Translate

Friday, February 10, 2017

Tazkiyatun Nafs (Menyucikan Hati), oleh : H. M. Abdul Kahfi (BAZNAS)



PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

Tazkiyatun Nafs
(Menyucikan Hati)

 H. M.  Abdul Kahfi (BAZNAS)

Jum’at, 28 Rabi’ul Akhir 1438H – 27 Januari 2017.
   
Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,       
Bahasan kali ini adalah tentang Tazkiyatun Nafs (Penyucian Hati atau Pembersihan Jiwa), yaitu tentang Tahapan Tazkiyatun Nafs melalui enam ibadah yang sehari-hari kita lakukan , yaitu :

I.Pemahaman Tazkiyatun Nafs.
Tazkiyatun Nafs artinya penyucian atau pembersihan atau bertumbuh-kembang Hati (Jiwa).   Ketika kita mengolah batin, fikiran dan mengolah jazad (fisik) kita, untuk beramal  secara khusyu’ dihadapan Allah subhanahu wata’ala,  dan di hadapan sesama manusia,  kita memiliki Akhlak.

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat At Tin ayat 4 – 6 : 

لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ فِىٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٍ۬ (٤) ثُمَّ رَدَدۡنَـٰهُ أَسۡفَلَ سَـٰفِلِينَ (٥) إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ فَلَهُمۡ أَجۡرٌ غَيۡرُ مَمۡنُونٍ۬ (٦)

4. Sesungguhnya Kami (Allah) telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
5. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
6. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.

Ayat tersebut menyatakan bahwa Allah subhanahu wata’ala menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dan sempurna, dan dalam derajat yang paling tinggi dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain.

Tetapi setelah menjadi manusia, ternyata banyak manusia yang tidak taat kepada Allah, bahkan melakukan kemaksiatan, mengumbar nafsu dan syahwatnya,  maka manusia akan dikembalikan kepada golongan makhluk yang serendah-rendahnya, lebih rendah dari makhluk lain seperti hewan, dst. Karena manusia tidak lagi menggunakan Nafs (hatinya yang bersih dan kebersihan akalnya). Apalagi dengan sikap sombongnya, yang akan memunculkan sifat permusuhan antara sesama manusia.

Nafs artinya Jiwa atau Nafsu.  Tazkiyatunnafs artinya penyucian Jiwa (hati). Dalam diri manusia ada dua fungsi yang berjalan, yaitu Lahiriyah dan Bathini-yah. Secara lahiriyah kita berhubungan (ber-Muamalah) dengan sesama manusia dan secara Bathin kita selalu berhubungan (beribadah ) kepada Allah subhanahu wata’ala. Dua ikatan tersebut tidak boleh dipisahkan, antara aktivitas lahiriyah dan aktivitas bathiniyah.

Pentingnya Tazkiyatun Nafs.
Tazkiyatun Nafs merupakan salah satu tugas Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam yang diutus untuk umat manusia, Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surat Al Jumu’ah ayat 2 :


هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلۡأُمِّيِّـۧنَ رَسُولاً۬ مِّنۡہُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡہِمۡ ءَايَـٰتِهِۦ وَيُزَكِّيہِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِى ضَلَـٰلٍ۬ مُّبِينٍ۬ (٢)

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,

Juga Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 151 :


كَمَآ أَرۡسَلۡنَا فِيڪُمۡ رَسُولاً۬ مِّنڪُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡكُمۡ ءَايَـٰتِنَا وَيُزَكِّيڪُمۡ وَيُعَلِّمُڪُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ وَٱلۡحِڪۡمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمۡ تَكُونُواْ تَعۡلَمُونَ (١٥١)

Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.

Dalam ayat-ayat tersebut, ter-pesan pelajaran, beberapa Ahli Tafsir menyebutkan bahwa ayat-ayat tersebut mengajarkan kepada kita manusia, ada 3 pesan yang diemban oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wassallam :

1.     Diutusnya beliau oleh Allah subhanahu wata’ala adalah menyampaikan visi dan missi-Nya untuk menyebarkan agama Allah subhanahu wata’ala.
2.     Rasulullah saw mengajarkan kepada kita manusia, yaitu proses Tazkiyah (menyucikan, membersihkan hati), pertama di Jazirah Arab di mana kaum kafir Quraisy yang membangkang kepada Nabi-Nabi baik Nabi Muhammad saw maupun kepada Nabi-Nabi sebelumnya.  Nabi Muhammad saw diutus dan dipesan oleh Allah subhanahu wata’ala, untuk mengubah mental manusia-manusia tersebut dengan mengajarkan agama Tauhid.  Bagaimana menyucikan hati, dengan sentuhan-sentuhan hati, dengan teladan dan tutur kata yang baik.
3.     Rasulullah saw mengajarkan Al Kitab (AlQur’an) dan Al Hikmah (As Sunnah) yang juga diajarkan kepada kita semua.

II. Tazkiyatun Nafs menjadikan keberuntungan.
Demikian itu ditegaskan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam Surat Asy Syams  ayat 1 – 10 :
سُوۡرَةُ الشّمس
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

وَٱلشَّمۡسِ وَضُحَٮٰهَا (١) وَٱلۡقَمَرِ إِذَا تَلَٮٰهَا (٢) وَٱلنَّہَارِ إِذَا جَلَّٮٰهَا (٣) وَٱلَّيۡلِ إِذَا يَغۡشَٮٰهَا (٤) وَٱلسَّمَآءِ وَمَا بَنَٮٰهَا (٥) وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا طَحَٮٰهَا (٦) وَنَفۡسٍ۬ وَمَا سَوَّٮٰهَا (٧) فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقۡوَٮٰهَا (٨) قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّٮٰهَا (٩) وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّٮٰهَا (١٠)

1. Demi matahari dan cahayanya di pagi hari,
2. dan bulan apabila mengiringinya,
3. dan siang apabila menampakkannya,
4. dan malam apabila menutupinya,
5. dan langit serta pembinaannya,
6. dan bumi serta penghamparannya,
7. dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
10. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Dalam Surat tersebut, Allah subhanahu wata’ala bersumpah sampai sebelas kali dengan kata “Wawu-Qosam”, bahwa beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwanya dan sungguh merugilah orang-orang yang mengotorinya.
Dalam Surat tersebut, tentang Tazkiyatun Nafs menjadi perhatian utama.  Bagaimana-pun mulianya seseorang ketika ia berkat-kata yang baik di hadapan manusia tetapi hatinya kosong. Hatinya buruk penuh dengki, maka kata-kata yang keluar dari lisannya sekedar keluar saja tidak membekas pada orang yang men-dengarkannya. Tidak ada hikmah di dalamnya.

III. Tazkiyatun Nafs ibarat wadah.
Wadah adalah alat menempatkan barang, misalnya gelas, tempat air minum. Bila gelas itu tidak bersih, maka bila dituangkan air minum ke dalam gelas tersebut, maka orang tidak mau meminumnya. Karena gelasnya tidak bersih. Demikian pula diri seseorang, ketika ia penuhi hatinya (jiwanya) dengan amalan-amalan yang kotor,  maka ucapan yang keluar dari mulutnya juga tidak baik. Bila hati seseorang itu kotor, maka fikirannyapun tidak baik (tidak bersih).

IV.Dasar atau landasan melakukan Tazkiyatun Nafs :
1.  Wudhu dan mendawamkannya (selalu dalam keadaan Wudhu), dalam Kitab Taudhikul Ahkam dan berdasarkan Hadits-Hadits Shahih bahwa Wudhu adalah proses pembersihan  dan menjadi salah-satu syarat sah-nya sholat. Dalam Hadits tersebut disampaikan bahwa bila seorang ingin menyampai-kan satu amalan, maka Wudhu juga merupakan proses penyucian jiwa, disamping membersihkan fisik dari kotoran, juga untuk meraih kecintaan Allah subhanahu wataa’ala. Orang yang selalu mendawamkan Wudhu akan meraih kecintaan Allah swt. Dalam Hadits Shahih disebutkan Rasulullah saw bersabda: Umat-ku kelak di Akhirat akan aku kenali dari bekas-bekas Wudhu-nya, ia akan meraih Ridho Allah swt.

2.  Himmatul Hasanah, semangat untuk selalu melakukan kebaikan-kebaikan.  Orang yang men-dawamkan Wudhu, maka ia akan menjaga Amanah jabatannya, ia tidak mau melakukan penyimpangan-penyimpangan. Ia juga akan didoakan oleh para Malaikat  dan doa Malaikat pasti terkabul.
3.  Sholat.  Tazkiyatun Nafs bisa dilakukan dengan sholat. Dengan sholat bisa tercapai Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa) apabila sholat tersebut dilakukan dengan khusyu’ dengan menghadirkan hati dalam Syarat dan Rukunnya, sesuai  ketentuan Syari’at,  sehingga  tujuan dan fungsi sholat bisa tercapai.

Dalam Surat Al Mu’minun ayat 1-7  Allah subhanahu wata’ala berfirman:
سُوۡرَةُ المؤمنون

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ (١) ٱلَّذِينَ هُمۡ فِى صَلَاتِہِمۡ خَـٰشِعُونَ (٢) وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ (٣) وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِلزَّكَوٰةِ فَـٰعِلُونَ (٤) وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ حَـٰفِظُونَ (٥) إِلَّا عَلَىٰٓ أَزۡوَٲجِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَـٰنُہُمۡ فَإِنَّہُمۡ غَيۡرُ مَلُومِينَ (٦) فَمَنِ ٱبۡتَغَىٰ وَرَآءَ ذَٲلِكَ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡعَادُونَ (٧)

1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (Yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
3. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.

Garis besarnya adalah Aflah (Orang yang beruntung). Ialah mereka yang menjaga sholat dengan khusyu’ . Dalam Tafsir Al Qurthubi disebutkan bahwa Khusyu ‘ artinya : Hatinya mampu menghadirkan Allah subhanahu wata’ala, khusyu’ kauliyah (Ucapan), dan khusyu’ dalam memaknai ayat-ayat yang dibaca.

Dalam Hadits Shahih disebutkan bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa Zainab binti Jahsyi rodhiyallahu ‘anha (isteri Rasulullah saw) adalah Al Hawa (orang yang sangat khusyu’ dan sangat ikhlas) dalam sholatnya.
Lalu Umar bin Khathab rodhiyallahu anhu bertanya : “Ya Rasulullah kenapa engkau katakan “Hawa” kepada Zainab binti Jahsyi ?”. Beliau menjawab : “Karena ia mempunyai sifat khusyu’ dan ikhlas kepada Allah subhanahu wata’ala”.

4.Zakat, Infaq dan Shodakoh.
Zakat-Infaq-Shodakoh merupakan bagian dari Penyucian (pembersihan) harta. Zakat juga bermakna Berkah, bermakna tumbuh dan berkembang, juga bermakna beres. Lihat Surat At Taubah ayat 103 :
  
خُذۡ مِنۡ أَمۡوَٲلِهِمۡ صَدَقَةً۬ تُطَهِّرُهُمۡ وَتُزَكِّيہِم بِہَا وَصَلِّ عَلَيۡهِمۡ‌ۖ إِنَّ صَلَوٰتَكَ سَكَنٌ۬ لَّهُمۡ‌ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (١٠٣)

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Ayat tersbut menyatakan bahwa Zakat berfungsi :
-         Sebagai menyucikan dan membersihkan seluruh harta yang ada pada seseorang dan membersihkan yang punya harta itu dari sifat kikir.
-         Merupakan bukti ke-Imanan seseorang. Maknanya: Orang yang tidak mau membayar Zakat, maka ia termasuk orang Munafiq.  
-         Zakat juga bermakna : Menjembatani orang Islam kepada Allah subhanahu wata’ala.
-         Zakat juga sebagai penyucian Iman seseorang.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Hadits Shahih : Tidak sempurna iman seseorang yang tidak ber-zakat (enggan membayar zakat).

Dalam AlQur’an ada 26 Surat yang isinya tentang perintah membayar Zakat, Infaq dan Shodakoh. Dan biasanya perintah sholat diikuti dengan perintah membayar Zakat.  Maknanya : Betapa pentingnya membayar  Zakat, Infaq dan Shodakoh bagi umat manusia. Orang yang membayar Zakat menunjukkan bahwa orang tersebut produktif, sebagaimana dalam Surat Al Mu’minun  tersebut di atas.

5.Shiam (Puasa).
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah Hadits Shahih : Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka  Allah tidak membutuhkan tidak makan dan minumnya orang itu. 

Maknanya, bahwa puasa tidak hanya sekedar menahan tidak makan dan minum tetapi juga menjaga (menahan) hawa-nafsu untuk berkata-kata dusta dan fikiran serta akal kita agar puasa yang kita lakukan menjadi amal yang diterima Allah subhanahu wata’ala. Maka Puasa Senin-Kamis sangat dianjurkan untuk melatih diri kita, mudah-mudahan kita bisa mengamalkannya secara Istiqomah.

6. Haji dan Ber-Qurban.
Allah subhanahu wata’a berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 197 :
وۡرَةُ البَقَرَة

ٱلۡحَجُّ أَشۡهُرٌ۬ مَّعۡلُومَـٰتٌ۬‌ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلۡحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِى ٱلۡحَجِّ‌ۗ وَمَا تَفۡعَلُواْ مِنۡ خَيۡرٍ۬ يَعۡلَمۡهُ ٱللَّهُ‌ۗ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰ‌ۚ وَٱتَّقُونِ يَـٰٓأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَـٰبِ (١٩٧)


(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku, Hai orang-orang yang berakal.

Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa dalam beribadah Haji harus dijaga, jangan sampai mengeluarkan kata-kata kotor, berdebat, dst. Maka bila kita sedang ber-Haji lalu dalam pelaksanannya  ada orang yang marah-marah kepada kita, hendaknya kita tetap sabar, diam, tidak usah dijawab dan dikomentari. Karena ketika seseorang sedang ibadah Haji, semua mental dan fisik dipertaruhkan (diuji) untuk bisa menjadi Hamba Allah subhanahu wata’ala, yang sempurna dalam ibadah Haji.

Ketika ibadah Haji, di sana ada tempat-tempat yang mustajab untuk berdo’a, dan ada kata-kata yang mustajab ketika ibadah Haji, dan ada waktu yang mustajab untuk berdo’a. Semua itu terhimpun dalam Ibadah Haji. 
Sehingga ketika orang pulang dari ibadah Haji insya Allah menjadi contoh untuk orang-orang disekitarnya (tempat tinggal atau tempat bekerja). Sholatnya, Puasanya, Zakatnya, semakin rajin, perilaku dan ucapannya semakin baik karena ia sudah melakukan Tazkiyatun Nafs dengan Ibadah Hajinya. 

Doa’-do’a di tempat yang mustajab sudah ia lakukan, dan insya Allah do’anya terkabul.  Bagi yang belum Haji, kita do’akan mudah-mudahan bisa ber-haji di tahun depan. Amin ya Robbal ‘alamin.

7.Tilawatil Qur’an.
Tilawatil Qur’an (membaca AlQur’an) dapat menghidupkan hati, apalagi dengan men-tadabburi (mempelajari makana) ayat-ayatnya. Karena dalam AlQur’an banyak sekali ayat-ayat yang bicara soal Hukum, Kewajiban, Larangan dst. Siapa yang membaca dan mempelajari AlQur’an dan bisa menyatu dengan hatinya, otomatis ia akan tahu yang Haq dan yang Bathil, yang Halal dan yang Haram. Sehingga AlQur’an menjadi pegangan hidup, solusi dan budaya dalam hidupnya. Hendaknya setiap hari (malam)di rumah  kita membaca AlQur’an. Maka suasana rumah itu akan sejuk dan menyenangkan.

Orang yang dekat (akrab) dengan AlQur’an akan Allah angkat derajat hidupnya baik di Dunia maupun  di Akhirat.  Dan marilah kita siarkan ajaran-ajaran proses Tazkiyatun Nafs kepada saudara-saudara kita yang belum memahaminya, mulai dari Wudhu, Sholat, Zakat, Puasa, Haji, dst, semoga Allah mudahkan pelaksanaan ibadah kita, sehingga kita menjadi hamba yang diridhoi dan dimuliakan oleh Allah subhanahu wata’ala. Amin.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

No comments:

Post a Comment