menjadi orang sabar. Orang yang berusaha
(merasa) menjadi kaya, maka ia akan dikayakan oleh Allah. Orang yang (merasa)
miskin, maka oleh Allah akan dimiskinkan (miskin hati), meskipun ia punya harta
yang banyak. Maka ia tidak pernah merasakan nikmatnya menjadi orang kaya.
Menjadi orang kaya, minimal kaya hati (kaya perasaan), maka ia akan menjadi
Qona’ah (puas dengan apa yang Allah
karuniakan). Bahkan orang yang Qona’ah akan bisa menjadi kaya harta, karena
Allah yang menghendaki ia menjadi orang kaya harta.
Hadits ketiga : Dari Abu Hurairah
rodhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda : “Wahai sahabat-sahabatku,
perbaharuilah keimanan kalian”.
Sahabatpun ada yang bertanya : “Ya Rasulullah, bagaimanakah cara kami
memperbaharui keimanan kami ?”. Beliau
menjawab : :”Perbanyaklah mengucap : Lailaha
illallah (Tiada tuhan selain Allah)”. (Hadits Riwayat Imam Ahmad).
Berdasarkan Hadits tersebut, untuk meningkatkan, memperbaharui iman kita,
maka kita perbanyak dengan dzikir (ucapan)
: Lailaha
illallah. Ketika kita berdzikir
dengan ucapan tersebut, maka terbayang lagi Alhamdulillahirobbil
‘alamin. Arrohmanirrohim, Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, Allahu lailaha illa
huwaal hayyul qoyyum, lata’ khudzuhu sinatun wala naum, dst.
Bagi orang yang merasa sedang turun imannya, maka perbanyaklah dzikir
dengan ucapan Lailaha illallah. Berapa kali ? Tidak disebutkan berapa kali
dalam Hadits tersebut. Terserah berapa kali sesuai dengan keperluan dan
kemampuannya. Orang yang bagus imannya, maka sholatnyapun semakin khusyu’ dan
rajin. Orang yang sudah merasakan nikmatnya
Iman, maka ia ingin menambah lagi kenikmatan Imannya itu, sehingga semakin
naik peringkatnya.
Orang yang imannya sekedar ada, maka sholatnyapun seperlunya, selesai
sholat, asssalamu’alaikum tengok
kanan dan tengok kiri, langsung pergi (kabur) tidak diikuti dengan dzikir dan wirid. Sholatnya hanya sekedar menggugurkan kewajiban, tidak ada kenikmatannya.
Maka sekali lagi bagi anda yang tingkat keimanannya masih tingkat dasar
atau menengah (Tingkat SD atau SMP), silakan melakukan dzikir Lailaha
illallah dengan makna yang luas. Akan terasa bermakna ucapan dzikir tersebut,
sehingga nantinya akan menyenangi dzikir.
Ibarat seseorang yang pergi piknik ke pegunungan (Puncak), maka orang itu
hanya mengatakan bagus pemandangannya, banyak pohon-pohon yang menghijau,
hawanya sejuk dst. Itu karena tingkat keimanan seseorang itu masih rendah.
Tetapi orang yang tingkat keimanannya sudah tinggi, maka ketika ia
bertamasya ke daerah pegunungan, yang sejuk, pemandangan indah, pohon-pohon
yang menghijau, maka ia akan mengucapkan Alhamdulillah,
Subhanalalah, Allahu Akbar, ingat
Allah yang menciptakan alam ini luar biasa. Lalu ia akan ingat (berangan-angan) : Kalau
di Puncak saja sedemikian indah, bagaimana pula kelak di Surga, tentu jauh
lebih indah dari di Puncak.
Maka bila anda melihat kemewahan di dunia, apakah itu rumah yang indah,
atau mobil yang bagus,mewah, maka kelak di Hari Kiamat dan hari di bangkitkan,
akan terlihat mana yang salah dan mana yang benar. Sementara orang di dunia ini semua meng-klaim (mengaku) dia-lah yang
benar. Yang Kristen mengaku benar, yang Hindu mengaku dirinya
paling benar, Yahudi-pun mengaku paling benar. Semua masing-masing meng-kalim.
Tetapi “ketok palunya” (ketentuannya) adalah Hari Kiamat, Yaumul Mi’ad
(hari yang dijanjikan). Di situlah nanti ditentukan siapa yang benar dan siapa
yang salah, siapa yang masuk surga dan siapa yang masuk neraka.
Maka bagi orang yang muslim, mu’min, yang ketika di dunia sering
mengucapkan Lailaha illallah, ketika di Hari Kiamat ia akan merasa senang
sekali, Alhamdulillah, dulu aku senang berdzikir. Ketika hidup di dunia
semua punya kesempatan untuk menjadi orang sholih. Tidak pandang ia pegawai
atau pedagang, ustad atau anak santri,
atau sebagai apa saja, semua punya peluang untuk masuk Surga dengan
rajin ber-dzikir serta ibadah-ibadah yang lain, sebagai tanda orang yang
beriman kepada Allah subhanahu
wata’ala. Berdzikirnya tidak ada
batasan berapa kali. Sekuatnya, mau berdzikir Lailaha illallah beberapa
kali, sepuluh kali, seratus kali atau seribu kali terserah, tidak ada batasan.
Dan tidak usah diperdengarkan kepada orang lain. Cukup berbisik atau bergumam
saja, dirinya sendiri saja yang mendengar. Nanti akan terasa keimanan kita akan
lain. Mungkin sehari – dua hari belum
terasa, tetapi lama-lama akan terasa berbeda.
Dan ucapannya bukan hanya Lailaha illallah saja, tetapi juga
ada lafadz-lafadz yang lain, seperti dalam Hadits yang ke-empat berikut :
Hadits ke-empat :
Dari Thalhah bin Ubaidillah rodhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Doa yang paling afdhol
(utama) adalah do’a pada Hari Arofah, dan kata-kata (dzikir) yang paling afdhol
yang pernah aku dan nabi-nabi sebelumku ucapkan, adalah : Lailaha
illallah wahdahu lasyarikalahu (Tiada tuhan selain Allah, Tuhan satu-satunya,
tidak ada sekutu baginya). (Hadits riwayat Imam
Malik).
Intinya ada pada : Lailaha illallah. Bila hendak
dilengkapi dengan Wahdahu lasyarikalahu,
maka boleh dan itu lebih sempurna.
Do’a yang paling afdhol adalah
do’a ketika ada di padang Arofah.
Tetapi do’a itu afdhol juga karena faktor orang yang mengucapkannya,
waktunya, dan faktor tempatnya serta faktor tujuannya. Bila empat hal itu bisa bertemu maka akan
menjadi lebih kuat lagi. Misalnya, berdo’a di kantor dengan di masjid, akan
lebih afdhol bila di masjid.
- UntukTempat yang paling afdhol adalah do’a di Multazam
(antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah) di Masjidil Haram.
-
Untuk hari, maka yang paling afdhol adalah do’a pada Malam Lailatul Qadar.
- Untuk orang, maka yang paling afdhol adalah do’a seorang ibu yang
mendo’akan anaknya. Karena
statusnya sebagai ibu kepada anaknya.
-
Untuk
kondisi, maka yang paling afdhol adalah do’a orang musyafir.
-
Untuk
Muththor (terpaksa, dipaksa) maka
do’a orang yang dipaksa adalah afdhol (mustajab).
- Untuk
semua faktor tersebut, maka do’a yang
paling afdhol (mustajab) adalah
ketika orang sedang Wukuf di Arofah. Dari
segi waktu, tempat, kondisi dan orangnya semua kena, karena orang yang sedang
Wukuf di Arofah adalah sedang berhaji (Tamu Allah)
Dan do’a yang paling afdhol ketika di Arofah adalah memohon
ampunan kepada Allah subhanahu wata’ala.
(Istighfar), dan Husnul Khotimah. Semua isi do’a adalah untuk urusan
Akhirat. Demikian pula ketika Thawaf di
Masjidil Haram, do’anya adalah Robbana
atina fiddun-ya hasanah, wafil akhiroti hasanah waqina ‘adzabannaar. Semua untuk urusan Akhirat.
Juga ketika Sa’i (berjalan bolak-balik antara Sofa dan Marwah), do’anya adalah Robbighfir, Warham, Wa’fu, Watakarrom, Watajawaz ‘amma ta’lamu, innaka ta’lamu mala
na’lamu, innaka antallahul a’azzul
akram, adalah do’a minta ampunan
dari Allah subhanahu wata’ala.
Maka dengan membaca empat Hadits tentang dzikir Lailaha illallah sebagaimana
tersebut di atas, maka kita tahu dan paham akan maknanya, filosofinya, wawasan
dan tujuannya kita akan semakin mantap.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYAHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA
WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
______________
No comments:
Post a Comment