Menjemput Rezeki
Barokah
Kang
Rasyid.
Jum’at, 6 Jumadil Awal 1438H – 3 Februari
2018.
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Sebagaimana disebutkan dalam AlQur’an
bahwa Allah subhanahu wata’ala yang
punya Sifat Ar Rozaq (Maha Pemberi Rezki), maka Allah yang
menciptakan rezki, yang mengantarkan rezki,
Allah yang menciptakan sebab-sebab untuk mendapatkan rezki, dan Allah yang
menciptakan pemakan rezki.
Untuk mendapatkan Ar Rozaq (rezeki), Allah subhanahu wata’ala memberikan alat kepada manusia :
1.
Daya
Fikir, untuk manusia mendapatkan Ilmu.
2.
Daya
Fisik, supaya manusia sehat, untuk ikhtiar.
3.
Daya
Qalbu, untuk mendapat spirit, yaitu Iman.
Ketiga daya tersebut Allah berikan
gratis kepada manusia, bila dimanfaatkan akan menghasilkan Daya Hidup. Kalau
hanya menggunakan dua Daya saja, yaitu Daya Fikir dan Daya Fisiknya maka
manusia telah mereduksi kemanusiaannya. Manusia itu ketika dalam bekerja dan
berproduksi, tidak ada yang mengontrol (mengendali-kan). Karena tidak
menggunakan Daya Qalbu (Ke-Imanan), maka dalam berbisnis, bekerja, tidak peduli
Halal dan Haram. Maka Rezekinya tidak
akan barokah.
Muncullah para koruptor. Padahal mereka adalah Sarjana (S3), penampilannya gagah, rumah dan
mobilnya mewah, tetapi itu semua tidak bisa mengontrol (mengendalikan)
hidupnya. Rumah, mobil dan asesoris
hidupnya semua berharga, tetapi dirinya tidak berharga. Harga-dirinya tidak ada sama sekali. Semunya
tidak barokah, maka ia mereduksi kemanusiaannya.
Dalam Hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan
: Gunakan ketiga Daya itu untuk menjemput rezeki. Maka para ulama mengatakan :
Jadikan tempat kerjamu itu pesantren, jadikan perusahaan tempat kerjamu adalah
pesantren, tempat belajar. Sehingga
ketika bekerja maka bekerjanya dihitung Ibadah.
Karena Ibadah, ketika seseorang
berangkat bekerja dari rumah, bila ia meninggal maka ia mati syahid.
Khalifah
Sayidina Ali bin Abi Thalib rodhiyallahu
‘anhu mengajarkan : Jika bekerjamu diniatkan melulu untuk isi perut saja,
maka hargamu akan senilai dengan yang keluar dari perutmu. Alangkah hinanya.
Bagaimana cara menjemput rezeki yang
barokah ? Sebagaimana diungkapkan diatas
: Daya Fikir, Daya Fisik dan Daya Qalbu, maka aplikasinya bisa diubah menjadi :
Fikir-Dzikir-Ikhtiar
(Akal-Hati-Fisik). Ketiganya harus dimanfaatkan, diterapkan dalam kita bekerja.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam awalnya sebagai pedagang. Ketika itu
muncullah sifat kejujuran (Amanah) sehingga beliau diberi gelar oleh masyarakat
sebagai : Al Amin (Sangat dipercaya). Karena
sejak muda, Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam telah
membangun kredibilitas diri beliau.
Maka bagi kita, untuk menjadi seorang
pebisnis, atau bekerja apa saja, harus bisa menjaga nama-baik kita. Ketika kita
menjalankan aktivitas dalam bidang apa saja, maka yang harus dibangun adalah kredibilitas diri kita. Bila kita
bekerja dengan didasari sifat kredibel (Al Amin), maka kita akan barokah.
Sebagaimana kita ketahui bersama, dunia
bisnis 80% kotor. Praktek-praktek bisnis di negeri ini apalagi ditambah dengan
politik, adalah sangat kejam dan kotor.
Sampai-sampai seorang pimpinan
perusahaan berkata : Kalau ingin melakukan bisnis jangan membawa-bawa agama,
karena agama itu terlalu cerewet. Ini
salah, ini haram, ini tidak boleh, dst.
Maka dapat disimpulkan, untuk menjemput
rezeki di wilayah DKI ada tiga type :
1.
Berbisnis tidak
membawa agama.
Era ini sudah lama berjalan, tetapi pelakunya banyak berjatuhan. Maka muncullah
Konglomerasi,
dengan sifat : keatas menjilat, ke kanan dan kekiri menyikut, dan ke bawah
menginjak. Dan situasi negeri ini menjadi centang-perenang adalah akibat Bisnis
tanpa agama. Tetapi Era itu sudah di amputasi, sudah hilang, walaupun ada
kelompok-kelompok yang ingin bangkit kembali.
2.
Berbisnis dengan
Balancing (keseimbangan). Yaitu
berbisnis 50% dan Agama 50%. Tetapi pelaksanaannya tetap tanpa agama, Halal-Haram
tetap dijalani, dan hasilnya sebagian
dipakai untuk kepentingan agama, membangun masjid, biaya dakwah, dst. Padahal
yang demikian itu tetap terlarang oleh agama. Era ini masih ada di negeri kita
ini.
3.
Berbisnis secara
Integrasi.
Berbisnis secara Agama (Islam). Iman
harus dibawa ke tempat kerja. Maka
banyak kantor-kantor yang menyelenggara-kan Pengajian Dhuha. Spirit bisnis melalui Kuliah Dhuha. Maka
muncullah para pengusaha Muslim, yang ketika berbisnis tidak kehilangan
ke-agama-annya. Tidak ada yang berbau Haram, semua dilakukan dengan cara yang
Halal. Bahkan saat ini di pinggiran Jakarta ada Hotel Syari’ah yang tidak melibatkan unsur-unsur Haram.
Maka muncullah para Corporate Mistik. Kalau dahulu mencari orang-orang jujur di Masjid,
di Pesantren, dst, tetapi sekarang kita dengan mudah mendapatkan para pebisnis
yang Al Amin (jujur), ada di
perusahaan-perusahaan besar. Itulah Corporate Mistik. Dalam ber-bisnis kejujuran adalah nomor satu.
Selama ini kejujuran adalah barang
langka. Maka yang terjadi adalah situasi perekonomian yang semrawut, centang-perenang.
Bila kita berlaku jujur, maka yakinlah
bahwa Allah subhanahau wata’ala sudah
menyiapkan Rezeki untuk kita semua, hanya tinggal menjemput saja. Karena dengan
berlaku jujur kita akan diridhoi oleh Allah subhanahau
wata’ala.
Contohnya sudah banyak. Lihat saja Arab
Saudi (Mekkah dan Madinah), tanahnya Minus,
(kering, gersang) tetapi rakyatnya
berpenghasilan Surplus.
Para ahli perekonomian berpendapat
negeri seperti itu tidak menguntungkan, karena negerinya gersang,
kering-kerontang. Yang menguntungkan
adalah Indonesia, dimana negerinya subur, dalam buminya banyak hasil tambang,
emas, minyak, batubara dst. Tetapi
nyatanya rakyatnya miskin.
Itulah pandangan dunia-wi.
Padahal kalau kita melihat negeri-negeri
di Jazirah Arab, misalnya Arab Saudi,
Kuwait, Qathar, Uni Emirat Arab, saat
ini menjadi negeri yang makmur, sejahtera.
Meskipun tidak ada air, ternyata
negeri-negeri itu sudah bisa menyuling air laut menjadi air tawar, siap untuk
diminum dan untuk keperluan apa saja.
Rakyat di negeri-negeri itu hidup makmur
dengan segala kemewahan. Semua itu karena Ridho
Allah subhanahu wata’ala, yaitu
sejak diketemukan minyak bumi di Jazirah Arab. Hanya dengan kedalaman beberapa
ratus meter di perut bumi, terdapat
kandungan minyak bumi yang boleh dikatakan “Un Limited”. Tanah di Jazirah Arab
memang minus, tetapi pendapatan rakyatnya
surplus. Semua itu karena ridho
Allah subhanahu wata’ala.
Kuncinya adalah Daya Qalbu, yaitu berbisnis dengan Integrasi, berbisnis secara
Agama (Islam), berbisnis dengan jujur. Agama dinomor-satukan. Di masjid-masjid,
terutama Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Sholat Dhuhur jam 12.00 tetapi jam
11.00 masjid sudah penuh jamaah, siap untuk melakukan sholat Dhuhur berjamaah.
Demikian itu berlaku setiap waktu Sholat yang lima waktu. Satu jam sebelum
masuk waktu sholat, masjid sudah penuh orang untuk melaksanakan sholat
berjamaah. Apalagi ketika Sholat Subuh, keadaan masjid seperti Sholat Jum’at, jamaah sampai membludak
ke luar masjid.
Dengan bahasa lain, manusia di
negeri-negeri itu sangat butuh kepada Allah subhanahu
wata’ala. Mereka datang di masjid sebelum Adzan dikumandangkan. Bagaimana di Indonesia ? Adzan dikumandangkan, tetapi manusia sedang
sibuk bekerja, sedang rapat, sedang berbisnis, dst. Sholatnya nanti dulu. Tidak
usah berjamaah, masing-masing di ruangan kantor, sholat sendiri-sendiri. Atau di mana saja, yang penting sholat. Telat
sedikit tidak mengapa.
Itulah perilaku yang memunculkan rezeki yang tidak barokah.
Keputusannya tidak barokah. Decesion maker-nya juga tidak barokah.
Ke-inginannya tidak barokah.
Padahal rumus rezeki Barokah adalah :
1.
Sholat
berjamaah di awal waktu di masjid/musholla.
2.
Sholat
Dhuha dan Sholat Tahajud.
3.
Banyak
shodakoh, zakat, infaq.
Tujuan pebisnis menjemput rezeki Barokah
ada tiga :
1.
Ibadah. Seseorang pergi
berangkat ke kantor, tempat kerja adalah Ibadah. Duduknya, kerjanya, keringatnya adalah Ibadah.
2.
Menjadi Khalifah
Allah swt.
Manfaatkan hidup di dunia yang hanya satu kali ini untuk menjadi orang yang
ber-karya. Bangunlah negeri ini, bangunlah peradaban ini, bangunlah ekonomi
negeri ini, dst. Jangan sampai kehadiran kita menjadi penyebab kerusakan,
penyebab cheos, tetapi menjadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Tebarlah sebanyak-banyak sesuatu yang manfaat.
3.
Dakwah. Bagaimana agar
keberadaannya di dalam perusahaan (kantor, atau tempat kerja) menampakkan
kepribadian yang ‘Adil dan Jujur. Itulah
dakwahnya. Kalau seorang pemimpin, maka dakwahnya : Memberikan keadilan. Dakwahnya para bangsawan adalah :
Menunjukkan kedermawanannya. Dakwahnya Ilmuwan adalah : Mencerdaskan
masyarakat. Jangan ada seorang Ilmuwan tetapi perkataannya menjadikan cheos
di masyarakat. Dakwahnya Fakir-miskin adalah : Do’a. Seribu orang Fakir-Miskin yang berdo’a untuk kesejahteraan
negeri ini, pasti diterima do’anya. Seribu orang Fakir miskin menangis karena
disakiti hatinya, maka Laknat Allah Swt. akan datang.
Sekian bahasan, mudah-mudahan
bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
No comments:
Post a Comment