Translate

Monday, February 27, 2017

Rezeki Berkah, Oleh : Ustad Wijayanto

PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

Rezeki Berkah              
Ustad Wijayanto

Jum’at,  13 Jumadil Ula 1438 H – 10 Februari 2018


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Pandangan kebanyakan orang Islam bahwa orang yang sukses adalah orang yang kaya harta.  Padahal pandangan demikian adalah salah.  Allah subhanahuwata’ala berfirmaan dalam AlQur’an Surat Al Fajr  ayat 15 – 16 :

سُوۡرَةُ الفَجر

فَأَمَّا ٱلۡإِنسَـٰنُ إِذَا مَا ٱبۡتَلَٮٰهُ رَبُّهُ ۥ فَأَكۡرَمَهُ ۥ وَنَعَّمَهُ ۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَكۡرَمَنِ (١٥) وَأَمَّآ إِذَا مَا ٱبۡتَلَٮٰهُ فَقَدَرَ عَلَيۡهِ رِزۡقَهُ ۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَهَـٰنَنِ (١٦)

15. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku".

16. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku".

Maksudnya: ialah Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.

Sementara pandangan orang kita di Indonesia, orang akan dianggap sukses kalau ia bisa menjadi orang kaya, pejabat, dst. Konsepsi pandangannya adalah duniawi. Sehingga yang terjadi, apapun orang itu yang menjadi ukurannya adalah duniawi.

Padahal Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Hadits shahih bahwa : Rusaknya manusia pada suatu zaman nanti apabila orang memandang keberhasilan hanya dilihat dari banyaknya harta yang dimiliki. 

Maka Allah subhanahu wata’ala dengan sifat Maha Adilnya menciptakan Akhirat, dimana orang yang taat, orang yang bertaqwa akan masuk Surga dan orang yang kafir, tidak taat, tidak beriman,  akan dimasukkan ke dalam Neraka.
Sementara di dunia ini, terutama di Indonesia, orang-orang yang melakukan maksiat justru dimuliakan oleh manusia. Buktinya, kita lihat melalui TV orang yang korupsi (para koruptor) di Bandara Soekarno-Hatta  di kawal dengan segala kehormatan,  sementara Para TKW (TKI) yang baru datang dari luar negeri, padahal mereka itu membawa devisa untuk Negara tidak sedikit, justru di sia-siakan, disuruh segera pergi meninggalkan Bandara.

Intinya :
1.     Orang akan menjadi rusak dalam pandangan Allah subhanahuwata’ala kalau orang bangga dengan dunia. Orang yang cinta dunia akan takut mati, itulah penyakit Wahn, yang di Akhirat tidak ada bagian di sisi Allah subhanahu wata’ala.
2.     Orang akan rusak bila ber-Kiblat kepada syahwat, terutama syahwat terhadap lawan jenis. Singkatnya : Orang itu dihadapan Allah tidak ada harganya kalau orientasi hidupnya hanya kepada dunia, dan orientasi kepada wanita (lawan jenis).
3.     Orang itu akan rusak kalau orientasinya pada Dinar dan Dirham (Maksudnya : Uang). Sekarang ini orang bergerak berupa apapun  berkaitan dengan uang.  Rusaknya zaman karena segala sesuatu diukur dengan uang.
4.     Orang akan rusak di akhir zaman kalau landasan geraknya adalah perut (makanan). Segala sesuatu diukur dengan makanan. Orientasinya pada makanan.

Maka rezeki yang tidak diberkahi adalah rezeki yang punya empat orientasi sebagaimana tersebut di atas.

Makna rezeki umumnya dikaitkan dengan materi. Rezeki akan menjadi berkah bila memenuhi 4  hal :

1.     Dengan niat yang benar.
2.     Dengan cara yang benar,
3.     Bidang kerjanya benar,
4.     Hasil kerjanya disalurkan dengan cara yang benar.

1.Niat yang benar. Apapun yang dilakukan diniatkan untuk ibadah.  Allah subhanahu wata’ala melihat seluruh perbuatan manusia, tergantung pada niatnya.Setiap perkara tergantung pada maksud yang ada dalam hatinya.  Niat setiap orang mukmin kelak jauh lebih baik dari amalnya sendiri.  Karena yang dinilai oleh Allah subhanahu wata’ala adalah proses perbuatannya bukan pada hasil. 

Maksudnya, orang yang berniat baik, sudah dinilai sebagai orang baik. Dan niat akan melebihi amalnya. Karena amal bisa saja terganggu oleh situasi. Seseorang yang berniat beramal baik, meskipun tidak jadi karena ada gangguan atau halangan, maka Allah subhanahu wata’ala sudah menilai : sudah mengerjakan amalnya.  Misalnya seseorang ingin bersodakoh sejumlah uang kepada fakir –miskin, tetapi ternyata uangnya hilang dicopet orang, maka oleh Allah swt. ia dinilai sudah bershodakoh sebagaimana niatnya.  Maka niatkan kerja untuk  ibadah. Orang sudah berniat untuk Ibadah Haji, tetapi ia meninggal sebelum bisa berangkat Haji,, maka ia sudah dicatat sebagai Haji oleh Allah subhanahu wata’ala.

2.Cara kerja yang benar. Niat-baik harus diserai dengan cara yang benar. Niat mencari nafkah untuk anak-isteri adalah baik, tetapi bila dengan cara mencuri, maka itu tidak benar.. Yang benar adalah cara mencari nafkah (beramal) dengan cara yang benar. Termasuk menunaikan ibadah (sholat, puasa, zakat, dst) harus dengan cara yang benar.

3.Bidang kerja yang benar. Bila niatnya benar, caranya benar, tetapi bidang kerjanya tidak benar, penuh  kemaksiatan, narkoba, dst, maka akan menjadi masalah. Maka bidang kerjanya juga harus benar.

4.Hasil kerjanya disalurkan dengan cara benar. Misalnya : Hasil kerjanya  untuk biaya hidup anak-isteri, untuk ibadah, untuk zakat, shodakoh, infak, dst. Rezeki yang berkah bisa ditandai dengan anak-anak yang sholih, isteri yang sholihah dan orientasinya pada keluarga. Karier sehebat apapun dan rezeki sebanyak apapun, rezeki itu tidak berkah, bila keluarganya berantakan.
Dalam Hadits shahih Rasulullah shollallahau ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya berkahnya rezeki, pertolongan Allah, kasih-sayang Allah dalam keluarga itu bisa dimunculkan kalau orang peduli dengan orang-orang miskin di sekitarnya”.
Dalam Hadits shahih, suatu hari ada seorang Arab Gunung datang kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengajak ber-salaman (jabat-tangan). Lalu beliau bersalaman dengan orang tersebut, tetapi segera dilepaskan. Orang itu tersinggung, lalu berkata : “Ya Rasulullah, engkau adalah teladan kami, engkau panutan kami, engkau pemimpin kami, tetapi mengapa engkau lepaskan tanganku, engkau  punya akhlak yang mulia, tetapi kali ini engkau menyinggung perasaan kami. Mengapa ?”

Rasulullah saw. bertanya : “Siapa namamu dan dari mana, kenapa tanganmu kasar sekali?”.Orang itu menjawab : “Namaku Sa’ad Al Anshori, aku orang Arab gunung, pekerjaanku pengumpul kayu dan pengumpul batu, untuk aku jual ke pasar.  Hasil kerjaku adalah untuk anak-isteriku. Juga untuk memberi makan kepada tetanggaku seorang perempuan tua yang sudah tidak bisa mencari  makan, serta seorang anak kecil yang setiap hari aku beri makan karena ia ditinggal oleh orangtuanya mencari nafkah di kota”.

Mendengar kata-kata orang itu Rasulullah saw menundukkan kepala.  Turunlah malaikat Jibril berkata : “Ya Muhammad, sesungguhnya tangan yang mengajak jabat-tangan itu adalah tangan yang sudah ditulis di surga dan tangan yang engkau lepaskan itu adalah tangan yang tidak pernah disentuh api neraka”.

Mendengar kata-kata Jibril itu, segera Rasulullah saw menegakkan kepala, lalu bersabda : “Mana tanganmu ?”. Mendengar itu Sa’ad Al Anshori mengulurkan tangannya dan disambut oleh Rasulullah saw,  beliau berjabatan-tangan lama sekali dan dicium oleh beliau, dengan disaksikan oleh para sahabat yang lain.  
Rasulullah  saw bersabda kepada para sahabat : “Orang ini  telah melakukan cara kerja yang baik, inilah cara hidup yang diberkahi, dia bekerja di dunia dan tidak lupa dengan Akhirat”.

Demikianlah, mudah-mudahan kita bisa belajar dari Sa’ad Al Anshori.
Sekian bahasan mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                          ___________
                                                    


Biografi Singkat

Nama : Ustadz Wijayanto

Tempat/Tanggal Lahir : Solo, 27 Desember 1968

Alamat : Pesantren Bina Anak Soleh, Jalan Wirosaban Barat No 5, Umbulharjo, Yogyakarta

Pekerjaan: Penceramah dan dosen di Universitas Gajah Mada Magister Manajemen

Pendidikan Terakhir : Master Sosiologi Universitas Islam Internasional Islamabad


2 comments: