PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Tazkiyatun Nafs
(Menyucikan Hati)
H.
M. Abdul Kahfi (BAZNAS)
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Bahasan kali ini adalah tentang Tazkiyatun
Nafs (Penyucian Hati atau Pembersihan Jiwa), yaitu tentang Tahapan
Tazkiyatun Nafs melalui enam ibadah yang sehari-hari kita lakukan , yaitu :
I.Pemahaman
Tazkiyatun Nafs.
Tazkiyatun Nafs artinya penyucian atau
pembersihan atau bertumbuh-kembang Hati (Jiwa). Ketika kita mengolah batin, fikiran dan
mengolah jazad (fisik) kita, untuk beramal
secara khusyu’ dihadapan Allah subhanahu
wata’ala, dan di hadapan sesama manusia,
kita memiliki Akhlak.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat At Tin ayat 4 – 6 :
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ فِىٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٍ۬
(٤) ثُمَّ رَدَدۡنَـٰهُ أَسۡفَلَ سَـٰفِلِينَ (٥) إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ فَلَهُمۡ أَجۡرٌ غَيۡرُ مَمۡنُونٍ۬ (٦)
4.
Sesungguhnya Kami (Allah) telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya .
5. Kemudian
Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
6. Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala
yang tiada putus-putusnya.
Ayat tersebut menyatakan bahwa Allah subhanahu wata’ala menciptakan manusia
dalam bentuk yang paling baik dan sempurna, dan dalam derajat yang paling
tinggi dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain.
Tetapi setelah menjadi manusia, ternyata
banyak manusia yang tidak taat kepada Allah, bahkan melakukan kemaksiatan,
mengumbar nafsu dan syahwatnya, maka
manusia akan dikembalikan kepada golongan makhluk yang serendah-rendahnya,
lebih rendah dari makhluk lain seperti hewan, dst. Karena manusia tidak lagi
menggunakan Nafs (hatinya yang
bersih dan kebersihan akalnya). Apalagi dengan sikap sombongnya, yang akan
memunculkan sifat permusuhan antara sesama manusia.
Nafs
artinya
Jiwa atau Nafsu. Tazkiyatunnafs artinya
penyucian Jiwa (hati). Dalam diri manusia ada dua fungsi yang berjalan, yaitu Lahiriyah dan Bathini-yah. Secara lahiriyah kita berhubungan (ber-Muamalah)
dengan sesama manusia dan secara Bathin kita selalu berhubungan (beribadah )
kepada Allah subhanahu wata’ala. Dua
ikatan tersebut tidak boleh dipisahkan, antara aktivitas lahiriyah dan
aktivitas bathiniyah.
Pentingnya
Tazkiyatun Nafs.
Tazkiyatun Nafs merupakan salah satu tugas
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam yang diutus untuk umat manusia,
Allah subhanahu wata’ala berfirman
dalam Surat Al Jumu’ah ayat 2 :
هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلۡأُمِّيِّـۧنَ رَسُولاً۬
مِّنۡہُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡہِمۡ ءَايَـٰتِهِۦ وَيُزَكِّيہِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ
ٱلۡكِتَـٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِى ضَلَـٰلٍ۬ مُّبِينٍ۬ (٢)
Dia-lah
yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan
mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan
Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,
Juga Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 151 :
كَمَآ أَرۡسَلۡنَا فِيڪُمۡ رَسُولاً۬ مِّنڪُمۡ
يَتۡلُواْ عَلَيۡكُمۡ ءَايَـٰتِنَا وَيُزَكِّيڪُمۡ وَيُعَلِّمُڪُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ
وَٱلۡحِڪۡمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمۡ تَكُونُواْ تَعۡلَمُونَ (١٥١)
Sebagaimana
(Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu
Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan
kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum
kamu ketahui.
Dalam ayat-ayat tersebut, ter-pesan
pelajaran, beberapa Ahli Tafsir menyebutkan bahwa ayat-ayat tersebut
mengajarkan kepada kita manusia, ada 3 pesan yang diemban oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wassallam :
1.
Diutusnya beliau oleh Allah subhanahu wata’ala adalah menyampaikan visi dan missi-Nya untuk
menyebarkan agama Allah subhanahu
wata’ala.
2. Rasulullah saw
mengajarkan kepada kita manusia, yaitu proses Tazkiyah (menyucikan,
membersihkan hati), pertama di Jazirah
Arab di mana kaum kafir Quraisy yang membangkang kepada Nabi-Nabi baik Nabi
Muhammad saw maupun kepada Nabi-Nabi sebelumnya. Nabi Muhammad saw diutus dan dipesan oleh
Allah subhanahu wata’ala, untuk
mengubah mental manusia-manusia tersebut dengan mengajarkan agama Tauhid.
Bagaimana menyucikan hati, dengan sentuhan-sentuhan hati, dengan teladan
dan tutur kata yang baik.
3. Rasulullah saw
mengajarkan Al Kitab (AlQur’an) dan Al Hikmah (As Sunnah) yang juga
diajarkan kepada kita semua.
II. Tazkiyatun
Nafs menjadikan keberuntungan.
Demikian itu ditegaskan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam Surat Asy Syams ayat 1 – 10 :
سُوۡرَةُ الشّمس
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
وَٱلشَّمۡسِ وَضُحَٮٰهَا (١) وَٱلۡقَمَرِ إِذَا
تَلَٮٰهَا (٢) وَٱلنَّہَارِ إِذَا جَلَّٮٰهَا (٣) وَٱلَّيۡلِ إِذَا
يَغۡشَٮٰهَا (٤) وَٱلسَّمَآءِ وَمَا بَنَٮٰهَا (٥) وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا
طَحَٮٰهَا (٦) وَنَفۡسٍ۬ وَمَا سَوَّٮٰهَا (٧) فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا
وَتَقۡوَٮٰهَا (٨) قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّٮٰهَا (٩) وَقَدۡ خَابَ مَن
دَسَّٮٰهَا (١٠)
1. Demi
matahari dan cahayanya di pagi hari,
2.
dan bulan apabila mengiringinya,
3.
dan siang apabila menampakkannya,
4.
dan malam apabila menutupinya,
5.
dan langit serta pembinaannya,
6.
dan bumi serta penghamparannya,
7.
dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
8.
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
9.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu,
10.
Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Dalam Surat tersebut, Allah subhanahu wata’ala bersumpah sampai
sebelas kali dengan kata “Wawu-Qosam”, bahwa beruntunglah orang-orang yang
menyucikan jiwanya dan sungguh merugilah orang-orang yang mengotorinya.
Dalam Surat tersebut, tentang Tazkiyatun
Nafs menjadi perhatian utama.
Bagaimana-pun mulianya seseorang ketika ia berkat-kata yang baik di
hadapan manusia tetapi hatinya kosong. Hatinya buruk penuh dengki, maka
kata-kata yang keluar dari lisannya sekedar keluar saja tidak membekas pada
orang yang men-dengarkannya. Tidak ada hikmah di dalamnya.
III.
Tazkiyatun Nafs ibarat wadah.
Wadah adalah alat menempatkan barang,
misalnya gelas, tempat air minum. Bila gelas itu tidak bersih, maka bila
dituangkan air minum ke dalam gelas tersebut, maka orang tidak mau meminumnya.
Karena gelasnya tidak bersih. Demikian pula diri seseorang, ketika ia penuhi
hatinya (jiwanya) dengan amalan-amalan yang kotor, maka ucapan yang keluar dari mulutnya juga
tidak baik. Bila hati seseorang itu kotor, maka fikirannyapun tidak baik (tidak
bersih).
IV.Dasar
atau landasan melakukan Tazkiyatun Nafs :
1. Wudhu dan mendawamkannya
(selalu dalam keadaan Wudhu), dalam Kitab Taudhikul Ahkam dan berdasarkan Hadits-Hadits
Shahih bahwa Wudhu adalah proses pembersihan
dan menjadi salah-satu syarat sah-nya sholat. Dalam Hadits tersebut
disampaikan bahwa bila seorang ingin menyampai-kan satu amalan, maka Wudhu juga merupakan proses penyucian
jiwa, disamping membersihkan fisik dari kotoran, juga untuk meraih kecintaan Allah subhanahu wataa’ala. Orang yang selalu mendawamkan Wudhu akan
meraih kecintaan Allah swt. Dalam Hadits Shahih disebutkan Rasulullah saw
bersabda: Umat-ku kelak di Akhirat akan
aku kenali dari bekas-bekas Wudhu-nya, ia akan meraih Ridho Allah swt.
2. Himmatul Hasanah, semangat untuk selalu melakukan
kebaikan-kebaikan. Orang yang
men-dawamkan Wudhu, maka ia akan menjaga Amanah jabatannya, ia tidak mau
melakukan penyimpangan-penyimpangan. Ia juga akan didoakan oleh para Malaikat dan doa Malaikat pasti terkabul.
3. Sholat. Tazkiyatun Nafs
bisa dilakukan dengan sholat. Dengan sholat bisa tercapai Tazkiyatun Nafs
(Penyucian Jiwa) apabila sholat tersebut dilakukan dengan khusyu’ dengan
menghadirkan hati dalam Syarat dan Rukunnya, sesuai ketentuan Syari’at, sehingga tujuan dan fungsi sholat bisa tercapai.
Dalam Surat Al Mu’minun ayat 1-7 Allah subhanahu
wata’ala berfirman:
سُوۡرَةُ المؤمنون
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ (١) ٱلَّذِينَ هُمۡ فِى
صَلَاتِہِمۡ خَـٰشِعُونَ (٢) وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ (٣)
وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِلزَّكَوٰةِ فَـٰعِلُونَ (٤) وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ
حَـٰفِظُونَ (٥) إِلَّا عَلَىٰٓ أَزۡوَٲجِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَـٰنُہُمۡ
فَإِنَّہُمۡ غَيۡرُ مَلُومِينَ (٦) فَمَنِ ٱبۡتَغَىٰ وَرَآءَ ذَٲلِكَ
فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡعَادُونَ (٧)
1.
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (Yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
3. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak
yang mereka miliki; Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas.
Garis besarnya
adalah Aflah (Orang yang beruntung). Ialah mereka yang menjaga sholat
dengan khusyu’ . Dalam Tafsir Al Qurthubi disebutkan bahwa Khusyu ‘ artinya :
Hatinya mampu menghadirkan Allah subhanahu wata’ala, khusyu’ kauliyah
(Ucapan), dan khusyu’ dalam memaknai
ayat-ayat yang dibaca.
Dalam Hadits
Shahih disebutkan bahwa Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda bahwa Zainab binti Jahsyi rodhiyallahu ‘anha (isteri Rasulullah
saw) adalah Al Hawa (orang yang sangat khusyu’ dan sangat ikhlas) dalam
sholatnya.
Lalu Umar bin
Khathab rodhiyallahu anhu bertanya :
“Ya Rasulullah kenapa engkau katakan “Hawa” kepada Zainab binti Jahsyi ?”.
Beliau menjawab : “Karena ia mempunyai
sifat khusyu’ dan ikhlas kepada Allah subhanahu
wata’ala”.
4.Zakat, Infaq dan Shodakoh.
Zakat-Infaq-Shodakoh
merupakan bagian dari Penyucian (pembersihan) harta. Zakat juga bermakna
Berkah, bermakna tumbuh dan berkembang, juga bermakna beres. Lihat Surat At Taubah
ayat 103 :
خُذۡ مِنۡ أَمۡوَٲلِهِمۡ صَدَقَةً۬ تُطَهِّرُهُمۡ
وَتُزَكِّيہِم بِہَا وَصَلِّ عَلَيۡهِمۡۖ إِنَّ صَلَوٰتَكَ سَكَنٌ۬ لَّهُمۡۗ
وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (١٠٣)
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Ayat tersbut
menyatakan bahwa Zakat berfungsi :
-
Sebagai
menyucikan dan membersihkan seluruh harta yang ada pada seseorang dan
membersihkan yang punya harta itu dari sifat
kikir.
-
Merupakan
bukti ke-Imanan seseorang. Maknanya:
Orang yang tidak mau membayar Zakat, maka ia termasuk orang Munafiq.
-
Zakat
juga bermakna : Menjembatani orang
Islam kepada Allah subhanahu wata’ala.
-
Zakat
juga sebagai penyucian Iman
seseorang.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda
dalam Hadits Shahih : Tidak sempurna iman
seseorang yang tidak ber-zakat (enggan membayar zakat).
Dalam AlQur’an ada
26 Surat yang isinya tentang perintah membayar Zakat, Infaq dan Shodakoh. Dan
biasanya perintah sholat diikuti dengan perintah membayar Zakat. Maknanya : Betapa pentingnya membayar Zakat, Infaq dan Shodakoh bagi umat manusia.
Orang yang membayar Zakat menunjukkan bahwa orang tersebut produktif,
sebagaimana dalam Surat Al Mu’minun
tersebut di atas.
5.Shiam (Puasa).
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dalam
sebuah Hadits Shahih : Barangsiapa yang
tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan tidak makan dan
minumnya orang itu.
Maknanya, bahwa
puasa tidak hanya sekedar menahan tidak makan dan minum tetapi juga menjaga
(menahan) hawa-nafsu untuk berkata-kata dusta dan fikiran serta akal kita agar
puasa yang kita lakukan menjadi amal yang diterima Allah subhanahu wata’ala. Maka Puasa
Senin-Kamis sangat dianjurkan untuk melatih diri kita, mudah-mudahan kita
bisa mengamalkannya secara Istiqomah.
6. Haji dan Ber-Qurban.
Allah subhanahu wata’a berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 197 :
وۡرَةُ البَقَرَة
ٱلۡحَجُّ أَشۡهُرٌ۬ مَّعۡلُومَـٰتٌ۬ۚ فَمَن فَرَضَ
فِيهِنَّ ٱلۡحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِى ٱلۡحَجِّۗ وَمَا
تَفۡعَلُواْ مِنۡ خَيۡرٍ۬ يَعۡلَمۡهُ ٱللَّهُۗ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ
ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۚ وَٱتَّقُونِ يَـٰٓأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَـٰبِ (١٩٧)
(Musim) haji
adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam
bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan
berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan
berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik
bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku, Hai orang-orang yang berakal.
Dalam ayat
tersebut disebutkan bahwa dalam beribadah Haji harus dijaga, jangan sampai
mengeluarkan kata-kata kotor, berdebat, dst. Maka bila kita sedang ber-Haji
lalu dalam pelaksanannya ada orang yang
marah-marah kepada kita, hendaknya kita tetap sabar, diam, tidak usah dijawab
dan dikomentari. Karena ketika seseorang sedang ibadah Haji, semua mental dan
fisik dipertaruhkan (diuji) untuk bisa menjadi Hamba Allah subhanahu wata’ala,
yang sempurna dalam ibadah Haji.
Ketika ibadah
Haji, di sana ada tempat-tempat yang mustajab untuk berdo’a, dan ada kata-kata
yang mustajab ketika ibadah Haji, dan ada waktu yang mustajab untuk berdo’a.
Semua itu terhimpun dalam Ibadah Haji.
Sehingga ketika
orang pulang dari ibadah Haji insya Allah menjadi contoh untuk orang-orang
disekitarnya (tempat tinggal atau tempat bekerja). Sholatnya, Puasanya,
Zakatnya, semakin rajin, perilaku dan ucapannya semakin baik karena ia sudah
melakukan Tazkiyatun Nafs dengan Ibadah Hajinya.
Doa’-do’a di
tempat yang mustajab sudah ia lakukan, dan insya Allah do’anya terkabul. Bagi yang belum Haji, kita do’akan
mudah-mudahan bisa ber-haji di tahun depan. Amin
ya Robbal ‘alamin.
7.Tilawatil Qur’an.
Tilawatil Qur’an
(membaca AlQur’an) dapat menghidupkan hati, apalagi dengan men-tadabburi
(mempelajari makana) ayat-ayatnya. Karena dalam AlQur’an banyak sekali
ayat-ayat yang bicara soal Hukum, Kewajiban, Larangan dst. Siapa yang membaca
dan mempelajari AlQur’an dan bisa menyatu dengan hatinya, otomatis ia akan tahu
yang Haq dan yang Bathil, yang Halal dan yang Haram. Sehingga AlQur’an menjadi
pegangan hidup, solusi dan budaya dalam hidupnya. Hendaknya setiap hari
(malam)di rumah kita membaca AlQur’an.
Maka suasana rumah itu akan sejuk dan menyenangkan.
Orang yang dekat
(akrab) dengan AlQur’an akan Allah angkat derajat hidupnya baik di Dunia maupun
di Akhirat. Dan marilah kita siarkan ajaran-ajaran proses
Tazkiyatun
Nafs kepada saudara-saudara kita yang belum memahaminya, mulai dari
Wudhu, Sholat, Zakat, Puasa, Haji, dst, semoga Allah mudahkan pelaksanaan
ibadah kita, sehingga kita menjadi hamba yang diridhoi dan dimuliakan oleh
Allah subhanahu wata’ala. Amin.
Sekian bahasan,
mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA
WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
No comments:
Post a Comment