PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Menjadi Mukmin Sejati
Ustad Arie Budhi, Lc.
Jum’at, 18 Jumadil Akhir 1438H – 17 Maret 2017.
____________________________________________________________________
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Tema bahasan berikut adalah Menjadi Mukmin Sejati. Arti “Mukmin”
adalah orang beriman baik laki-laki maupun perempuan. Terutama beriman kepada
Allah subhanahu wata’ala. Tema
“Menjadi Mukmin Sejati” yang merupakan sebuah Frame (Bingkai) yang diberikan
oleh Allah subhanahu wata’ala, dalam
rangka seseorang itu bisa melakukan amal-perbuatan, baik di dalam rumahnya, di
lingkunagn tempat tinggalnya sampai pada tataran lingkungan Ke-Tata Negara-an.
Materi ini didasarkan pada Surat Al Anfaal ayat 2- 4 :
سُوۡرَةُ الاٴنفَال
إِنَّمَا
ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُہُمۡ
وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡہِمۡ ءَايَـٰتُهُ ۥ زَادَتۡہُمۡ إِيمَـٰنً۬ا
وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ (٢) ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ يُنفِقُونَ (٣) أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقًّ۬اۚ لَّهُمۡ دَرَجَـٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةٌ۬ وَرِزۡقٌ۬ ڪَرِيمٌ۬ (٤)
2.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
3.
(Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka.
4.
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat)
yang mulia.
Surat
Al Anfal
adalah berbicara tentang peperangan (Perang Badar), seperti juga Surat At
Taubah, Surat Al Ahzab, dst., Tetapi di awal Surat Al Anfaal sebagaimana
tersebut di atas, Allah subhanahu
wata’ala tidak membicarakan masalah Perang, di ayat tersebut Allah subhanahu wata’ala seakan memberikan tips kepada kita, dimana bila kita
menjadi seorang Mukmin sejati, seperti kita masuk ke dalam sebuah “arena
pertarungan”, maka kitaharus mempunyai fondasi yang sangat kuat.
Itulah yang ditanamkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihiwasallam ketika
beliau berdakwah selama 13 tahun di Makkah.
Artinya beliau menanamkan fondasi-fondasi Aqidah, sehingga ketika
seseorang beramal, terjun dalam masjyarakat beramal-sholeh, fondasinya telah kuat.
Dari ayat tersebut, orang yang
beriman bila disebut Nama Allah maka :
1. Bergetar hatinya,
2. Bertambah Imannya,
3. Bertawakkal hanya
kepada Allah subhanahu wata’ala,
4. Mendirikan Sholat
5. Menafkahkan
sebagian hartanya (rezkinya).
Lima
point tersebut menjadi ciri-khas orang yang beriman.
Dari ayat
tesebut, Allah subhanahu wata’ala
memberikan frame (batasan) bahwasanya
harus dibedakan antara orang-orang yang beriman
dengan orang-orang munafiq. Bahwa
anda orang beriman harus berbeda dengan orang-orang Munafiq. Yang dimaksud Munafq bisa dimaknai :
Orang-orang yang ber-KTP Islam tetapi loyalitasnya tidak kepada Islam.
Loyalitas kepada kepentingan dunia, membela orang-orang non-Muslim, dst.
Benih-benih ke-Munafiq-an sudah terjangkit dalam dirinya.
Dalam kitab Sirrah Nabawiyah, disebutkan
bahwa gembong (tokoh) Munafiq di Madinah
adalah Abdullah bin Ubay bin Zalul. Sampai Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam hijrah dan berada di Madinah, mereka
belum menampakkan permusuhannya. Sampai
ketika Perang Badar dimana kaum Muslimin mendapatkan kemenangan yang
luar-biasa. Di situlah tampak ketidak-sukaan Abdullah bin Ubay bin Zalul kepada
Islam. Ketidak-sukaannya diwujudkan
dengan adanya kerja-sama mereka dengan
orang-orang Kafir-Quraisy, dan orang-orang Yahudi di Madinah, yaitu Bani
Quraidzoh, Bani Nadzir, dsb.
Itulah yang dimaksudkan bahwa orang-orang
yang bekerjasama dan membantu menggolkan usaha-usaha orang-orang Non Muslim
dalam rangka memerangi orang-orang Muslim, karena dalam hatinya punya jiwa ke-Munafiq-an.
Dan hakekatnya orang Munafiq adalah orang-orang yang tidak beriman (orang
kafir).
Lihat Surat
Al Munafiqun ayat 1 :
إِذَا
جَآءَكَ ٱلۡمُنَـٰفِقُونَ قَالُواْ نَشۡہَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ ٱللَّهِۗ
وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ ۥ وَٱللَّهُ يَشۡہَدُ إِنَّ
ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ لَكَـٰذِبُونَ (١)
Apabila
orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad) mereka berkata: "Kami mengakui,
bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui
bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya
orang-orang munafik itu benar-benar
orang pendusta.
Mereka mengaku beriman hanya dimulutnya
saja. Tidak sampai ke dalam hatinya. Hakekatnya mereka adalah kafir.
Iman
adalah
: Qoulu
bilisan, tasdiqu bil qolbi, wal a’malu bil jawarih (Diucapkan dengan
lisan, dibenarkan-diyakini dalam hati dan diamalkan dengan seluruh anggota
tubuh).
Maka bila Iman hanya diucapkan saja, tanpa
diyakini dalam hati dan tanpa diperbuat dengan anggota badan, maka itu bukan Iman. Kalau hanya diucapkan saja, semua orang bisa.
Banyak orang Indonesia yang bukan Islam sering ikut-ikutan mengucapkan : Assalamu’alaikum, Alhamdulillah, Astaghfirullah, dst.
Padahal ia bukan muslim.
Iman
diucapkan dan diyakini saja juga belum cukup, sampai adanya bukti pengamalan
bahwa seseorang itu beriman dengan ucapan dan keyakinannya. Maka bila adaorang
mengucapkan dua Kalimah Syahadat, syarat masuk ke dalam Islam, harus disertai
dengan amal (perbuatan) ibadah : Sholat, Shiam, zakat, dan amalan-amalan sholeh
yang bisa menjadi identitas seorang muslim.
Secara lahir sulit menentukan sesorang itu
ber-Iman atau Munafiq. Apalagi zaman sekarang jumlah penduduk dunia semakin
banyak. Berbeda dengan zaman Nabi Muhammad saw, jumlah manusia ketika itu masih
sedikit. Sementara sekarang jumlah manusia sudah sedemikian banyak, sehingga
sulit menentukan seseorang itu Munafiq
atau bukan. Tanpa melalui proses penyelidikan yang mendalam. Maka jangan sampai
kita dengan mudah menuduh seseorang itu Munafiq atau bukan tanpa bukti-bukti
yang nyata tentang ke-Munafiq-annya.
Bergetar
hatinya
jika disebut Nama Allah swt.
“Bergetar” dalam ayat tersebut maksudnya :
Takut. Ketika disebut Nama Allah
swt. ada rasa ketakutan dalam hatinya, yaitu takut melakukan perbuatan dosa,
berbuat maksiat, takut berbuat salah dst. Takut ibadahnya tidak maksimal, takut
menyakiti hati orang lain, takut berbuat dzolim kepada orang lain.
Dalam AlQur’an sifat Takut digambarkan
dengan dua kata : Khouf dan Khos-yah.
Dua kata itu sama tetapi ada juga
perbedaannya. Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin dalam Kitab-nya Kitab
Sarah Tsalatsatul ‘Ushul
mengatakan :
Khouf, artinya takut,
misalnya seseorang yang takut kepada orang lain, tetapi ia tidak tahu apakah
orang tersebut akan mencelakakannya atau tidak.
Khos-yah, artinya takut,
misalnya takut kepada seseorang karena jelas orang itu akan mencelakakannya.
Lihat Surat
Faathir ayat 28 (Akhir ayat) :
Dan
demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Pengampun.
Maka jangan hendaknya ada yang meremehkan
(menghina) para Ulama. Karena selama ini di Media Sosial atau Media
lain, banyak orang-orang yang menghina
Para Ulama. Orang-orang yang mengkritik (menghina) para Ulama itu tidak
sedikitpun punya kapasitas ke-Ilmuan untuk meng-kritik para Ulama.
Padahal para Ulama itu dijamin oleh
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
bahwa para Ulama adalah pewaris Nabi.
Yaitu mereka para Ulama adalah orang-orang yang ber-Ilmu yang meneruskan dakwah
Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam. Kata “Ulama” artinya adalah orang-orang yang
ber-Ilmu, terutama Ilmu Syar’i (Ilmu
Agama). Dengan mempelajari Ilmu-ilmu
Syari’at kita akan bisa membedakan mana yang haram dan mana yang halal,
mana yang Tauhid dan mana yang Syirik, mana yang Sunnah dan mana yang Bid’ah,
dst.
Di sinilah perlu kita Mengaji, belajar, mendatangi Majlis Ta’lim, memahami Ilmu
Syar’i, sehingga kita menjadi paham tentang agama Islam, Syai’at Islam, dan Aqidah Islam.
Sebab kelak ketika kita meninggal dan dimasukkan ke dalam kubur, di Alam
Kubur itu kita akan ditanya oleh Malaikat : Apa agamamu, Siapa Tuhanmu, Siapa Nabimu, dst. Bila kita tidak bisa menjawab, maka akan
dimasukkan dalam Siksa kubur. Maka
itulah perlunya kita belajar Ilmu (Agama).
Tentang Ilmu-ilmu selain Ilmu Agama tidak wajib kita pelajari, hukumnya
hanya wajib Kifayah. Sedangkan mempelajari Ilmu Agama (Din) adalah Wajib
bagi setiap umat Islam.
AlQur’an dan As Sunnah wajib dipelajari. Menuntut
Ilmu (Agama ) adalah Wajib bagi
setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Dan orang-orang yang belajar
Ilmu (Agama) akan diangkat derajatnya dan dimuliakan oleh Allah subhanahu wata’ala. Dan orang yang
paling mulia di sisi Allah adalah orang yang ber-Taqwa.
Pertanyaannya : Sudah siapkah kita ketika
kelak ditanya oleh Malaikat?
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati kita semua akan
ditanyakan oleh Allah subhanahu wata’ala.
Kembali kepada ayat : Sesungguhnya yang paling takut di antara hamba-hamba-Nya adalah ulama.
Maka jangan sekali-kali kita meremehkan para Ulama.
Sifat Khouf dan Khos-yah akan hadir pada
diri seseorang, ketika orang itu mempunyai pengetahuan tentang Khouf itu sendiri.
Bagaimana caranya kita bisa menghadirkan rasa Khouf ? Caranya ialah
dengan Muroqobah (Merasa selalu diawasi) oleh Allah subhanahu wata’ala.
Dengan Muroqobah, maka akan muncul rasa Khouf
pada hati kita.
Lihat Surat
Qaaf ayat 16 :
Dan
sesungguhnya Kami (Allah) telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.
Maka Allah subhanahu wata’ala sangat tahu apa yang ada dalam hati setiap
manusia. Perlu kita Muroqobah (Merasa selalu diawasi Allah swt.), untuk menimbulkan
rasa takut (Khouf), dan itulah yang maksud “Bergetar” ketika disebut Nama Allah subhanahu wata’ala.
Bertambah
ke-Imanan-nya, ketika
dibacakan ayat Allah swt.
Yang dimaksud Ayat Allah swt, tidak terbatas hanya pada ayat-ayat AlQur’an (Ayat
Qouliyah), melainkan termasuk juga Ayat-ayat Kauniyah (Tanda-tanda
Kekuasaan Allah berupa alam semesta). Alam semesta justru lebih banyak
berbicara Kekuasaan Allah Ta’ala. Dan Ayat-ayat Kauniyah tidak terbatas
jumlahnya. Inilah yang dimaksud dengan :Tauhid
Rububiyah.
Lihat
Surat Ali Imran ayat 190 :
Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
Maka Allah subhanahu wata’ala memberi kepada manusia akal, agar manusia
berfikir dengan akalnya, yaitu memikirkan tentang Tanda-tanda Kebesaran Allah subhanahu wata’ala. Berfikir, tafakur, adalah salah satu jalan
dalam rangka Ma’rifatullah (Mengenal Allah swt.). Maka orang akan semakin
bertambah ke-Imanannya kepada Allah swt.
Selanjutnya Iman yang sudah tumbuh dalam
Hati (Qalbu) kita, hendaknya selalu kita pelihara, kita pupuk dengan Tilawah
AlQur’an, dengan Kajian-kajian ke-Islaman, dengan banyak menjalankan
Sunnah-Sunnah Nabi shollallahu ‘alaihi
wasallam, nantinya akan kita dapatkan
hasilnya yaitu Iman yang bertambah kuat yaitu yang disebut Ziyadatul Iman.
Ziyadatul Iman adalah :
1. Al Huriyah (Keamanan). Syaratnya
: Tidak mencampur-adukkan antara ke-Dzoliman dan ke-Imanan. Tidak
mencampur-adukkan Tauhid dengan Syirik.
(Lihat Surat Luqman ayat 13).
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَـٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُ ۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٌ۬
Dan [ingatlah] ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan [Allah] sesungguhnya mempersekutukan [Allah] adalah benar-benar kezaliman yang besar". (13)
2. Itmi’nan, (Ketenangan Jiwa).
Hidupnya tenang. Lihat Surat Ar Ra’d
ayat 28 :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِڪۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَٮِٕنُّ ٱلۡقُلُوبُ (٢٨)
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
3.
Keberkahan Allah
swt. Lihat
Surat Al A’raaf ayat 96:
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡہِم بَرَكَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا ڪَانُواْ يَكۡسِبُونَ (٩٦)
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami (Allah) akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
aarohmatullahi wabarokatuh.
________________
No comments:
Post a Comment