PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Etika Dalam Pergaulan
Burhanuddin, Ec, MA.
Jum’at, 11 Dzulqo’dah 1438H – 4
Agustus 2017.
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Dalam hidup
pergaulan sehari-hari saat ini bila seseorang ditanya, apakah ia ingin masuk
surga ? Ataukah ia ingin dimasukkan ke dalam neraka kelak di Akhirat? Maka
jawabannya pasti ia tidak mau masuk neraka. Ia ingin masuk Surga. Tetapi kadang
kita lihat realitas perilakunya tidak sesuai dengan jawabannya. Bahwa ia tidak
mau masuk neraka, ia ingin masuk Surga.
Itulah yang menjadi
problematika dalam hidup kita. Ucapan
dan tindakan tidak selaras. Padahal
ucapan seharusnya sesuai dengan tindakan. Itulah tanda orang beriman. Orang
beriman itu satunya kata dan perbuatan. Orang beriman harus konsisten.
Dan demikian itu yang diajarkan oleh Allah subhanahu
wata’ala. Dalam AlQur’an Allah subhanahu
wata’ala berfirman : “Barangsiapa
yang ingin berjumpa dengan Allah di Akhirat kelak, hendaklah ia beriman dan
melakukan amal-sholih”.
Ibarat orang
yang dijanjikan akan mendapat bonus Hadiah Pergi Haji, tentu orang akan segera
menjemputnya. Bila seseorang dijanjikan
akan diberi hadiah uang satu liyar rupiah, tentu orang itu akan segera
menjemputnya.
Bila kita
diperintahkan oleh Allah subhanahu
wata’ala untuk melakukan amal-sholih dengan janji akan
dimasukkan ke dalam Surga dan berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala, tentunya kita akan segera melaksanakan Amal-sholih.
Mudah-mudahan
kita saat ini bisa segera melaksanakan
Amal-sholih.
Maka seluruh
rangkaian hidup ini harus dikaitkan dengan ibadah
kepada Allah subhanahu wata’ala.
Kalau kita niatkan dengan sungguh-sungguh, sejak kita berusia Baligh
(15 Th) sampai kira-kira usia manusia 65
tahun, berarti umur kita untuk beribadah kepada Allah adalah 50 tahun. Bila
usia sebanyak itu diniatkan untuk ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala, maka insya Allah kita akan berjumpa dengan
Allah subhanahu wata’ala kelak di
Surga.
Amin,
ya Robbal ‘alamin.
Bila kita
niatkan hidup ini untuk ibadah kepada Allah subhanahu
wata’ala, insya Allah hidup kita akan bahagia. Bila ada orang hidupnya bermasalah, itu karena memang hidupnya tidak untuk
beribadah. Kalau ada seorang anggota DPR hidupnya untuk ibadah, insya Allah ia
akan masuk Surga dan bertemu dengan Allah subhanahu
wata’ala, Tetapi bila menjadi Anggota DPR bukan untuk ibadah melainkan untuk bermaksiat, maka sejak
di dunia ia sudah diborgol dan akan mendapat hukuman di dunia. Belum lagi kelak
di Akhirat maka ia akan diborgol oleh Malaikat.
Hidup
dalam Pergaulan.
Bagaimana hidup
ini dihormati orang tanpa kita meminta dihormati, maka kita harus mempunyai Etika yang baik dalam kehidupan
sehari-hari. Para guru dan Ulama di pesantren suka dicium tangannya oleh para
santri, karena memang guru dan ulama itu akhlaknya bagus, ilmunya tinggi dan
cara memberikan pelajaran dengan cara yang baik, maka ia dihormati oleh para
santrinya.
Sabda Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wasallam dalam
sebuah Hadits Shahih : “Maukah aku
tunjukkan sesuatu kepadamu wahai para sahabat, yang membuat kalian termasuk ke
dalam golongan orang-orang yang dijauhkan dari api neraka ?”. Maka para sahabat bertanya : “Apakah itu wahai Rasulullah?”.
Maka beliau
bersabda :
1. Apabila setiap manusia dalam dirinya ada
sikap ramah-tamah. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah marah, atau mencaci-maki
orang lain. Bahkan pernah beliau diminta oleh sekelompok orang untuk berdo’a,
mendoakan karena mereka yakin do’a Rasulullah pasti Makbul. Orang itu berkata :
“Wahai Rasulullah, berdoalah kepadaTuhanmu supaya orang-orang kafir/musyrik itu
dilaknat oleh Allah”. Maka jawaban
Rasulullah saw : “Sesungguhnya aku diutus
oleh Allah ke dunia bukan untuk melaknat orang.
Sesungguhnya aku diutus untuk menjadikan seseorang dekat kepada Allah
subhanahu wata’ala, yaitu membawa Rahmat dan Kasih-Sayang”. (Missi
Rasulullah saw adalah membawakan Rahmatan
lil ‘Alamin).
Maka ajaran
beliau adalah : Kalau ada orang yang mencaci-maki kita, doakan orang itu
mudah-mudahan menjadi orang yang baik. Hendaknya kita menjadi orang yang sabar.
Orang yang sabar, tandanya ia orang yang beragama dan ber-Iman. Hendaknya kita
selalu ingat (Dzikir) kepada Allah.
Bila kita ingat kepada Allah, hati kita pasti tenteram dalam menjalani
kehidupan ini.
2.
Apabila
setiap manusia dalam dirinya ada sifat Lemah-lembut (Layyin).
Bersikaplah
lemah-lembut kepada sesama manusia. Meskipun kita menghadapi orang yang sedang
marah, tetaplah kita bersifat lemah-lembut. Kadang memang sulit untuk tetap
bersikap lemah-lembut karena amenghadapi orang yang kasar atau sombong, bahkan
menghina kita. Karena ke-Imanan kita
belum baik. Ketika sedang emosi, kita harus kembali ingat kepada Allah subhanahu wata’ala.
Kalau kita
selalu ingat (Dzkir) kepada Allah,
niscaya kita akan masuk ke dalam Surga Allah subhanahu wata’ala.
Apalagi
dibandingkan dengan orang-orang Sufi, seperti seorang wanita Sufi : Robiyatun
‘Adawiyah yang ia beribadah bukan mengharap surga atau takut neraka,
malainkan beliau beribadah karena dasar
Cinta kepada Allah subhanahu wata’ala.
Yang tentunya oleh Allah beliau akan
dimasukkan ke dalam Surga.
Sementara kita
orang biasa ini beribadah karena ingin masuk Surga. Maka kita harus punya sikap
lemah-lembut.
3. Apabila setiap manusia dekat dengan
sesama manusia.
Kepada setiap
manusia hendaknya dekat. Meskipun kepada
orang kafir sekalipun, hendaknya tetap dekat, jangan dijauhi. Orang jahatpun
perlu didekati, karena hakekatnya ia manusia biasa, yang mungkin ia membutuhkan
kita, barangkali ia menjadi sadar dan tidak mau menjadi penjahat lagi karena
kedekatan kita dengannya. Semula ia orang jahat, tetapi dengan kedekatan kita, maka
ia menjadi orang baik-baik.
Mungkin dengan
dekat, lalu kita ajak sholat, maka ia menjadi sadar dan akhirnya menjadi orang
yang baik.
Karena seperti
disebutkan dalam AlQur’an : Inna sholata
tanha ‘anil faghsya-i wal munkar
(Sholat itu mencegah dari perbuatan keji (jahat) dan perbuatan mungkar).
Atau dengan kita
melakukan sholat dengan baik, maka kita bisa mencegah seseorang dari kejahatan
dan kemungkaran. Karena Hidayah Allah
akan turun kepada siapa saja bila Allah menghendaki.
Bisa jadi
kesuksesan kita karena ada orang lain yang mendukung kita. Itu juga karena
kedekatan kita kepada orang-orang yang membantu kita.
4. Apabila setiap manusia punya ucapan yang
mudah dipahami.
Karena kita
bergaul dengan sesama manusia, hendaknya kita punya ucapan, kata-kata, yang
mudah dipahami oleh sesama manusia. Apalagi kepada orang yang sedang sakit,
atau sedang menderita bathinnya, kita harus mengeluarkan kata-kata bijak. Jangan “sok ngajari”. Tetapi tolonglah segera
orang yang sedang sakit, prioritaskan ia untuk mendapat pertolongan segera.
Rasulullah saw
dalam hidupnya selalu memberi kemudahan kepada orang lain. Tidak pernah beliau
mempersulit orang lain. Maka bila anda menjadi pejabat atau petugas pelayanan
kepada masyarakat, permudahlah urusan
rakyat. Jangan sampai urusan rakyat menjadi sumber uang pelicin. Itu haram hukumnya.
Demikianlah Etika Islam dalam kehidupan masyarakat.
Bersumber dari Hadits Shahih diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban, yaitu Hadits
yang ke 470.
Dalam Hadits
lain Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Tidak sempurna
keimanan seseorang sehingga ia mencintai sudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya-sendiri”. (Hadits Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Mudah-mudahan
kita sebagai orang yang beriman selalu mengucapkan ucapan-ucapan yang penuh
dengan keramah-tamahan dan kelembutan. Usahakan keakraban persaudaraan kita
dengan siapapun. Bahkan dengan hewan-pun kita harus punya rasa kasih-sayang.
Hendaknya kita punya jiwa akrab dengan binatang, supaya binatang bisa jinak
kepada kita.
Kesimpulan
:
Hendaknya sebagai
orang beriman kita punya empat sifat :
1.
Hayyin (Ramah-Tamah).
2.
Layyin (Lemah-lembut)
3.
Qaribun minannaas
(Dekat dengan sesama manusia).
4.
Syahlin (Ucapan yang
mudah dipahami).
Sekian bahasan,
mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA
WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
No comments:
Post a Comment