Translate

Tuesday, March 21, 2017

Menjadi Mukmin Sejati, oleh : Ustadz Arie Budhi, Lc.

PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM


Menjadi Mukmin Sejati
Ustad Arie Budhi, Lc.


Jum’at, 18 Jumadil Akhir 1438H – 17 Maret 2017.
____________________________________________________________________ 
  
Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,

Tema bahasan berikut adalah Menjadi Mukmin Sejati. Arti “Mukmin” adalah orang beriman baik laki-laki maupun perempuan. Terutama beriman kepada Allah subhanahu wata’ala. Tema “Menjadi Mukmin Sejati” yang merupakan sebuah Frame (Bingkai) yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala, dalam rangka seseorang itu bisa melakukan amal-perbuatan, baik di dalam rumahnya, di lingkunagn tempat tinggalnya sampai pada tataran lingkungan Ke-Tata Negara-an.


Materi ini  didasarkan pada Surat Al Anfaal ayat 2- 4 :

سُوۡرَةُ الاٴنفَال

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُہُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡہِمۡ ءَايَـٰتُهُ ۥ زَادَتۡہُمۡ إِيمَـٰنً۬ا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ (٢) ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ يُنفِقُونَ (٣) أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقًّ۬ا‌ۚ لَّهُمۡ دَرَجَـٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةٌ۬ وَرِزۡقٌ۬ ڪَرِيمٌ۬ (٤)


2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

3. (Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.

4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.

Surat Al Anfal adalah berbicara tentang peperangan (Perang Badar), seperti juga Surat At Taubah, Surat Al Ahzab, dst., Tetapi di awal Surat Al Anfaal sebagaimana tersebut di atas, Allah subhanahu wata’ala tidak membicarakan masalah Perang, di ayat tersebut Allah subhanahu wata’ala seakan memberikan tips kepada kita, dimana bila kita menjadi seorang Mukmin sejati, seperti kita masuk ke dalam sebuah “arena pertarungan”, maka kitaharus mempunyai fondasi yang sangat kuat.

Itulah yang ditanamkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihiwasallam ketika beliau berdakwah selama 13 tahun di Makkah.   Artinya beliau menanamkan fondasi-fondasi Aqidah, sehingga ketika seseorang beramal, terjun dalam masjyarakat beramal-sholeh,  fondasinya telah kuat.

Dari ayat tersebut,  orang yang beriman bila disebut Nama Allah maka :
1.     Bergetar hatinya,
2.     Bertambah Imannya,
3.     Bertawakkal hanya kepada Allah subhanahu wata’ala,
4.     Mendirikan Sholat
5.     Menafkahkan sebagian  hartanya (rezkinya).

Lima  point tersebut menjadi ciri-khas orang yang beriman.

Dari ayat  tesebut, Allah subhanahu wata’ala memberikan frame (batasan) bahwasanya harus dibedakan antara orang-orang yang beriman dengan orang-orang munafiq. Bahwa anda orang beriman harus berbeda dengan orang-orang Munafiq.  Yang dimaksud Munafq bisa dimaknai : Orang-orang yang ber-KTP Islam tetapi loyalitasnya tidak kepada Islam. Loyalitas kepada kepentingan dunia, membela orang-orang non-Muslim, dst. Benih-benih ke-Munafiq-an sudah terjangkit dalam dirinya.
Dalam kitab Sirrah Nabawiyah, disebutkan bahwa gembong (tokoh)  Munafiq di Madinah adalah Abdullah bin Ubay bin Zalul.   Sampai Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam hijrah dan berada di Madinah, mereka belum menampakkan permusuhannya.  Sampai ketika Perang Badar dimana kaum Muslimin mendapatkan kemenangan yang luar-biasa. Di situlah tampak ketidak-sukaan Abdullah bin Ubay bin Zalul kepada Islam.  Ketidak-sukaannya diwujudkan dengan adanya kerja-sama mereka  dengan orang-orang Kafir-Quraisy, dan orang-orang Yahudi di Madinah, yaitu Bani Quraidzoh, Bani Nadzir, dsb.

Itulah yang dimaksudkan bahwa orang-orang yang bekerjasama dan membantu menggolkan usaha-usaha orang-orang Non Muslim dalam rangka memerangi orang-orang Muslim, karena dalam hatinya punya jiwa ke-Munafiq-an. Dan hakekatnya orang Munafiq adalah orang-orang yang tidak beriman (orang kafir).
Lihat Surat Al Munafiqun ayat 1 :  

إِذَا جَآءَكَ ٱلۡمُنَـٰفِقُونَ قَالُواْ نَشۡہَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ ٱللَّهِ‌ۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ ۥ وَٱللَّهُ يَشۡہَدُ إِنَّ ٱلۡمُنَـٰفِقِينَ لَكَـٰذِبُونَ (١)

Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad) mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.

Mereka mengaku beriman hanya dimulutnya saja. Tidak sampai ke dalam hatinya. Hakekatnya mereka adalah kafir.

Iman adalah : Qoulu bilisan, tasdiqu bil qolbi, wal a’malu bil jawarih (Diucapkan dengan lisan, dibenarkan-diyakini dalam hati dan diamalkan dengan seluruh anggota tubuh).

Maka bila Iman hanya diucapkan saja, tanpa diyakini dalam hati dan tanpa diperbuat dengan anggota badan, maka itu bukan Iman.  Kalau hanya diucapkan saja, semua orang bisa. Banyak orang Indonesia yang bukan Islam sering ikut-ikutan mengucapkan : Assalamu’alaikum,  Alhamdulillah, Astaghfirullah, dst. Padahal ia bukan muslim.

Iman diucapkan dan diyakini saja juga belum cukup, sampai adanya bukti pengamalan bahwa seseorang itu beriman dengan ucapan dan keyakinannya. Maka bila adaorang mengucapkan dua Kalimah Syahadat, syarat masuk ke dalam Islam, harus disertai dengan amal (perbuatan) ibadah : Sholat, Shiam, zakat, dan amalan-amalan sholeh yang bisa menjadi identitas seorang muslim.

Secara lahir sulit menentukan sesorang itu ber-Iman atau Munafiq. Apalagi zaman sekarang jumlah penduduk dunia semakin banyak. Berbeda dengan zaman Nabi Muhammad saw, jumlah manusia ketika itu masih sedikit. Sementara sekarang jumlah manusia sudah sedemikian banyak, sehingga sulit menentukan  seseorang itu Munafiq atau bukan. Tanpa melalui proses penyelidikan yang mendalam. Maka jangan sampai kita dengan mudah menuduh seseorang itu Munafiq atau bukan tanpa bukti-bukti yang nyata tentang ke-Munafiq-annya.

Bergetar hatinya jika disebut Nama Allah swt.
“Bergetar” dalam ayat tersebut maksudnya : Takut. Ketika disebut Nama Allah swt. ada rasa ketakutan dalam hatinya, yaitu takut melakukan perbuatan dosa, berbuat maksiat, takut berbuat salah dst. Takut ibadahnya tidak maksimal, takut menyakiti hati orang lain, takut berbuat dzolim kepada orang lain. 

Dalam AlQur’an sifat Takut digambarkan dengan dua kata : Khouf dan Khos-yah.
Dua kata itu sama tetapi ada juga perbedaannya. Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin dalam Kitab-nya Kitab Sarah Tsalatsatul ‘Ushul  mengatakan :
Khouf, artinya takut, misalnya seseorang yang takut kepada orang lain, tetapi ia tidak tahu apakah orang tersebut akan mencelakakannya atau tidak.
Khos-yah, artinya takut, misalnya takut kepada seseorang karena jelas orang itu akan mencelakakannya.

Lihat Surat Faathir ayat 28  (Akhir ayat) :

 وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ مُخۡتَلِفٌ أَلۡوَٲنُهُ ۥ كَذَٲلِكَۗ إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَـٰٓؤُاْۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ (٢٨)

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Maka jangan hendaknya ada yang meremehkan (menghina) para Ulama.  Karena selama ini di Media Sosial atau Media lain, banyak orang-orang yang  menghina Para Ulama. Orang-orang yang mengkritik (menghina) para Ulama itu tidak sedikitpun punya kapasitas ke-Ilmuan untuk meng-kritik para Ulama.

Padahal para Ulama itu dijamin oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bahwa para Ulama adalah pewaris Nabi. Yaitu mereka para Ulama adalah orang-orang yang ber-Ilmu yang meneruskan dakwah Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam.   Kata “Ulama” artinya adalah orang-orang yang ber-Ilmu, terutama Ilmu  Syar’i (Ilmu Agama).  Dengan mempelajari Ilmu-ilmu Syari’at kita akan bisa membedakan mana yang haram dan mana yang halal, mana yang Tauhid dan mana yang Syirik, mana yang Sunnah dan mana yang Bid’ah, dst.

Di sinilah perlu kita Mengaji, belajar,  mendatangi Majlis Ta’lim, memahami Ilmu Syar’i, sehingga kita menjadi paham tentang agama Islam, Syai’at Islam, dan  Aqidah Islam.  Sebab kelak ketika kita meninggal dan dimasukkan ke dalam kubur, di Alam Kubur itu kita akan ditanya oleh Malaikat : Apa agamamu, Siapa Tuhanmu, Siapa Nabimu,  dst. Bila kita tidak bisa menjawab, maka akan dimasukkan dalam Siksa kubur.   Maka itulah perlunya kita belajar Ilmu (Agama).  Tentang Ilmu-ilmu selain Ilmu Agama tidak wajib kita pelajari, hukumnya hanya wajib Kifayah.  Sedangkan mempelajari Ilmu Agama (Din) adalah Wajib bagi setiap umat Islam.

AlQur’an dan As Sunnah wajib dipelajari. Menuntut Ilmu (Agama ) adalah Wajib bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Dan orang-orang yang belajar Ilmu (Agama) akan diangkat derajatnya dan dimuliakan oleh Allah subhanahu wata’ala. Dan orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang ber-Taqwa.
Pertanyaannya : Sudah siapkah kita ketika kelak ditanya oleh Malaikat?  Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati kita semua akan ditanyakan oleh Allah subhanahu wata’ala.

Kembali kepada ayat : Sesungguhnya yang paling takut di antara hamba-hamba-Nya adalah ulama. Maka jangan sekali-kali kita meremehkan para Ulama.
Sifat Khouf dan Khos-yah akan hadir pada diri seseorang, ketika orang itu mempunyai pengetahuan tentang Khouf itu sendiri. Bagaimana caranya kita bisa menghadirkan rasa Khouf ? Caranya ialah dengan Muroqobah (Merasa selalu diawasi) oleh Allah subhanahu wata’ala.
Dengan Muroqobah, maka akan muncul rasa Khouf pada hati kita.

Lihat Surat Qaaf ayat 16 :

 وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ وَنَعۡلَمُ مَا تُوَسۡوِسُ بِهِۦ نَفۡسُهُ ۥ‌ۖ وَنَحۡنُ أَقۡرَبُ إِلَيۡهِ مِنۡ حَبۡلِ ٱلۡوَرِيدِ (١٦)

Dan sesungguhnya Kami (Allah) telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.

Maka Allah subhanahu wata’ala sangat tahu apa yang ada dalam hati setiap manusia. Perlu kita Muroqobah (Merasa selalu diawasi Allah swt.), untuk menimbulkan rasa takut (Khouf), dan itulah yang maksud “Bergetar” ketika disebut Nama Allah subhanahu wata’ala. 

Bertambah ke-Imanan-nya, ketika dibacakan ayat Allah swt.
Yang dimaksud Ayat Allah swt, tidak terbatas hanya pada ayat-ayat AlQur’an (Ayat Qouliyah),  melainkan termasuk juga Ayat-ayat Kauniyah (Tanda-tanda Kekuasaan Allah berupa alam semesta). Alam semesta justru lebih banyak berbicara Kekuasaan Allah Ta’ala. Dan Ayat-ayat Kauniyah tidak terbatas jumlahnya. Inilah yang dimaksud dengan :Tauhid Rububiyah.

Lihat Surat Ali Imran ayat 190 :

 إِنَّ فِى خَلۡقِ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَـٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّہَارِ لَأَيَـٰتٍ۬ لِّأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَـٰبِ (١٩٠)

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

Maka Allah subhanahu wata’ala memberi kepada manusia akal, agar manusia berfikir dengan akalnya, yaitu memikirkan tentang Tanda-tanda Kebesaran Allah subhanahu wata’ala.  Berfikir, tafakur, adalah salah satu jalan dalam rangka Ma’rifatullah (Mengenal Allah swt.). Maka orang akan semakin bertambah ke-Imanannya kepada Allah swt.

Selanjutnya Iman yang sudah tumbuh dalam Hati (Qalbu) kita, hendaknya selalu kita pelihara, kita pupuk dengan Tilawah AlQur’an, dengan Kajian-kajian ke-Islaman, dengan banyak menjalankan Sunnah-Sunnah Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam, nantinya akan kita dapatkan hasilnya yaitu Iman yang bertambah kuat yaitu yang disebut Ziyadatul Iman.

Ziyadatul Iman adalah :

1.     Al Huriyah (Keamanan). Syaratnya : Tidak mencampur-adukkan antara ke-Dzoliman dan ke-Imanan. Tidak mencampur-adukkan Tauhid dengan Syirik.  (Lihat Surat Luqman ayat 13).

وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَـٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُ ۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ‌ۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٌ۬ 

Dan [ingatlah] ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan [Allah] sesungguhnya mempersekutukan [Allah] adalah benar-benar kezaliman yang besar". (13) 

2.     Itmi’nan, (Ketenangan Jiwa). Hidupnya tenang. Lihat Surat Ar Ra’d ayat 28 :

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِ‌ۗ أَلَا بِذِڪۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَٮِٕنُّ ٱلۡقُلُوبُ (٢٨)

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

3.     Keberkahan Allah swt. Lihat Surat Al A’raaf ayat 96: 

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡہِم بَرَكَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا ڪَانُواْ يَكۡسِبُونَ (٩٦)  

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami (Allah) akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum aarohmatullahi wabarokatuh.
                                                        ________________

No comments:

Post a Comment