PENGAJIAN DHUHA
MASJID BAITUSSALAM
Rezeki Berkah
Ustad Wijayanto
Jum’at, 13 Jumadil Ula 1438 H –
10 Februari 2018
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Pandangan kebanyakan orang Islam bahwa
orang yang sukses adalah orang yang kaya harta.
Padahal pandangan demikian adalah salah. Allah subhanahuwata’ala berfirmaan
dalam AlQur’an Surat Al Fajr ayat 15 – 16 :
سُوۡرَةُ الفَجر
فَأَمَّا ٱلۡإِنسَـٰنُ إِذَا مَا ٱبۡتَلَٮٰهُ
رَبُّهُ ۥ فَأَكۡرَمَهُ ۥ وَنَعَّمَهُ ۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ
أَكۡرَمَنِ (١٥) وَأَمَّآ إِذَا مَا ٱبۡتَلَٮٰهُ فَقَدَرَ عَلَيۡهِ
رِزۡقَهُ ۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَهَـٰنَنِ (١٦)
15.
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan
diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah
memuliakanku".
16.
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata:
"Tuhanku menghinakanku".
Maksudnya: ialah Allah menyalahkan
orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan
kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16.
tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.
Sementara pandangan orang kita di Indonesia,
orang akan dianggap sukses kalau ia bisa menjadi orang kaya, pejabat, dst.
Konsepsi pandangannya adalah duniawi.
Sehingga yang terjadi, apapun orang itu yang menjadi ukurannya adalah duniawi.
Padahal Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam Hadits shahih bahwa : Rusaknya manusia pada suatu zaman nanti
apabila orang memandang keberhasilan hanya dilihat dari banyaknya harta yang
dimiliki.
Maka Allah subhanahu wata’ala dengan sifat Maha Adilnya menciptakan Akhirat, dimana orang yang taat, orang
yang bertaqwa akan masuk Surga dan orang yang kafir, tidak taat, tidak beriman,
akan dimasukkan ke dalam Neraka.
Sementara di dunia ini, terutama di
Indonesia, orang-orang yang melakukan maksiat justru dimuliakan oleh manusia.
Buktinya, kita lihat melalui TV orang yang korupsi (para koruptor) di Bandara
Soekarno-Hatta di kawal dengan segala
kehormatan, sementara Para TKW (TKI)
yang baru datang dari luar negeri, padahal mereka itu membawa devisa untuk
Negara tidak sedikit, justru di sia-siakan, disuruh segera pergi meninggalkan
Bandara.
Intinya
:
1.
Orang akan menjadi rusak dalam pandangan Allah subhanahuwata’ala kalau orang bangga
dengan dunia. Orang yang cinta dunia akan takut mati, itulah penyakit Wahn,
yang di Akhirat tidak ada bagian di sisi Allah subhanahu wata’ala.
2. Orang akan rusak
bila ber-Kiblat kepada syahwat, terutama syahwat terhadap lawan jenis. Singkatnya
: Orang itu dihadapan Allah tidak ada harganya kalau orientasi hidupnya hanya
kepada dunia, dan orientasi kepada wanita (lawan jenis).
3. Orang itu akan
rusak kalau orientasinya pada Dinar dan Dirham (Maksudnya : Uang).
Sekarang ini orang bergerak berupa apapun
berkaitan dengan uang. Rusaknya
zaman karena segala sesuatu diukur dengan uang.
4. Orang akan rusak
di akhir zaman kalau landasan geraknya adalah perut (makanan). Segala sesuatu
diukur dengan makanan. Orientasinya pada makanan.
Maka rezeki yang tidak diberkahi adalah
rezeki yang punya empat orientasi sebagaimana tersebut di atas.
Makna rezeki umumnya dikaitkan dengan
materi. Rezeki akan menjadi berkah bila memenuhi 4 hal :
1. Dengan niat yang
benar.
2. Dengan cara yang
benar,
3. Bidang kerjanya
benar,
4. Hasil kerjanya
disalurkan dengan cara yang benar.
1.Niat
yang benar.
Apapun yang dilakukan diniatkan untuk ibadah. Allah subhanahu
wata’ala melihat seluruh perbuatan manusia, tergantung pada niatnya.Setiap
perkara tergantung pada maksud yang
ada dalam hatinya. Niat setiap orang
mukmin kelak jauh lebih baik dari amalnya sendiri. Karena yang dinilai oleh Allah subhanahu wata’ala adalah proses perbuatannya bukan pada
hasil.
Maksudnya, orang yang berniat baik, sudah
dinilai sebagai orang baik. Dan niat akan
melebihi amalnya. Karena amal bisa saja terganggu oleh situasi. Seseorang yang
berniat beramal baik, meskipun tidak jadi karena ada gangguan atau halangan,
maka Allah subhanahu wata’ala sudah
menilai : sudah mengerjakan amalnya.
Misalnya seseorang ingin bersodakoh sejumlah uang kepada fakir –miskin,
tetapi ternyata uangnya hilang dicopet orang, maka oleh Allah swt. ia dinilai
sudah bershodakoh sebagaimana niatnya.
Maka niatkan kerja untuk ibadah. Orang
sudah berniat untuk Ibadah Haji, tetapi ia meninggal sebelum bisa berangkat
Haji,, maka ia sudah dicatat sebagai Haji oleh Allah subhanahu wata’ala.
2.Cara
kerja yang benar.
Niat-baik harus diserai dengan cara yang benar. Niat mencari nafkah untuk
anak-isteri adalah baik, tetapi bila dengan cara mencuri, maka itu tidak
benar.. Yang benar adalah cara mencari nafkah (beramal) dengan cara yang benar.
Termasuk menunaikan ibadah (sholat, puasa, zakat, dst) harus dengan cara yang
benar.
3.Bidang
kerja yang benar.
Bila niatnya benar, caranya benar, tetapi bidang kerjanya tidak benar,
penuh kemaksiatan, narkoba, dst, maka
akan menjadi masalah. Maka bidang kerjanya juga harus benar.
4.Hasil
kerjanya disalurkan dengan cara benar. Misalnya : Hasil kerjanya untuk biaya hidup anak-isteri, untuk ibadah, untuk
zakat, shodakoh, infak, dst. Rezeki yang berkah bisa ditandai dengan anak-anak
yang sholih, isteri yang sholihah dan orientasinya pada keluarga. Karier
sehebat apapun dan rezeki sebanyak apapun, rezeki itu tidak berkah, bila
keluarganya berantakan.
Dalam Hadits shahih Rasulullah shollallahau ‘alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya berkahnya rezeki, pertolongan
Allah, kasih-sayang Allah dalam keluarga itu bisa dimunculkan kalau orang
peduli dengan orang-orang miskin di sekitarnya”.
Dalam Hadits shahih, suatu hari ada
seorang Arab Gunung datang kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengajak ber-salaman (jabat-tangan).
Lalu beliau bersalaman dengan orang tersebut, tetapi segera dilepaskan. Orang
itu tersinggung, lalu berkata : “Ya Rasulullah, engkau adalah teladan kami,
engkau panutan kami, engkau pemimpin kami, tetapi mengapa engkau lepaskan tanganku,
engkau punya akhlak yang mulia, tetapi
kali ini engkau menyinggung perasaan kami. Mengapa ?”
Rasulullah saw. bertanya : “Siapa namamu
dan dari mana, kenapa tanganmu kasar sekali?”.Orang itu menjawab : “Namaku
Sa’ad Al Anshori, aku orang Arab gunung, pekerjaanku pengumpul kayu dan
pengumpul batu, untuk aku jual ke pasar.
Hasil kerjaku adalah untuk anak-isteriku. Juga untuk memberi makan
kepada tetanggaku seorang perempuan tua yang sudah tidak bisa mencari makan, serta seorang anak kecil yang setiap
hari aku beri makan karena ia ditinggal oleh orangtuanya mencari nafkah di
kota”.
Mendengar kata-kata orang itu Rasulullah
saw menundukkan kepala. Turunlah
malaikat Jibril berkata : “Ya Muhammad, sesungguhnya tangan yang mengajak
jabat-tangan itu adalah tangan yang sudah ditulis di surga dan tangan yang
engkau lepaskan itu adalah tangan yang tidak pernah disentuh api neraka”.
Mendengar kata-kata Jibril itu, segera
Rasulullah saw menegakkan kepala, lalu bersabda : “Mana tanganmu ?”. Mendengar
itu Sa’ad Al Anshori mengulurkan tangannya dan disambut oleh Rasulullah
saw, beliau berjabatan-tangan lama
sekali dan dicium oleh beliau, dengan disaksikan oleh para sahabat yang lain.
Rasulullah
saw bersabda kepada para sahabat : “Orang ini telah melakukan cara kerja yang baik, inilah
cara hidup yang diberkahi, dia bekerja di dunia dan tidak lupa dengan Akhirat”.
Demikianlah, mudah-mudahan kita bisa
belajar dari Sa’ad Al Anshori.
Sekian bahasan mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
___________
terimakasih ustadz..
ReplyDeletepak ustad aku penggemar berat mu tolong kirim aku wa
ReplyDelete