PENGAJIAN DHUHA
MASJID BAITUSSALAM
Harta Dalam Islam
Ahmad Fihri, MA.
Jum’at, 7 Rabi’ul Akhir 1438H – 6 Januari 2017.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Assalamu’alaikum
wr.wb.
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Dalam Hadits shahih Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa mengambil harta dengan jiwa yang
mulia, maka akan mulia hasilnya. Tetapi
siapa yang mengambil harta dengan tamak, maka hasilnya akan hina.
Maka dalam hadits tersebut, yang benar
adalah mengambil (memandang) harta dengan Qona’ah
(ikhlas dengan apa yang diterimanya).
Orang yang mengejar harta seperti orang
makan tetapi tidak pernah kenyang. Maka dalam konsep Islam, hendaknya memandang
harta dengan Qona’ah, ikhlas dan puas dengan yang diterima, dengan beramal sholih, dengan
ketaatan.. Maka dalam perkara Harta, kalau salah cara memahaminya, akan salah
pula pengetrapannya. Dan hari ini orang
masih menjunjung konsep kebutuhan.
Dalam konsep pendidikan, kebutuhan
dibagi menjadi : Sandang – pangan.
(pakaian dan makanan). Padahal dalam konsep AlQur’an tidak pernah menyebutkan
demikian itu. Kenyataan hidup sekarang
orang siang-malam mengejar dunia.
Setelah pensiun barulah “merapat” ke masjid, belajar mengaji, dst. Padahal seharusnya dibalik: Sejak muda belajar mengaji, memahami AlQur’an
dan Hadits.
Kalau dahulu orang memahami Pesantren
itu jorok, kudisan, dst., tetapi hari ini kalangan menengah atau intelektual banyak menitipkan
anaknya di pesantren. Kalau dahulu hanya orang-orang yang agamis, yang menyekolahkan
anaknya di Pesantren, tetapi sekarang banyak para orangtua yang intelek menyekolahkan
anak-anaknya di Pesantren.
Maka orang boleh mengejar dunia tetapi
jangan dilupakan mempelajari agama (Islam).
Termasuk ketika mendidik anak-anak kita, jangan hanya perkara keduniaan
saja, tetapi juga Akhirat harus diperhatikan dan diutamakan. Karena
saat ini pandangan manusia hanya terpusat pada dunia dan materi.
Kalau Harta dipahami dengan benar, maka
akan lahair konsep ZISWAF (Zakat-Infak-Shodakoh
dan Waqaf). Bahkan tidak ada ayat AlQur’an yang menjelaskan kita disuruh
menjadi orang miskin. Padahal di sana ada Zakat, Infaq, shodakoh dan Waqaf.
Wajib
Zakat.
Harta harus di zakati. Bila sudah
mencapai Nisab dan Haul. Masyarakat masih memahami bahwa zakat hanya dibahas
ketika bulan Romadhon. Padahal membicarakan zakat kapan saja, tidak harus di
bulan Romadhon.
Setiap kepemilikan emas sebanyak 85 gram
dan sudah mencapai Haul (setahun), harus dizakati (dibayarkan zakatnya sebesar
2,5%.) Demikian harta lain yang bukan emas, asal sudah mencapai setara dengan
Emas 85 gram harus dizakati. Misalnya harga emas saat ini Rp 500 ribu per-gram,
maka harta itu akan setara dengan uang
Rp 42.500.000.- (Empatpuluhdua juta limaratus ribu rupiah).
Maka bila anda sudah punya uang sebesar
tersebut atau lebih, harus membayar
zakat sebanyak 2,5% - nya. (2,5% dari Rp 42.500.000 = Rp 165.000,-).
(Seratus
enampuluh ribu rupiah per-tahun).
ZISWAF (Zakat, Infaq,
Shodakoh, Waqaf).
Zakat diambil dari
asset tertentu yang berkembang, diberikan kepada orang-orang tertentu, dan pada
waktu tertentu. Karena kadarnya adalah satu tahun (Haul). Bisa dari hasil
peternakan, perdagangan, penghasilan, diberikan kepada orang-orang tertentu
yang termasuk 8 (delapan) Asnaf , selama satu tahun. Misalnya Emas harus sudah
berumur satu tahun dalam pemilikan kita.
Infaq
adalah
berupa uang, seperti uang tromol, kotak infaq, dst.
Shodakoh, bisa berupa
apa saja yang bermanfaat.
Waqaf, dari sisi
pemberdayaannya, penerimanya bukan hanya 8 Asnaf, tetapi siapa saja boleh
memanfaatkannya, baik orang miskin maupun orang kaya.
Misalnya Waqaf untuk masjid atau untuk
pesantren, maka yang memanfaatkan siapa saja. Maka saat ini lembaga-lembaga
ZISWAF banyak menerima Waqaf dari orang-orang kaya, berupa tanah, Toko, Kios,
Mall, dst. karena pemberdayaannya sangat luar-biasa.
Do’a kita : Allahumma inni a’udzubika minal
kufri wal fakr (Ya Allah
sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran).
Dari sinilah perintah yang menganjurkan
agar kita menjadi orang kaya, bukan orang fakir. Kita harus menjadi orang yang
punya harta. Tetapi ingat, bahwa hakikatnya harta adalah milik Allah subhanahu wata’ala. Sama dengan faham
bahwa orang minum obat, menjadi sembuh dari sakitnya, tetapi sesungguhnya yang
menyembuhkan adalah Allah subhanahu
watta’ala.
Cara
berfikirnya
: Obat berasal dari tumbuhan, atau zat kimia.
Yang menciptakan tumbuhan adalah Allah subhanahua wata’ala, Allah Maha Penyembuh. Maka do’a untuk orang
sakit : Allahumma anta syafi, lasyifa-a illa syifa-uka, syifa-an layughodiru
syaqoman. (Ya Allah, Engkau Maha
Penyembuh, Tidak ada kesembuhan kecuali dari Engkau, anugerahi aku kesembuhan,
kesembuhan yang tidak akan datang lagi penyakit).
Maka ketika kita mendapatkan fasilitas
hidup seperti rumah, mobil, gaji, bonus, semua itu hakikatnya dari Allah subhanahu wata’ala. Karena kita oleh Allah sudah diberi mata,
otak, akal, tangan, kaki, untuk bekerja, menyetir, berdagang, dst, bisa
menghasilkan uang. Maka ketika kita menjadi sukses, pasti ada intervensi dari
Allah subhanahua wata’ala. Maka
dikatakan bahwa Allah adalah Al Khaliq, Allah ar Roziq (Pemberi
rezki).
Kita manusia hanya sebatas pemeganag Amanah.
Maka ketika kita keluarkan lagi harta kita sebagai Infaq atau Shodakoh,
maka memberikan pelajaran bahwa itu bukan harta kita. Kepemilikan pada Allah subhanahu wata’ala. Semua itu milik
Allah. Peran kita manusia hanyalah
proses pemindahan dan pengawasan. Baik melalui mekanisme jual beli (mendapat
uang), mendapat untung, producsion sharing, sewa-menyewa.
Maka kelak pada tataran sewa-menyewa
kita harus belajar tentang Fiqih
Halal-Haram. Agar harta kita menjadi berkah jangan ada yang menyangkut
sedikitpun barang haram, najis, dalam harta kita, karena itu berkaitan dengan
asupan makanan. Apalagi anak-anak kita
yang sedang belajar di pesantren, jangan sampai terganjal oleh hal-hal yang
berkaitan dengan barang Haram.
Kehidupan kita adalah menghadapi
kematian. Maka kita selalu berhati-hati memilih makanan dan pakaian, ini haram
atau tidak, sehingga tidak terbawa-bawa ke Akhirat. Maka dianjurkan agar
bapak-bapak dan ibu-ibu selalu mengaji, mendatangi Majlis Ta;lim. Memang kita selalu membeli, mengeluarkan
uang, tetapi dalam bekerja, kita sedang pinjam otot, tangan dan kaki, akal, otak semuanya dari
Allah subhanahu wata’ala. Kita tidak
pernah membayar sewa kepada Allah Swt.
Kita selalu meminta pertolongan kepada
Allah swt. Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al Fatihah : Iyyaka na’budu wa iyyaka
nasta’in. (Hanya kepada Engkau ya
Allah kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan). Kita tidur sampai berjam-jam, tetapi bangun Subuh untuk Sholat Subuh saja sudah sangat malas.
Konsep
Harta
II
: Harta itu baik, indah dan
mulia.
Pandangan kuno mengatakan bahwa harta
(Materi) itu tidak baik, jangan orang menjadi materialistis. Sehingga kita umat
Islam menjadi tidak punya apa-apa. Semua perusahaan, toko, Mall semua milik
orang non muslim. Padahal Muhammadiyah sudah memulai, yaitu dengan adanya
sekolah-sekolah, rumah-rumah sakit, sampai perguruan tinggi, untuk kita kuasai,
tentunya harus dengan modal (Harta).
Sampai hari ini sudahkah umat Islam
punya Rumah-Sakit ? Muhammadiyah sudah mengawali, tetapi yang lain belum.
Seandainya Rumah-Sakit Islam sebagai media dakwah, dengan membebaskan biaya
rumah sakit kepada setiap orang muslim, atau kepada setiap orang non muslim lalu
dibebaskan biaya rumah-sakitnya sambil
diajak orang tersebut belajar Islam untuk masuk Islam, dst.
Maka hendaknya umat Islam ini kaya dengan harta dan kaya dengan Aqidah,
siap beramal-sholih dst. Karena kita
umat Islam adalah mayoritas di negeri ini.
Jangan sampai karena saking sabarnya disaat umat ini di
minoritas (di suatu negeri non muslim) kita selalu diejek, disiksa bahkan
dihabisi. Tetapi ketika kita mayorits, kita selalu menghormati kepada yang
minoritas.
Maka marilah kita sampaikan dakwah sesuai
dengan kemampuan kita sesuai dengan keahlian kita. Ada 4 hal yang harus kita renungkan :
1.
Usia
untuk apa dihabiskan.
2.
Jasmani
sehat dipergunakana untuk apa ?
3. Ilmu
untuk apa kita amalkan. Usia panjang dipergunakan untuk apa ? Ketika fisik kita
sehat, kita diberi kesehatan oleh Allah subhanahu
wata’ala untuk apa dipergunakan. Termasuk akan dipertanyakan Akal sehat kita pergunakan untuk apa ?
4.
Harta, yang kita
miliki selama ini dipertanyakan : Dari mana harta itu di dapat dan dipergunakan
untuk apa ?.
Maka kita sebagai seorang suami, sebagai
pemimpin dalam rumahtangga, ketika mendapatkan harta sumbernya harus jelas. Yaitu dari sumber yang Halal dan Thoyyib. Itulah konsep harta menurut Islam, dari mana
didapat dan ke mana dibelanjakan.
Cari karunia Allah, jangan lupa
beribadah dan jangan lupa mati. Dalam AlQur’an Surat Takatsur Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
1. Bermegah-megahan telah
melalaikan kamu,
2. Sampai
kamu masuk ke dalam kubur.
Maksudnya, dengan bermegah-megahan dalam
harta maka manusia akan menjadi lalai dan akhirnya akan bertemu dengan kematian
(alam kubur).
Sebelum ajal, mudah-mudahan Allah subhanahu wata’ala selalu mengingatkan
kita untuk beriman, ber-Islam dan beramal sholih dan mudah-mudahan Allah
mematikan kita dalam Husnul Khotimah.
Selanjutnya, jangan lupa berbagi.
Lihat Surat
Al Hasyr ayat 7 :
Apa
saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk
rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka
terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
Dalam ayat tersebut, disebutkan bahwa
jangan harta itu beredar hanya pada orang-orang kaya saja. Sementara harta di komunitas kecil tidak pernah diniagakan oleh
orang-orang muslim. Sementara itu di
negeri kita banyak orang-orang muslim yang belanjanya ke Mall dan Supermarket
yang milik orang Yahudi.
Maka dengan ini dianjurkan bila belanja,
hendaknya di tempat-tempat orang-orang sesama muslim. Marilah kita penuhi
seruan Allah subhanahu wata’ala. Dan
jangan lupa kita saling berbagi.
Jangan pula kita lupa beribadah. Lihat Surat An Nuur ayat 35, 36 dan 37 :
35. Allah (Pemberi) cahaya
(kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah
lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam
kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang
tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya),
yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi
manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
36.
Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk
dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang,
37.
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli
dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan
sembahyang, dan (dari) membayarkan
zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi goncang.
Maksudnya, terutama kaum laki-laki jangan
dilupakan oleh urusan perniagaan, jual-beli dan perkara-perkara lain, begitu
mendengar Adzan dikumandangkan segeralah Sholat, menegakkan sholat di
rumah-rumah Allah subhanahu wata’ala.
Maka ketika orangtua menasihati
anak-anaknya : Nak, jaga Iman dan jaga Sholat.
Sholat merupakan tolok ukur keimanan
seseorang. Kalau seseorang sholatnya
sudah bolong-bolong berarti urusan yang lain pasti tidak beres.
Hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam : Suruhlah
anak-anakmu sholat di musia 7 tahun. Dan pukullah apabila sudah usia 10 tahun
tidak mau sholat. Namun demikian tentunya sejak usia 3 tahun sudah dilatih
untuk sholat (Ikut sholat) orangtuanya. Sehingga pada usia 7 tahun sudah bisa
melaksanakan sholat.
Dan jangan sampai lupa : Dzikir kepada Allah subhanahu wata’ala.
Sementara itu di tengah masyarakat ada
yang terlalu egoistis mengejar harta, dengan segala cara. Padahal harta adalah
titipan Allah subhanahu wata’ala,
yang pada suatu saat (di Akhirat) akan diminta pertanggung-jawabannya. Semua
akan diminta pertanggunjawabannya di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
Makna
Harta.
1. Harta juga
merupakan sarana kenikmatan di dunia, dengan tidak berlebih-lebihan.
2. Harta juga
merupakan hiasan dan kesenangan di dunia.
3. Harta juga
merupakan ujian Iman yaitu dilihat dari cara mendapatkannya dan cara memanfaatkannya.
4. Harta merupakan
bekal Ibadah dan ber-muamalah.
Hadits Rasulullah saw : Siapa yang dagingnya tumbuh dari hal-hal
yang tidak halal, maka neraka pantas
untuknya.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYAHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
____________
No comments:
Post a Comment