Translate

Monday, February 13, 2017

Menjemput Rezeki Barokah, oleh : Kang Rasyid.

PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

Menjemput Rezeki Barokah
Kang Rasyid.

                       
 Jum’at, 6 Jumadil Awal 1438H – 3 Februari 2018.

 Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Sebagaimana disebutkan dalam AlQur’an bahwa Allah subhanahu wata’ala yang punya Sifat Ar Rozaq (Maha Pemberi Rezki), maka Allah yang menciptakan rezki, yang mengantarkan rezki,  Allah yang menciptakan sebab-sebab untuk mendapatkan rezki, dan Allah yang menciptakan pemakan rezki.

Untuk mendapatkan Ar Rozaq (rezeki), Allah subhanahu wata’ala   memberikan alat kepada manusia :
1.     Daya Fikir, untuk manusia mendapatkan Ilmu.
2.     Daya Fisik, supaya manusia sehat, untuk ikhtiar.
3.     Daya Qalbu, untuk mendapat spirit, yaitu Iman.

Ketiga daya tersebut Allah berikan gratis kepada manusia, bila dimanfaatkan akan menghasilkan Daya Hidup. Kalau hanya menggunakan dua Daya saja, yaitu Daya Fikir dan Daya Fisiknya maka manusia telah mereduksi kemanusiaannya. Manusia itu ketika dalam bekerja dan berproduksi, tidak ada yang mengontrol (mengendali-kan). Karena tidak menggunakan Daya Qalbu (Ke-Imanan), maka dalam berbisnis, bekerja, tidak peduli Halal dan Haram.  Maka Rezekinya tidak akan barokah.  

Muncullah para koruptor.  Padahal mereka adalah  Sarjana (S3), penampilannya gagah, rumah dan mobilnya mewah, tetapi itu semua tidak bisa mengontrol (mengendalikan) hidupnya.  Rumah, mobil dan asesoris hidupnya semua berharga, tetapi dirinya tidak berharga.  Harga-dirinya tidak ada sama sekali. Semunya tidak barokah, maka ia mereduksi kemanusiaannya.

Dalam Hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan : Gunakan ketiga Daya itu untuk menjemput rezeki. Maka para ulama mengatakan : Jadikan tempat kerjamu itu pesantren, jadikan perusahaan tempat kerjamu adalah pesantren, tempat belajar.  Sehingga ketika bekerja maka bekerjanya dihitung Ibadah.  Karena Ibadah, ketika seseorang berangkat bekerja dari rumah, bila ia meninggal maka ia  mati syahid.

Khalifah Sayidina Ali bin Abi Thalib rodhiyallahu ‘anhu mengajarkan : Jika bekerjamu diniatkan melulu untuk isi perut saja, maka hargamu akan senilai dengan yang keluar dari perutmu. Alangkah hinanya.
Bagaimana cara menjemput rezeki yang barokah ?  Sebagaimana diungkapkan diatas : Daya Fikir, Daya Fisik dan Daya Qalbu, maka aplikasinya bisa diubah menjadi : Fikir-Dzikir-Ikhtiar (Akal-Hati-Fisik). Ketiganya harus dimanfaatkan, diterapkan dalam kita bekerja.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam awalnya sebagai pedagang. Ketika itu muncullah sifat kejujuran (Amanah) sehingga beliau diberi gelar oleh masyarakat sebagai :  Al Amin (Sangat dipercaya). Karena sejak muda,  Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam telah membangun kredibilitas diri beliau.

Maka bagi kita, untuk menjadi seorang pebisnis, atau bekerja apa saja, harus bisa menjaga nama-baik kita. Ketika kita menjalankan aktivitas dalam bidang apa saja, maka yang harus dibangun adalah kredibilitas diri kita. Bila kita bekerja dengan didasari sifat kredibel (Al Amin), maka kita akan barokah.

Sebagaimana kita ketahui bersama, dunia bisnis 80% kotor. Praktek-praktek bisnis di negeri ini apalagi ditambah dengan politik, adalah sangat kejam dan kotor.
Sampai-sampai seorang pimpinan perusahaan berkata : Kalau ingin melakukan bisnis jangan membawa-bawa agama, karena agama itu terlalu cerewet. Ini salah, ini haram, ini tidak boleh, dst.

Maka dapat disimpulkan, untuk menjemput rezeki di wilayah DKI ada tiga type :
1.     Berbisnis tidak membawa agama. Era ini sudah lama berjalan, tetapi pelakunya banyak berjatuhan. Maka muncullah Konglomerasi, dengan sifat : keatas menjilat, ke kanan dan kekiri menyikut, dan ke bawah menginjak. Dan situasi negeri ini menjadi centang-perenang adalah akibat Bisnis tanpa agama. Tetapi Era itu sudah di amputasi, sudah hilang, walaupun ada kelompok-kelompok yang ingin bangkit kembali.
2.     Berbisnis dengan Balancing (keseimbangan).  Yaitu berbisnis 50% dan Agama 50%. Tetapi pelaksanaannya tetap tanpa agama, Halal-Haram tetap dijalani,  dan hasilnya sebagian dipakai untuk kepentingan agama, membangun masjid, biaya dakwah, dst. Padahal yang demikian itu tetap terlarang oleh agama. Era ini masih ada di negeri kita ini.
3.     Berbisnis secara Integrasi. Berbisnis secara Agama (Islam). Iman harus dibawa ke tempat kerja.  Maka banyak kantor-kantor yang menyelenggara-kan Pengajian Dhuha.  Spirit bisnis melalui Kuliah Dhuha. Maka muncullah para pengusaha Muslim, yang ketika berbisnis tidak kehilangan ke-agama-annya. Tidak ada yang berbau Haram, semua dilakukan dengan cara yang Halal. Bahkan saat ini di pinggiran Jakarta ada Hotel Syari’ah yang tidak melibatkan unsur-unsur Haram.

Maka muncullah para Corporate Mistik. Kalau dahulu mencari orang-orang jujur di Masjid, di Pesantren, dst, tetapi sekarang kita dengan mudah mendapatkan para pebisnis yang Al Amin (jujur), ada di perusahaan-perusahaan besar. Itulah Corporate Mistik.  Dalam ber-bisnis kejujuran adalah nomor satu.
Selama ini kejujuran adalah barang langka. Maka yang terjadi adalah situasi perekonomian yang semrawut, centang-perenang.  

Bila kita berlaku jujur, maka yakinlah bahwa Allah subhanahau wata’ala sudah menyiapkan Rezeki untuk kita semua, hanya tinggal menjemput saja. Karena dengan berlaku jujur kita akan diridhoi oleh Allah subhanahau wata’ala.
Contohnya sudah banyak. Lihat saja Arab Saudi (Mekkah dan Madinah), tanahnya Minus, (kering, gersang) tetapi rakyatnya  berpenghasilan Surplus.

Para ahli perekonomian berpendapat negeri seperti itu tidak menguntungkan, karena negerinya gersang, kering-kerontang.  Yang menguntungkan adalah Indonesia, dimana negerinya subur, dalam buminya banyak hasil tambang, emas, minyak, batubara dst.   Tetapi nyatanya rakyatnya miskin.
Itulah pandangan dunia-wi. 

Padahal kalau kita melihat negeri-negeri di Jazirah Arab, misalnya Arab Saudi,
Kuwait, Qathar, Uni Emirat Arab, saat ini menjadi negeri yang makmur, sejahtera.
Meskipun tidak ada air, ternyata negeri-negeri itu sudah bisa menyuling air laut menjadi air tawar, siap untuk diminum dan untuk keperluan apa saja.
Rakyat di negeri-negeri itu hidup makmur dengan segala kemewahan. Semua itu karena Ridho Allah subhanahu wata’ala, yaitu sejak diketemukan minyak bumi di Jazirah Arab. Hanya dengan kedalaman beberapa ratus meter di perut bumi,  terdapat kandungan minyak bumi yang boleh dikatakan “Un Limited”. Tanah di Jazirah Arab memang minus, tetapi pendapatan rakyatnya surplus. Semua itu karena ridho Allah subhanahu wata’ala.

Kuncinya adalah Daya Qalbu, yaitu berbisnis dengan Integrasi, berbisnis secara Agama (Islam), berbisnis dengan jujur. Agama dinomor-satukan. Di masjid-masjid, terutama Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Sholat Dhuhur jam 12.00 tetapi jam 11.00 masjid sudah penuh jamaah, siap untuk melakukan sholat Dhuhur berjamaah. Demikian itu berlaku setiap waktu Sholat yang lima waktu. Satu jam sebelum masuk waktu sholat, masjid sudah penuh orang untuk melaksanakan sholat berjamaah.  Apalagi ketika Sholat Subuh, keadaan masjid seperti Sholat Jum’at, jamaah sampai membludak ke luar masjid.

Dengan bahasa lain, manusia di negeri-negeri itu sangat butuh kepada Allah subhanahu wata’ala. Mereka datang di masjid sebelum Adzan dikumandangkan. Bagaimana di Indonesia ?  Adzan dikumandangkan, tetapi manusia sedang sibuk bekerja, sedang rapat, sedang berbisnis, dst. Sholatnya nanti dulu. Tidak usah berjamaah, masing-masing di ruangan kantor, sholat sendiri-sendiri.  Atau di mana saja, yang penting sholat. Telat sedikit tidak mengapa.

Itulah perilaku yang memunculkan rezeki yang tidak barokah. Keputusannya  tidak barokah. Decesion maker-nya juga tidak barokah. Ke-inginannya tidak barokah.

Padahal rumus rezeki Barokah adalah :
1.     Sholat berjamaah di awal waktu di masjid/musholla.
2.     Sholat Dhuha dan Sholat Tahajud.
3.     Banyak shodakoh, zakat, infaq.

Tujuan pebisnis menjemput rezeki Barokah ada tiga :
1.     Ibadah. Seseorang pergi berangkat ke kantor, tempat kerja adalah Ibadah.  Duduknya, kerjanya, keringatnya adalah Ibadah.
2.     Menjadi Khalifah Allah swt. Manfaatkan hidup di dunia yang hanya satu kali ini untuk menjadi orang yang ber-karya. Bangunlah negeri ini, bangunlah peradaban ini, bangunlah ekonomi negeri ini, dst. Jangan sampai kehadiran kita menjadi penyebab kerusakan, penyebab cheos, tetapi menjadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Tebarlah sebanyak-banyak sesuatu yang manfaat.
3.     Dakwah. Bagaimana agar keberadaannya di dalam perusahaan (kantor, atau tempat kerja) menampakkan kepribadian yang ‘Adil dan Jujur. Itulah dakwahnya. Kalau seorang pemimpin, maka dakwahnya : Memberikan  keadilan. Dakwahnya para bangsawan adalah : Menunjukkan kedermawanannya. Dakwahnya Ilmuwan adalah : Mencerdaskan masyarakat. Jangan ada seorang Ilmuwan tetapi perkataannya menjadikan cheos di masyarakat. Dakwahnya Fakir-miskin adalah : Do’a. Seribu orang Fakir-Miskin yang berdo’a untuk kesejahteraan negeri ini, pasti diterima do’anya. Seribu orang Fakir miskin menangis karena disakiti hatinya, maka Laknat Allah Swt. akan datang.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGFIRUKA WA ATUBU ILAIK.


Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh


No comments:

Post a Comment