PENGAJIAN DHUHA
MASJID BAITUSSALAM
Kenapa Islam Mundur.
Irsyadun Halim (BAZNAS)
Jum’at, 24 Rojab 1438H – 21 April
2017.
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Allah
subhanahu wata’ala berfirman dalam
AlQur’an Surat Al Hasyr ayat 18 :
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ
وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٌ۬ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٍ۬ۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ
ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ (١٨)
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Surat
An Nisaa’ ayat 9:
وَلۡيَخۡشَ ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُواْ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ
ذُرِّيَّةً۬ ضِعَـٰفًا خَافُواْ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُواْ
قَوۡلاً۬ سَدِيدًا (٩)
Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Hendaknya kita merasa khawatir akan
generasi sesudah kita (anak-keturunan kita) di masa datang.
Maka kita berdo’a agar Islam dan Iman kita
tetap kuat sebagai pegangan hidup kita. Dan demikian itu patut kita syukuri.
Sekiranya kita ingin menghitung nikmat Allah yang diberikan kepada kita,
niscaya tidak terhitung dan kita tidak akan bisa menghitungnya. Maka ketika hendak tidur kita
berdo’a dan bangun tidur kita berdo’a (bersyukur) : Alhamdulillahi ahyana ba’da ma
amatana wa ilaihinnusyur (Segala
puji bagi Allah, yang telah menghidupkan kami
setelah kami ditidurkan-Nya dan
kepada-Nya kami dibangkitkan).
Kali ini marilah kita mencoba Evaluasi
atau Muhasabah,
karena terkadang kita tidak sadar bahwa kita sudah melenceng atau kebablasan,
atau bahkan kita keliru dalam menjalani kehidupan ini. Maka dalam
sehari-semalam kita diperintahkan sholat
lima kali untuk ber-Muhasabah dengan Allah subhanahu wata’ala. Maka Evaluasi (Muhasabah) bukan hanya akhir
tahun atau setiap smester, atau ketika
menjelang wafat. Melainkan Muhasabah harus dilakukan setiap
hari lima kali agar kita tidak melenceng
dari garis (aturan) yang telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wata’ala.
Tema bahasan kali ini : Kenapa Umat Islam Mundur atau “Jalan di
tempat”. Kita kalah dengan umat lain. Padahal kita punya pegangan hidup berupa AlQur’an dan As Sunnah (Hadits). Seorang
filosof Perancis di zaman Syaikh
Muhammad Abduh bernama Renan pernah berkomentar : Saya tahu Islam dan AlQur’an banyak
nilai-nilai yang tinggi dan hebat serta bagus dalam kehidupan, tetapi tunjukkan kepada saya, mana komunitas
Islam yang benar-benar sesuai dengan AlQur’an dan As Sunnah?
Ketika diajukan pertanyaan tersebut,
Syaikh Muhammaad Abduh tidak bisa menjawab. Karena saat itu beliau belum
melihat Negara-negara Islam yang sesuai
sepenuhnya dengan AlQur’an. Maka Syaikh
Muhammad Abduh geram tetapi mengakui bahwa contohnya (Komunitas) yang dimaksud
tidak beliau temui. Berbeda dengan
ketika zaman Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam, zaman para sahabat dan setelahnya. Tetapi
setelah berabad-abad kemudian komunitas Islam yang dimaksudkan tidak
ditemui.
Satui abad setelah itu, seorang peneliti
di Washington City Amerika Serikat, menilii apa yang dimaksudkan Renan (Filosof
Perancis), apakah benar bahwa AlQur’an mempunyai ajaran yang bernilai tinggi,
hebat dan bagus.
Kemudian peneliti tersebut mengadakan
survey ke beberapa Negara, dan ternyata nilai-nilai Islam bukan di
Negara-negara Islam, bukan di Timur-Tengah atau Indonesia, melainkan ia temukan
di New Zealand. Negara itu menjadi ranking pertama. Dan
Indonesia masuk dalam urutan ke-140.
Kemudian survey dilanjutkan di Amerika
Utara, ternyata Kanada lebih baik dibanding Indonesia. Yaitu Kanada
masuk pada urutan ke-lima sebagai Negara yang komunitas penduduknya sesuai
dengan nilai-nilai ajaran Al Qur’an
(Islam). Yang menerapkan nilai-nilai ajaran Islam.
Informasi tersebut merupakan motivasi bagi
kita umat Islam Indonesia, yang
ke-Islaman-nya dalam keadaan “Jalan di tempat”. Maka wajar kalau umat Islam
di Indonesia menjadi masyarakat yang di-marginal-kan.
Bahkan dilecehkan oleh umat lain. Bila orang bicara Islam selalu dikaitkan dengan
teroris, pembunuhan, dan kejahatan lain. Bahkan umat Islam dikaitkan sebagai
orang yang bodoh, tidak moderen, ketinggalan zaman dst.
Padahal, menurtut Prof. Renan, filosof dari Perancis tersebut bahwa
nilai-nilai Islam tidak ada di ajaran umat lain, adanya dalam AlQur’an dan
Hadits, nilai-nilai keadilan,
kebenaran, amanah, kejujuran, nilai-nilai intelektual, adanya dalam AlQur’an
dan Hadits.
Maka kita bisa melihat bahwa umat Islam
Indonesia (kebanyakan) tidak memahami AlQur’an dan Hadits, tetapi sekedar bisa
membaca (Tilawah), bukan menggali, mengkaji
dan selanjutnya meng-analisis. Padahal bila umat Islam Indonesia
membaca, memahamai, menggali dan meng-analisis serta mengetrapkan dalam
kehidupan sehari-hari, niscaya akan muncul cendekiawan Islam seperti Ibnu Sina,
Ibnu Khaldun, dst. di Indonesia. Nyatanya kita tidak menemukan itu. Padahal perkembangan ilmu dunia sudah semakin
maju. Tehnologi semakin maju.
Ada yang salah dalam kehidupan kita. Umat Islam tidak menggunakan wasiat yang
dipesankan oleh Nabi Besar Muhammad shollallahu
‘alaihi wasallam yaitu AlQur’an dan Hadits. Beliau berpesan : “Aku tinggalkan dua perkara, yang kamu tidak
akan sesat selamanya, berjalan lurus dalam kebenaran, berjalan ke arah kemajuan
dunia dan Akhirat, yaitu Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah saw (AlQur’an dan As Sunnah)”.
Bila kita benar-benar mempelajari AlQur’an
dan As Sunnah dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, maka umat Islam
akan menjadi Manusia Superior
(Manusia Muttaqin). Firman Allah dalam AlQur’an : “Semulia-mulia manusia adalah orang-orang yang benar-benar bertaqwa” (Itulah
yang dimaksud Manusia Superior). Kita memang tidak melaksanakan dan tidak
mendengarkan apa yang menjadi pesan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam kepada kita.
Kita tidak menggali dan membaca As Sunnah
(Hadits), dan peri-kehidupan Nabi Muhammad shollallahu
‘alaihi wasallam. Maka sampai saat
ini kita umat Islam “Jalan di tempat”. Kita menjadi Umat Islam hanya sebatas kulitnya saja. Kita
membaca AlQur’an, memang itu banyak pahalanya, tetapi tidak hanya sampai
membaca saja. Melainkan kita harus
memahami dengan benar, bahasa Arab harus kita kuasai, kemudian kita tahu
Tafsirnya, tahu filosofi dalam Tafsir itu, kita tahu Asbabunnuzulnya, sehingga
tahu makna ayat itu dengan benar. Bila
hanya membaca Terjemahan AlQur’an saja, yaitu terjemahan dari Departemen Agama,
misalnya yang sedang dibuat “keributan” saat ini yaitu Surat Al Maidah ayat 51,
banyak orang yang salah memahami, karena tidak tahu Ilmu-nya.
Bagaimana akan bisa memahami AlQur’an dan
As Sunnah bila kita tidak menguasai Bahasa Arab. Mohon dimaklumi dan diketahui bahwa Bahasa
Arab adalah bahasa dunia dan di Akhirat. Bila kita (manusia) meninggal dan
dimasukkan ke dalam liang Kubur, dan di
Alam Kubur malaikat yang bertanya akan memakai Bahasa Arab. Siapa Tuhanmu,
siapa Nabimu, apakah Kitabmu, semua pertanyaan itu dengan bahasa Arab. Bukan
bahasa lain. Maka bahasa Arab bagi kita umat Islam adalah Wajib (Fardhu ‘Ain).
Kita sering melantunkan Sholawat Nabi, tetapi tidak tahu makna
dan arti Sholawat itu. Dan masih banyak lagi kelemahan-kelamahan kita. Maka
sebaiknya dalam Majlis-majlis Ta’lim banyak dilakukan kajian pendalaman
AlQur’an dan Hadits, sehingga banyak dari AlQur’an yang belum kita dengar,
banyak dari Hadits yang belum kita ketahui. Padahal kita harus belajar AlQur’an
sampai pada Tafsirnya, sehingga kita tahu Hukum-hukumnya, dan bagaimana pelaksanaannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Semntara selama ini umat Islam hanya bisa
sholat, tetapi hukum lain seperti zakat, shiam, dll.nya tidak diketahui.
Padahal zakat dan pelaksanaannya, hukumnya, setara dengan sholat. Dan itu ada
disebutkan dan ditulis dalam AlQur’an dengan Bahasa Arab.
Maka penyebab utama kenapa Islam “jalan di
tempat” karena :
1. Kita tidak
mempelajari AlQur’an dan Hadits, tidak kita dalami dan kita gali. Sehingga
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kita tidak yakin
dan tidak percaya sepenuhnya kepada Allah subhanahu
wata’ala. Buktinya, bila kita disuruh sholat, zakat, shiam tidak segera
dilaksanakan. Islam ini sebagian di-imani sebagian tidak di-imani. Padahal
tidak boleh demikian itu.
Ditambah lagi adanya opini-opini dalam
masyarakat bahwa kita harus kerjasama dengan orang kafir (Barat, Cina,
Kapitalis), sebab bila tidak maka kita akan gagal. Demikian itu adalah Syirik dan berbahaya. Itu terjadi pada masa kampanye Pilkada
DKI. Artinya, kita tidak yakin kepada
Allah subhanahu wata’ala, tidak yakin
kepada AlQur’an, tidak yakin kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
dst. sebagai petunjuk yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala.
Padahal keyakinan tersebut merupakan
fondasi. Orang yang benar-benar yakin kepada Allah subhanahu wata’ala, AlQur’an dan As Sunnah maka orang tersebut
hidupnya tenang, mantap memandang ke depan, optimis. Tidak ada keraguan. Tidak
takut apapun yang terjadi. Karena ia berjalan lurus berdasarkan AlQur’an dan
Hadits. Maka harus kita lihat kembali apakah kita sudah benar-benar yakin
kepada Allah subhanahu wata’ala. Kalau
kita yakin kepada Allah, kepada Rasulullah saw dan AlQur’an dan As Sunnah, maka
negeri ini tidak akan ada korupsi.
Dalam Hadits shahih, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam sedang
duduk-duduk bersama para sahabat, beliau bersabda : “Yang aku khawatirkan di suatu zaman umat ini akan rusak”. Para sahabat bertanya : “Apakah sebabnya, ya Rasulullah?”. Beliau bersabda : “Karena umat itu akan mengidap penyakit Al Wahn, yaitu cinta dunia dan takut
mati”.
Maka kita sebagai seorang muslim bila
sudah terlalu mencintai dunia (harta) maka kita akan takut mati. Dan kondisi
demikian menyebabkan Islam ini tidak akan maju. Karena ketika kita terlalu
mencintai harta, harta itu tidak akan
menolong kita di alam Akhirat. Dan orang demikian itu akan takut mati.
Seorang muslim yang akan bicara tentang
kebenaran dan keadilan, karena ia sangat mencintai harta, pangkat dan
jabatan, maka ia akan takut bicara yang benar dan adil. Ia khawatir kehilangan jabatan, pangkat dan penghasilannya,
dst. Padahal itu salah satu penyebab kemunduran umat Islam.
Karena mempertahankan harta, jabatan dan
pangkat serta rezekinya, seseorang Muslim akan mau mendatangi upacara agama
lain, ikut bernyanyi-nyanyi, artinya ia telah menjual keimanannya. Dan itu
banyak terjadi dan dilakukan oleh teman-teman kita yang muslim.
Penyebab lain kenapa Islam mundur :
Orang yang tidak fanatik atas agamanya.
Orang ini tidak fanatik atas agamanya, tidak Ashshobiyah. Padahal
dalam ber-Islam kita harus fanatik, mempertahankan Aqidah.
Kita tidak fanatik dalam nilai-nilai
Islam, nilai AlQur’an dan Hadits, kita tidak fanatik menjalankannya, kadang
kita lihat situasi dan kondisi (sikon). Demikian itu sebagai penyebab
kemunduran Islam. Artinya, kalau Islam mundur, maka penyebabnya adalah orang
Islam itu sendiri. Karena orang Islam tidak fanatik dalam menjalankan perintah
Allah subhanahu wata’ala. dan
Rasul-Nya.
Dalam Surat
Al ‘Ashr :
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
وَٱلۡعَصۡرِ (١) إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَفِى خُسۡرٍ (٢) إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ (٣)
وَٱلۡعَصۡرِ (١) إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَفِى خُسۡرٍ (٢) إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ (٣)
1. Demi masa.
2.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Surat tersebut merupakan rumus untuk orang sukses. Allah subhanahu wata’ala berfirman : Orang
yang tidak mengerjakan sesuatu tepat-waktu
maka ia akan rugi.
Dan orang yang sukses adalah orang yang
memakai rumus kebenaran. Sabar dalam
ayat tersebut adalah : Ulet, tidak cepat putus asa. Itulah kunci sukses dalam Surat Al Ashr. Tetapi selama ini yang
demikian tersebut tidak kita lakukan.
Mundurnya Umat Islam atau tidak majunya
umat Islam disebabkan :
1. Al Wahn (Mencintai dunia)
2. Jahil (bodoh), tidak
mau meningkatkan ilmu dan skill-nya.
3. Al Jubdu, Jumud, beku
dalam berfikir. Tidak mau ber-Inovasi, ber-kreasi.
Demikianlah, kalau kita sudah tahu
penyebabnya, maka insya Allah kita akan bisa mencari solusinya. Yaitu :
1. Yakin dengan Allah
dan Rasul-Nya,
2. Yakin dengan
AlQur’an dan As Sunnah,
3. Laksanakan Surat
Al ‘Ashr, dengan baik dan benar.
4. Kita ubah cara
hidup kita disesuaikan dengan ajaran AlQur’an dan As Sunnah.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
No comments:
Post a Comment