PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
Kokohkan Langkah Perjuangan Dalam Islam
Ahmad
Suja’i , Lc, MA
Jum’at, 9 Muharram
1439H – 29 September 2017
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Judul kajian
kali ini adalah : Kokohkan Langkah
Perjuangan dalam Islam, salah satu perbuatan para Nabi dan Rasul dan para
Ulama ketika memilih salah satu jalan terbaik dan mereka memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar dikokohkan
langkahnya dalam kebaikan. Harapan mereka perjuangan itu insya Allah sampai
meninggal dunia.
Ada satu kondisi
yang menurut Nabi Muhammad shollallahu
‘alaihi wasallam adalah kondisi di mana seorang muslim sangat dekat dengan
Allah subhanahu wata’ala. Dalam
Hadits riwayat Imam Muslim Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Sedekat-dekat hamba di sisi Allah adalah
ketika hamba itu sedang dalam keadaan sujud”.
Memang kita
rasakan, kita merasa dekat sekali dengan Allah subhanahu wataa’ala ketika kita sedang sujud dalam sholat. Oleh
karena ada tiga permohonan yang terbaik dan kita dianjurkan mengucapkannya
ketika kita dalam keadaan sujud. Baik itu dalam sholat Fardhu maupun sholat
Sunnah, baik itu ketika sujud pertama maupun sujud terakahir dalam sholat. Yang
pertama kita ucapkan do’a kepada Allah subhanahu wata’ala ketika sujud adalah :
1. Allahumma
inni as-aluka husnal khotimah
(Ya Allah aku mohon kepada-Mu akhir hidup
yang baik).
2. Allahumma
ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala dinika (Ya Allah, yang berkuasa
membolak-balikkan hati, tetapkan (kokohkan) hati kami atas agama-Mu).
3. Allahummarzuqni
taubatannasuhan qoblalmaut (Ya
Allah berilah aku kesempatan bertaubat
sebelum meninggal dunia).
Ketiga do’a
tersebut, dianjurkan kepada kita ketika kita sujud dalam Sholat. Tentunya kita
membaca setelah membaca Subhana robbiyal
a’la wabihamdih. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.
Karena hati
manusia sering berubah-ubah. Semangat kita terkadang turun, terkadang naik.
Hati disebut Qalbun (sering berubah-ubah) maka kita memohon kepada Allah
agar dikokohkan hati kita di atas agama Allah subhanahu wata’ala. Bisa
saja seseorang dipagi hari beriman, tetapi sore hari menjadi kafir. Sebaliknya
di sore hari beriman, esok harinya menjadi kafir. Karena urusan hati, urusan
Hidayah adalah otoritas Allah suhanahu
wata’ala.
Ada sebuah kisah
dalam Hadits Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam yaitu kisah seorang yang sangat sholih bernama Bal’am bin Bahura (orang Bani Israil)
yang hidup di zaman Nabi Musa ‘alaihissalam. Dia adalah salah seorang
tokoh di kalangan Yahudi Bani Israil. Salah-satu keistimewaan Bal’am adalah
setiap kali berdo’a kepada Allah, selalu di ijabah (dikabulkan). Banyak orang
datang kepadanya memohon agar dido’akan, dan seketika Allah memberikan
pengabulan do’anya.
Bahkan ketika
kaumnya mengalami kemarau panjang, lama sekali tidak turun hujan, lalu kaumnya
itu datang kepada Bal’am : “Wahai Bal’am tolong do’akan untuk kami agar
Allah menurunkan hujan, karena kami
sudah banyak yang mengalami kekurangan air”. Maka Bal’am-pun berdo’a kepada
Allah dan segera turun hujan lebat sekali.
Suatu hari salah
satu kelompok orang Bani Israil yang minta dengan mendesak kepada Bal’am agar
mendo’akan keburukan untuk Nabi Musa ‘alaihissalam yang ketika itu Nabi Musa a.s. masih hidup.
Mereka mendesak kepada Bal’am :“Wahai Bal’am tolong do’akan yang terburuk bagi
Musa”. Jawab Bal’am : “Bagaimana mungkin aku mendo’akan sesuatu keburukan kepada
Nabi?”.
Tetapi
sekelompok kaum itu selalu mendesak
kepada Bal’am dan menawarkan apa saja yang diinginkan Bal’am. Ingan jabatan,
ingin harta, ingin perempuan cantik, akan disiapkan dan disediakan. Akhirnya Bal’am berdo’a suatu keburukan bagi
Nabi Musa a.s. Rupanya hati Balkam tidak
kokoh untuk mempertahankan ke-Imanannya dan Aqidahnya. Dan sesudah itu Bal’am
murtad dari agama Allah, ia ingkar kepada Allah, tidak lagi beriman kepada Nabi
Musa ‘alaihissalam, dan meninggal
dunia dalam keadaan murtad.
Bahwa perjuangan
adalah merupakan Sunnatullah, yaitu perbuatan orang-orang yang sholih.
Lihat AlQur’an Surat Al Baqarah ayat 246 :
سُوۡرَةُ البَقَرَة
أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلۡمَلَإِ مِنۢ بَنِىٓ إِسۡرَٲٓءِيلَ مِنۢ بَعۡدِ مُوسَىٰٓ إِذۡ قَالُواْ لِنَبِىٍّ۬ لَّهُمُ ٱبۡعَثۡ لَنَا مَلِڪً۬ا نُّقَـٰتِلۡ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِۖ قَالَ هَلۡ عَسَيۡتُمۡ إِن ڪُتِبَ عَلَيۡڪُمُ ٱلۡقِتَالُ أَلَّا تُقَـٰتِلُواْۖ قَالُواْ وَمَا لَنَآ أَلَّا نُقَـٰتِلَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَقَدۡ أُخۡرِجۡنَا مِن دِيَـٰرِنَا وَأَبۡنَآٮِٕنَاۖ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡقِتَالُ تَوَلَّوۡاْ إِلَّا قَلِيلاً۬ مِّنۡهُمۡۗ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِٱلظَّـٰلِمِينَ (٢٤٦)
أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلۡمَلَإِ مِنۢ بَنِىٓ إِسۡرَٲٓءِيلَ مِنۢ بَعۡدِ مُوسَىٰٓ إِذۡ قَالُواْ لِنَبِىٍّ۬ لَّهُمُ ٱبۡعَثۡ لَنَا مَلِڪً۬ا نُّقَـٰتِلۡ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِۖ قَالَ هَلۡ عَسَيۡتُمۡ إِن ڪُتِبَ عَلَيۡڪُمُ ٱلۡقِتَالُ أَلَّا تُقَـٰتِلُواْۖ قَالُواْ وَمَا لَنَآ أَلَّا نُقَـٰتِلَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَقَدۡ أُخۡرِجۡنَا مِن دِيَـٰرِنَا وَأَبۡنَآٮِٕنَاۖ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡقِتَالُ تَوَلَّوۡاْ إِلَّا قَلِيلاً۬ مِّنۡهُمۡۗ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِٱلظَّـٰلِمِينَ (٢٤٦)
Apakah
kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu
ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami
seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah".
Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan
berperang, kamu tidak akan berperang". mereka menjawab: "Mengapa kami
tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari
anak-anak kami?". Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun
berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. dan Allah Maha mengetahui
siapa orang-orang yang zalim.
Yang dimaksud Bani
Israil adalah orang-orang keturunan Nabi
Ya’qub ‘alaihissalam, yaitu
ketika pemuka-pemuka mereka berkata kepada Nabi mereka, yang bernama Nabi Samuel
(Shomwil) salah seorang Nabi setelah Nabi
Musa ‘alaihissalam wafat,
pemuka-pemuka Bani Israil tersebut meminta agar diberi seorang Panglima Perang,
seorang ahli memimpin peperangan, mereka berjanji akan berjuang di jalan Allah.
Ketika itu kaum Bani Israil dikuasai dan ditindas oleh seorang
raja bernama Jalut (Goliath) yang bertubu tinggi-besar.
Nabi
Samuel
berkata : Aku khawatir kalian nanti kalau
sudah diwajibkan berjuang di jalan Allah lalu kalian tidak mau berperang, tidak
mau berjuang di jalan Allah.
Pemuka-pemuka Bani
Israil itu menjawab : Bagaimana mungkin
kami tidak mau berperang di jalan Allah, sedangkan kami sudah terusir dari
negeri kami dan anak-anak kami juga sudah terusir ?
Ayat tersebut
sangat relevans dengan realita-realita saat ini yang dihadapi oleh sebagian
kaum Muslimin, seperti Rohingya yang
diusir oleh Pemerintah Myanmar. Padahal wajib bagi kaum Muslimin untuk
mempertahankan negerinya. Sebagaimana orang-orang Palestina yang diusir oleh
Yahudi Bani Israil saat ini, di mana orang-orang Palestina wajib mempertahankan
tanah-air mereka dan mempertahan-kan Masjidil
Aqsha, salah satu dari tiga masjid utama yang dianjurkan untuk dikunjungi oleh kaum
Muslimin. (Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha).
Bila kita kaji
secara historis, ketiga masjid tersebut ada hubungannya dengan para Nabi dan
Rasul.
1.
Masjid
Nabawi
di Madinah berhubungan secara historis (kesejarahan) dengan Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam, karena
beliaulah yang membangun tersebut.
2.
Masjidil
Haram
ada ikatan historis dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
Yaitu beliau membangun Masjidil Haram (Ka’bah) dengan dibantu oleh putera
beliau yaitu Nabi Ismail ‘alaihissalam.
Ketika beliau membangun Masjidil Haram (Ka’bah), beliau sering berdiri di atas
batu yang sampai sekarang masih ada yaitu yang disebut Maqam Ibrahim yang terletak di dalam di samping Ka’bah..
3. Masjidil
Aqsha
secara historis adalah terkait dengan Nabi
Sulaiman ‘alaihissalam, salah
seorang Nabi dari Bani Israil.
Dalam sebuah
Hadits shahih, menurut Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam, jarak waktu dibangunnya Masjidil Haram dengan Masjidil
Aqsha adalah 40 (empatpuluh) tahun. Artinya, setelah selesainya Ka’bah dibangun
oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam,
empatpuluh tahun kemudian dibangun Masjidil Aqsha oleh Nabi Sulaiman ‘alaihissalam. Ketiga masjid tersebut
ada kaitannya dengan para Nabi dan para Rasul.
Kembali kepada
ayat tersebut di atas : Maka tatkala
perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling kecuali beberapa orang
saja di antara mereka.
Maksudnya,
ternyata orang-orang Bani Israil tidak mau berjuang di jalan Allah, membela agama
Allah, tidak mau memepertahankan kebaikan, kecuali
hanya sedikit yang mau berjuang.
Dan kalau kita
perhatikan Sunnatullah para jamaah kita umat Islam saat ini, yang peduli terhadap agamanya (Islam) hanya
sedikit. Yang mau memperjuangkan agamanya (Islam), yang mau men-syiarkan agama
Islam hanya sedikit.
Dalam ayat
tersebut : Dan Allah Maha Mengetahui
siapa orang-orang yang dzalim
Ayat
247
(ayat berikutnya) :
æ
سُوۡرَةُ البَقَرَة
وَقَالَ لَهُمۡ نَبِيُّهُمۡ إِنَّ ٱللَّهَ قَدۡ بَعَثَ
لَڪُمۡ طَالُوتَ مَلِكً۬اۚ قَالُوٓاْ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ ٱلۡمُلۡكُ عَلَيۡنَا
وَنَحۡنُ أَحَقُّ بِٱلۡمُلۡكِ مِنۡهُ وَلَمۡ يُؤۡتَ سَعَةً۬ مِّنَ ٱلۡمَالِۚ
قَالَ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَٮٰهُ عَلَيۡڪُمۡ وَزَادَهُ ۥ بَسۡطَةً۬ فِى ٱلۡعِلۡمِ
وَٱلۡجِسۡمِۖ وَٱللَّهُ يُؤۡتِى مُلۡڪَهُ ۥ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَاسِعٌ
عَلِيمٌ۬ (٢٤٧)
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut
memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan
daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata:
"Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas
dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui.
Maksudnya, Allah subhanahu wata’ala melalui Nabi-Nya
(Samuel) menunjuk seorang bernama Thalut untuk menjadi pemimpin
(Panglima) perang, memimpin orang-orang Bani Israil. Ternyata orang-orang Bani
Israil tidak mau dipimpin oleh Thalut, karena Thalut adalah orang biasa bahkan
miskin harta, dianggap tidak layak
memimpin. Tetapi Allah memilih Thalut
menjadi pemimpin mereka.
Mereka (orang Bani
Israil) mengatakan : Kami lebih berhak
untuk menjadi pemimpin. Demikian
tanda-tanda mulai ada benih ke-ingkaran kepada Allah subhanahu wata’ala dari Bani Israil. Salah satu hal yang bisa melemahkan
perjuangan adalah bila orang meremehkan kebaikan. Orang Bani Israil merasa
lebih pantas untuk menjadi pemimpin. Mereka mengatakan bahwa Thalut bukan orang
kaya, tidak punya harta, maka tidak pantas untuk menjadi pemimpin.
Demikianlah, suatu
pelajaran yang berharga bagi kita semua bahwa kesuksesan seseorang tidak bisa diukur dari
materi (kekayaan).
Banyak contoh
orang diberi kekayaan harta, tetapi bukan semakin mendatangkan keberkahan
dalam hidupnya, tetapi justru semakin ia jauh dari Allah subhanahu wata’ala. Sebaliknya, banyak orang yang tidak diberi harta, ia
sedang-sedang saja ekonominya, tetapi justru mendatangkan keberkahan, dan
semakin ia terpacu untuk melakukan amal-sholih. Itu berarti harta yang barokah.
Bila seseorang
diberikan karunia harta, tetapi semakin menjauh dari Allah subhanahuwata’ala, maka itulah yang disebut : Istidraj.
Sedangkan harta
yang barokah, yang baik, ketika dipegang akan mendatangkan kebaikan. Maka do’a kita: Allahumma bariklana fima rozaqtana
waqina ‘adzabannaar ( Ya Allah
berikanlah kebaikan kepada kami rezeki dan jauhkanlah kami dari siksa neraka).
Do’a tersebut bisa
dibaca kapan saja dan untuk keperluan apa saja.
Dalam ayat
tersebut, Thalut diberikan kelebihan
oleh Allah subhanahu wata’ala berupa Ilmu dan fisik yang kuat. Maka dipilihlah Thalut untuk menjadi panglima,
memimpin orang-orang Bani Israil. Untuk melawan Raja Jaluth yang berkuasa, tetapi tidak punya belas-kasihan kepada
orang-orang Bani Israil.
Dalam Hadits
disebutkan bahwa mu’min yang kuat lebih
baik daripada mu’min yang lemah. Maka Rasulullah saw mengajarkan beberapa
jenis olahraga, yaitu Ar Rimayah (Memanah), Rukubul
hail (berkuda) dan As Sibahah (Berenang). Agar umat
Islam menjadi orang yang kuat fisiknya. Salah satu yang penting dalam
perjuangan adalah fisik yang kuat. .Selain
memiliki Ruh yang kuat yang dekat dengan Allah melalui sholat Malam (Tahajud),
puasa-puasa Sunnah, umat Islam harus kuat dengan cara berolah-raga.
Ternyata tiga
jenis olahraga itulah yang paling mampu membuat fisik menjadi kuat. Berenang
(As Sibahah) adalah salah satu jenis olah raga yang menjadikan fisik kuat.
Olahraga Rimayah (Memanah) adalah
melatih konsentrasi (Fokus) yang kuat. Banyak
isyarat-isyarat AlQur’an yang Rasulullah saw sendiri belum pernah melihatnya.
Contoh :
Dalam
Surat Ar Rahman ayat 19 – 20 :
وۡرَةُ الرَّحمٰن
مَرَجَ ٱلۡبَحۡرَيۡنِ يَلۡتَقِيَانِ (١٩) بَيۡنَہُمَا
بَرۡزَخٌ۬ لَّا يَبۡغِيَانِ (٢٠)
19. Dia(Allah)
membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
20.
Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.
Dua air laut yang
satunya asin dan satunya tawar tetapi tidak pernah bisa bertemu (bercampur)
karena ada “dinding” yang tidak bisa dilampaui oleh masing-masing jenis air
laut itu yaitu di Laut Mediteranian.
Dan itu tidak pernah diketahui dan dikenal oleh Rasulullah saw. tetapi
informasi tersebut adalah wahyu langung dari Allah subhanahu wata’ala.
Ayat : Fabi-ayyi
alaa-i robbikumma tukadzdziban (Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ? ).
Ayat ini diulang
sampai 31 kali dalam Surat Ar Rahman.
Pada Surat
Al Baqarah ayat 247 :
سُوۡرَةُ البَقَرَة
وَقَالَ لَهُمۡ نَبِيُّهُمۡ إِنَّ ٱللَّهَ قَدۡ بَعَثَ
لَڪُمۡ طَالُوتَ مَلِكً۬اۚ قَالُوٓاْ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ ٱلۡمُلۡكُ عَلَيۡنَا
وَنَحۡنُ أَحَقُّ بِٱلۡمُلۡكِ مِنۡهُ وَلَمۡ يُؤۡتَ سَعَةً۬ مِّنَ ٱلۡمَالِۚ
قَالَ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَٮٰهُ عَلَيۡڪُمۡ وَزَادَهُ ۥ بَسۡطَةً۬ فِى ٱلۡعِلۡمِ
وَٱلۡجِسۡمِۖ وَٱللَّهُ يُؤۡتِى مُلۡڪَهُ ۥ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَاسِعٌ
عَلِيمٌ۬ (٢٤٧)
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
"Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat
ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga
Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.
Yang dimaksud
Tabut dalam ayat tersebut adalah peti yang dikirim dari langit, yang berisi
peninggalan Nabi Musa dan Nabi Harun. Di antaranya (menurut Ahli Tafsir
AlQur’an) diantaraanya sandal dan tongkat Nabi Musa a.s. sebagai tanda dari
Allah subhanahu wata;ala bahwa Thalut
itulah yang dipilih sebagai panglima (pemimpin) kaum Bani Israil saat itu.
Dan kelebihan
orang-orang Bani Israil : Di mana Tabut
itu dibawa oleh Malaikat-Malaikat Allah subhanahu wataa’ala. Itu merupakan
tanda Kebesaran Allah bagi orang yang beriman.
Lihat
ayat 250 (Al Baqarah) :
سُوۡرَةُ البَقَرَة
وَلَمَّا بَرَزُواْ لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِۦ قَالُواْ
رَبَّنَآ أَفۡرِغۡ عَلَيۡنَا صَبۡرً۬ا وَثَبِّتۡ أَقۡدَامَنَا وَٱنصُرۡنَا عَلَى
ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡڪَـٰفِرِينَ (٢٥٠)
Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka,
merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan Kami, tuangkanlah
kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami
terhadap orang-orang kafir."
Jalut
(Goliath)
adalah raja yang menguasai kaum Bani Israil yang bersifat bengis.
Dan Thalut dan
balatentaranya yang ingin berperang melawan Jalut, di antaranya terdapat Dawud
yang masih berusia anak muda, mereka berdo’a kepada Allah subhanahu wata’ala untuk bisa mengalahkan Raja Jalut yang jauh
lebih kuat : Robbana afrigh lalaina shobran (Ya Allah, limpahkan kesabaran kepada kami), karena akan menghadapi
perjuangan di jalan Allah, dan kokohkan
pendirian kami dan tolonglah kami
menghadapi orang-orang kafir.
Itulah do’a Thalut
dan orang-orang beriman saat itu: Robbana
afrigh ‘alaina shobran watsabbit aqdamana
wanshurna ‘alal qaumil kafirin (Ya Tuhan kami, berilah kesabaran kepada kami dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami menghadapi orang-orang
kafir).
Para Ulama
menjelaskan : Ada beberapa hal yang bisa mengokohkan kita dalam perjuangan
karena setiap perjuangan pasti ada tantangannya, ada cobaannya. Orang hidup adalah perjuangan. Sejak bangun
pagi (bangun Subuh) adalah perjuangan. Karena saat Subuh itu sedang
enak-enaknya orang tidur . Menurut Hadits Rasulullah saw, syaithan mengikat
setiap tengkuk semua orang dengan tiga ikatan. Supaya manusia itu sulit untuk
bangun Subuh, sulit untuk bangun malam (Tahajud), dst.
Bila manusia itu
bangun, maka lepaslah ikatan pertama. Orang itu belum tentu akan sholat,
melainkan masih malas, ia hanya buang air kecil lalu tidur lagi. Bila Kemudian
ketika itu ia ber-Wudhu maka lepaslah ikatan kedua. Hilang rasa mengantuknya,
hilang rasa malasnya. Maka Sunnah-nya kalau kita bangun hendaknya langsung
ber-Wudhu. Kalau sudah bangun masih
malas-malasan, melihat jam dsb, maka syaithan datang lagi menggoda, ia akan
tidur lagi. Maka gagallah ia untuk bangun malam (Tahajud) atau bangun Subuh.
Maka Ulama
menganjurkan setelah bangun segera membaca do’a : Alhamdulillahilladzi ahyana ba’da
ma amatana wailahinnusyur. (Segala puji bagi Allah, yang telah
menghidupkan kami setelah kami ditidurkan-Nya dan kepada-Nya kami
dibangkitkan).
Atau ditambah
dengan do’a : Lailaha illallah huwahdahu lasyarikalah lahul mulku walahulhamdu wahuwa
‘ala kulli syai’in qadir.
Subhanallah wal
hamdulillah wala ilaha illallah huwallahu akbar. Wala haula wala quwwata illa billah. Allahummaghfirli.
Menurut Rasulullah
saw : Bila seseorang membaca do’a tersebut setelah bangun tidur di malam hari,
maka do’a-do’anya dikabulkan oleh Allah dan apabila ia sholat Tahajud pada
malam itu maka sholatnya diterima oleh Allah Ta’ala.
Selanjutnya bila
bangun malam itu dilanjutkan dengan Wudhu, maka lepaslah ikatan kedua. Kemudian ketika ia memulai Sholat Malam
(Tahajud) dengan Takbirotul Ihram : Allahu-Akbar, maka
lepaslah ikatan ketiga. Maka gagallah usaha syaithan menggoda manusia itu. Memang untuk berbuat kebaikan membutuhkan perjuangan.
Dan untuk itu Allah sediakan Surga.
Saat ini sudah
mulai banyak orang melakukan Sholat Subuh berjamaah di masjid-masjid, hampir
menyamai dengan suasan sholat Jum’at.
Masjid penuh dengan orang Sholat Subuh. Sebagaimana contohnya adalah di Masjid Darul Maarif, Pondok Kelapa
Jalarta Timur, sholat Subuh hampir seperti sholat Jum’at. Demikian pula
di kota Yogyakarta di sebuah masjid dibawah pimpinan Ustadz Salim Afillah di Masjid Jagakaryan. Masjidnya
selalu penuh ketika Sholat Subuh berjamaah.
Sholat Subuh
berjamaah di Masjid menjadi pembuka keberkahan hidup manusia. Bila setiap hari
dikerjakan demikian, maka insya Allah hari
itu akan menjadi Hari Keberkahan
dari Allah subhanahu wata’ala. Bisa menjadi pengokoh langkah perjuangan bagi
orang yang beriman. Yaitu dengan cara :
1.Kasratuzdzikrillahi
ta’ala
(Orang-orang yang tidak pernah lepas ber-dzikir kepada Allah Ta’ala). Ucapan Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir dan kalimat-kalimat mulia lainnya akan
mengokohkan jiwa seorang beriman kepada Allah swt. Dan ucapan tersebut selalu
dilafalkan oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabat beliau ketika Perang Badar. Ternyata perang dimenangkan oleh orang-orang
Muslimin ketika itu dengan bantuan dari Allah subhanahu wata’ala. Allah
akan selalu membantu (menolong) kepada orang-orang yang ber-dzikir. Dan Allah
akan mengokohkan langkah perjuangan seorang yang beriman.
2.Ata’ayus ma’al
Qur’an
(Bagaimana seseorang ber-interaksi dengan AlQur’an).
Kalau kita baca
sejarah kemenangan-kemenangan kaum muslimin, karena memang mereka selalu dekat
dengan AlQur’an.
Bahkan Khalifah Umar bin Khathab rodhiyallahu ‘anhu, tidak pernah merasa
takut menghadapi musuh sebanyak apapun, selama
ia bersama orang-orang yang berinteraksi dengan AlQur’an.
4.Musabahatushsholihin
(Senantiasa dekat dengan orang-orang yang sholih). Dekat dan berkumpul dengan
para Ulama. Mendengar apa yang menjadi fatwa (nasihat) para Ulama. Karena
sekarang Rasulullah saw sudah tidak ada, maka yang menjadi panutan kita adalah
Para Ulama. Sabda Rasulullah saw : “Ulama
adalah pewaris para Nabi”.
Maka di akhir
zaman, yang akan Allah cabut adalah Ilmu dari muka bumi. Yaitu dengan cara
me-wafatkan para ulama. Dan yang akan memimpin dunia ini adalah para
orang-orang yang tidak ber-Ilmu. Mereka
sesat dan menyesatkan. Ketika agama ini sudah tidak ada maka orang akan memilih
pemimpin yang tidak memiliki kapasitas. Sehingga yang akan terjadi adalah Dhollun wa’a Dhollu
(sesat dan menyesatkan). Maka tidak ada upaya kecuali meniti jalan Allah subhanahu wata’ala dengan cara dekat
dengan para Ulama
Sekian bahasan,
mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA
ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
_____________
No comments:
Post a Comment