Translate

Tuesday, October 17, 2017

Napak Tilas Hijrah Nabi Muhammad SAW., oleh : Ahmad Fihri, MA

PENGAJIAN MASJID BAITUSSALAM


                                    
Napak Tilas Hijrah Nabi Muhammad SAW.
Ahmad Fihri, MA


Jum’at,  23 Muharram 1439H – 13 Oktober 2017

  
Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Ketika Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam Hijrah dari Mekkah ke Madinah, sebelumnya oleh beliau sudah disebutkan beberapa pilihan untuk Hijrah antara lain ke Habasyah (Ethiopia) atau ke Thaif.  Tetapi bila kita melihat sejarah hidup beliau sebelumnya, yaitu ketika beliau berusia 0 – 12 tahun kehidupan beliau dalam keadaan menderita. Sejak dalam kandungan ibundanya (Aminah) sudah ditinggal mati ayahnya, yaitu ayahnya (Abdullah) wafat. 

Kemudian ketika Muhammad kecil berusia 6 tahun ibundanya (Aminah) wafat. Bahkan ketika beliau masih bayi (baru lahir), banyak para perempuan tukang menyusui tidak mau menyusuinya. Karena dianggap tidak mampu membayar. Tetapi seorang perempuan bernama Halimatussa’diyah dipaksa oleh suaminya untuk mau menyusui Muhammad kecil, kemudian Muhammad dibawa ke suku Bani Sa’ad untuk disusui dan diasuh oleh Halimatussa’diyah sampai usia 4 tahun.

Dan ketika diasuh oleh Halimatussa’diyah selama 4 tahun itu di kalangan Bani Sa’ad banyak terjadi keanehan.   Yang biasanya keluarga Halimatussa’diyah yang
miskin itu sering terjadi kelaparan, terutama tidak ada makanan di malam hari, sejak keluarga itu menyusui bayi Muhammad, sejak itu selalu ada rezki dan tidak pernah kelaparan di malam hari.
Dari Halimatussa’diyah sendiri keluar air susu yang tidak seperti biasanya, air susu Halimatussa’diyah mengalir dengan deras dan cukup untuk disusukan sepanjang hari.  Tanaman kebunnya tumbuh dengan subur sehingga keluarganya cukup makanan, bahkan berlebih. Dan Muhammad sejak kecil tumbuh sehat, tidak pernah merepotkan keluarga yang mengasuhnya, tidak pernah rewel, atau nangis secara berlebihan.

Ketika usia 4 tahun Muhammad kecil terjadi kejadian luar biasa, yaitu beliau mendapat pembelahan dada, hati beliau dibersihklan oleh Malaikat. Kemudian Muhammad diantar ke ibundanya, dan ketika usia beliau 6 tahun dibawa oleh ibundnya ke Madinah. Itulah sebabnya Muhammad sudah berhubungan dengan keluarga Bani Najar di Madinah.  Karena sejak kecil Muhammad sudah dipertemukan dengan keluarga besarnya di Madinh.  Maka ketika beliau hijrah ke Madinah, orang-orang Madinah menyatakan bahwa dahulu sejak kecil Muhammad sudah dipertemukan dan tinggal bersamanya. Dan ketika dalam perjalanan kembali ke Mekkah  ibundanya wafat, dan dimakamkan di Abwa, desa antara Makkah dan Madinah. Ketika itu Muhammad berusia 6 tahun.


Selanjutnya Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abdul Mutholib seorang pemuka Quraisy, sampai usia 8 tahun. Kemudian beliau diasuh oleh paman beliau Abu Thalib. Ketika tinggal bersama pamannya, beliau sering di ajak ke negeri Syam (sekarang Syiria) untuk berdagang.

Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam  sebelum Hijrah ke Madinah, beliau telah pernah mengirim serombongan para sahabatnya ke Habasyah (Ethiopia). Dan diterima  baik oleh Raja Habasyah.

Ketika beliau berusia antara 12 – 25 tahun beliau Muhammad muda sudah bisa mandiri . Maka ketika beliau diangkat menjadi Nabi, beliau sudah terencana menjadi pemimpin.  Beliau sudah terlatih untuk menggembala kambing, terlatih untuk menjadi pemimpin. Ketika diiajak berdagang ke negeri Syam, sudah diajarkan oleh pamananya cara mengatur strategi dagang, sehingga terbentuklah jiwa enterpreuner-ship (usaha bisnis), karena pengalaman beliau sejak usia 12 – 25 tahun, bersama orang-orang yang mencintai beliau.  Bahkan beliau sudah diperkenalkan dengan perang ketika beliau berusia berusia 15 tahun.

Maka ketika beliau berusia 25 tahun sudah menjadi seorang owner (seorang boss), karena beliau diminta menikah dengan Hadijah seorang boss pedagang kaya di Mekkah. Maka beliau berubah menjadi Boss, mengatur strategi, dst.  
Ketika usia beliau 25 – 35 tahun merupakan usia kematangan jiwa leadership (seorang pemimpin) dan jiwa Enterpreunership-nya.
Di usia 35 – 40 tahun beliau “merapat” dengan Tuhannya (Allah subhanahu wata’ala).

Mengapa ber-Hijrah ?
Banyak orang mengira bahwa Rasulullah saw di Mekkah putus asa. Padahal beliau berdakwah di Mekkah selama 13 tahun, sementara di Madinah beliau  hanya 10 tahun kemudian wafat.  Jadi bukan karena putus asa, melainkan beliau mengatur strategi dakwah.  Seandainya Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam tidak berhijrah ke Madinah, bisa jadi umat beliau akan tetap menjadi  umat Jahiliyah, umat yang penuh dengan Ke-syirikan dan Ke-dzoliman, sebagaimana penduduk Mekkah ketika itu.

Bagaimana Jahiliyah Mekkah?
Pertama, kaum Jahiliyah Mekkah antara lain suka berjudi, mengubur bayi hidup-hidup, minum Khomer,  fanatisme Kabilah, mengundi nasib dengan anak-panah, Thawaf dengan cara yang salah, dst.   Adat-kebiasaan di Mekkah ketika itu,  bila seorang perempuan hendak melahirkan, maka ia siap-siap di dekat  kuburan.  Bila anak bayinya lahir perempuan, maka segera dikubur hidup-hidup. Tetapi bila lahir bayi laki-laki segera dibawa pulang kerumahnya untuk dipelihara menjadi anak yang sehat.  Adat Mekkah ketika itu bila seseorang punya anak perempuan, maka keluarganya malu sekali. Maka segera bayi perempuan dikubur hidup-hidup, tidak diberitakan kepada masyarakat.

Dan ketika seorang pemuda Arab ingin menikah, ingin berumah tangga, mencari perempuan sebagai pasangan hidupnya sangat sulit. Karena adat mereka dahulu, martabat perempuan diinjak-injak oleh mereka sendiri, sehingga sulit sekali mencari orang perempuan sebagai pasangan hidup. Bila ada perempuan yang bersedia dinikahi, maharnya tinggi sekali, disamping parsyaratan yang serba sulit. Maka di Mekkah ketika itu banyak laki-laki membujang sampai tua. Paling muda orang menikah adalah 30 tahun bagi seorang laki-laki. Rata-rata pemuda Arab menikah setelah cukup tua, tidak muda lagi.

Demikian pula kebiasaan minum Khomer (minuman keras),  sampai tiga kali dalam AlQur’an  ayat turun tentang larangan minum Khomer.   Ayat pertama hanya mengatakan bahwa memang khomer ada manfaatnya, tetapi lebih banyak mudharatnya. Ayat kedua mengingatkan, bila hendak sholat jangan minum khomer, karena  bisa mabuk dalam sholat dan sholatrnya tidak khusyu’.
Waktu itu minum khomer sudah mendarah-daging bagi laki-laki Arab. Maka tidak sekaligus langsung dilarang, melainkan tahap demi tahap, setelah dirasa orang Arab mulai bisa menahan tidak minum Khomer, barulah ayat  ketiganya langsung berisi larangan bahwa Khomer haram.

Lihat Surat Al Maidah ayat 90 :

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡخَمۡرُ وَٱلۡمَيۡسِرُ وَٱلۡأَنصَابُ وَٱلۡأَزۡلَـٰمُ رِجۡسٌ۬ مِّنۡ عَمَلِ ٱلشَّيۡطَـٰنِ فَٱجۡتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ (٩٠)
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

Dalam ayat tersebut, kata “Jauhi” artinya perintah untuk ditinggalkan. Maka ketika Ruh Islam dan ayat tersebut sudah mereka dengar,  dan sudah memasuki jiwa-jiwa mereka, langsung ketika itu juga drum-drum yang berisi Khomer dibuang isinya ditumpahkan di halaman-halaman, di tengah jalan, seolah-olah kota menjadi becek karena tumpahan Khomer.

Adat-kebiasaan Jahiliyah lainnya, adalah perang antar Kabilah.  Sering terjadi terjadi tawuran hanya karena perkara yang tidak seberapa. Setiap kali darah tertumpah maka dibalas dengan darah.
Dan masih banyak lagi pola-pola adat Jahiliyah yang buruk, berbeda jauh dengan peradaban di Madinah ketika itu.

Kedua, peradaban Mekkah penuh dengan Syirik dan Kesyirikan. Dimana-mana  banyak patung. Bahkan Ka’bah dan sekitarnya dipenuhi dengan patung-patung berhala dewa mereka.  Maka Do’a Nabi Ibrahim dalam Surat Ibrahim ayat 35 :

وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٲهِيمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَـٰذَا ٱلۡبَلَدَ ءَامِنً۬ا وَٱجۡنُبۡنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعۡبُدَ ٱلۡأَصۡنَامَ (٣٥)

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.

Itulah doa Nabi Ibrhimalaihissalam. Dan kita harus memahamai do’a kita sebagai seorang ayah kepada anak-anak kita.

Dalam bagian kisah lain tentang Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, yaitu ketika beliau akan meninggalkan Hajar dan puteranya (Ismail) di lembah Bakkah (Mekkah), lalu Hajar, isteri beliau bertanya kepada suaminya, Ibrahim ‘alaihissalam :
Wahai Ibrahim,  apakah engkau akan meninggalkan kami berdua ini ditempat yang tidak ada makanan dan tidak air ini ? Ataukah karena isterimu (Sarah) cemburu kepadaku ?”. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tidak menjawab.  Kemudian Hajar meneruskan pertanyaannya : “Apakah ini perintah Allah?’.  Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menjawab : “Iya, ini perintah Allah”. Hajar-pun menundukkan mukanya, kemudian kembali menghampiri Ismail anaknya yang masih kecil tidak jauh dari  mereka berdiri.  Dan Nabi Ibrahim-pun melangkahkan kaki meninggalkan lembah Bakkah (Mekah), kembali ke Filistin (sekarang Palestina).

Selanjutnya setelah berganti tahun dan Nabi Ibrahim mendatangi Mekkah kembali yang sudah penuh dengan patung berhala, dan patung adalah simbul ke-syirikan.   maka beliau berdo’a sebagaimana dalam Surat Ibrahim ayat 36 : 

رَبِّ إِنَّہُنَّ أَضۡلَلۡنَ كَثِيرً۬ا مِّنَ ٱلنَّاسِ‌ۖ فَمَن تَبِعَنِى فَإِنَّهُ ۥ مِنِّى‌ۖ وَمَنۡ عَصَانِى فَإِنَّكَ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ۬ (٣٦)

Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau (Allah), Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Berdasarkan ayat tersebut, ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kembali ke Mekkah beliau menyaksikan banyak sekali patung-patung berhala di kota Mekkah, maka beliau lalu berdoa sebagaimana dalam ayat tersebut.
Dan simbul kesyirikan tersebut saat ini (di zaman sekarang ini) di negeri kita banyak berdiri  patung-patung simbul ke-syirikan itu, hampir di setiap kota ada patung.

Ketiga, peradaban Mekkah ketika zaman Jahiliyah penuh dengan Ke-dzoliman, sampai-sampai seorang tokoh Mekkah yang bernama Abu Lahab beserta isterinya sangat memusuhi Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam. Hingga suatu  hari ketika Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam sedang sholat, Abu Lahab mendatanginya sambil membawa sekarung kotoran unta, lalu kotoran unta itu ditimpakan ke badan Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam yang sedang sujud. Kemudian puteri Nabi yang bernama Fatimah datang, ikut membantu membersihkan kotoran unta itu dari  tubuh ayahnya. Nabi Saw ketika itu tidak marah atau ingin membalas dendam, tidak. Beliau terima dengan sabar.

Juga Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam ketika itu dihina, dicaci-maki, dikatakan gila, pembawa ajaran sesat, dst.  Saking lelah karena dihina dan dicaci maki, dst itu maka Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam dihibur dan disemangati oleh Allah subhanahu wata’ala dengan turunnya Surat Al Syarh :

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

أَلَمۡ نَشۡرَحۡ لَكَ صَدۡرَكَ (١) وَوَضَعۡنَا عَنكَ وِزۡرَكَ (٢) ٱلَّذِىٓ أَنقَضَ ظَهۡرَكَ (٣) وَرَفَعۡنَا لَكَ ذِكۡرَكَ (٤) فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا (٥) إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرً۬ا (٦) فَإِذَا فَرَغۡتَ فَٱنصَبۡ (٧) وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرۡغَب (٨)
1. Bukankah Kami (Allah) telah melapangkan untukmu dadamu?,

2. Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,

3. Yang memberatkan punggungmu.

4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.

5. Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

Demikianlah kondisi Mekkah ketika itu, penuh dengan kebodohan, kedzoliman, penuh dengan ancaman dan segala macam penindasan.
Maka bila Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam tidak melakukan Hijrah dari Mekkah ke Madinah, bisa jadi umat ini tetap akan penuh dengan Jahiliyah, ke-syirikan, dst.

Berbeda dengan kota Madinah, yang para penduduknya bersifat santun, dan penuh dengan peradaban yang tinggi. Maka bagi kita di Indonesia, marilah kita membikin komunitas-komunitas peradaban Madinah.
Maka Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam ber-Hijrah ke Madinah, yang penuh dengan peradaban yang tinggi, punya Ilmu, Iman dan punya Adab.

Dan itu diabadikan dalam Surat Al Hasyr ayat 9 :  

وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلۡإِيمَـٰنَ مِن قَبۡلِهِمۡ يُحِبُّونَ مَنۡ هَاجَرَ إِلَيۡہِمۡ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمۡ حَاجَةً۬ مِّمَّآ أُوتُواْ وَيُؤۡثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِہِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِہِمۡ خَصَاصَةٌ۬‌ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (٩)

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung

Ketika orang-orang Muhajirin (orang-orang yang baru hijrah dari Mekkah) datang di Madinah tentu mereka menghadapi berbagai persoalan, seperti tempat tinggal, makan dan minumnya, pisah dengan keluarganya yang masih tetap tinggal di Mekkah, dst. oleh orang-orang Madinah disambut, ditolong, dicukupi pangan mereka, mereka diberi tempat tinggal bahkan ditawari isteri oleh orang-orang Madinah sebagai penolong (Anshor). Demikian santun-nya peradaban mereka, sehingga Madinah dan penduduknya di-abadikan dalam Ayat tersebut.

Pelajaran untuk kita, saat ini, maka jadikan komunitas kita penuh dengan peradaban, penuh dengan Ilmu, banyak kajian-kajian, pelajari AlQur’an, dan Ilmu-ilmu yang lain. Sebagaimana kota Madinah yang penuh dengan perdaban tinggi, penuh Iman, setelah mendapat celupan AlQur’an, celupan Sunnah, celupan Ruh Islami, maka mereka punya karakter adab yang luar biasa pada saat ini.

Kita merindukan kondisi peradaban seperti Madinah, dan peradaban saat itu adalah peradaban Quraisy, bukan peradaban Yahudi.   Peradaban Quraisy adalah Gentlemen. Dan Madinah diberi sebutan Al Madinah al Munawarah (Kota yang penuh cahaya, yang ter-cerahkan dengan Ilmu).

Sebelum Nabi  Muhammad shollallahu ‘alaihi  wasallam hijrah ke Madinah, beliau memerintahkan para sahabatnya hijrah ke Habasyah (Ethiopia). Tetapi Habsyah tidak menjadi tujuan utama, karena tanahnya tidak subur.
Padahal Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam berpendapat daerah yang layak untuk Hijrah adalah daerah yang tanahnya subur, sehingga bisa ditanam pohon buah-buahan sebagai  makan sehari-hari, ialah kurma.  Beliau juga berpendapat bahwa Habasyah tidak cocok untuk  tempat tujuan Hijrah  karena secara geografis Habasyah adalah daerah dataran rendah, wilayahnya sangat sulit untuk perkembangan agama Islam.

Maka sungguh piawai Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam mengatur strategi dakwah, memimpin dakwah Islam disesuaikan dengan kondisi daerah dan negeri, karena beliau sejak kecil sudah dibina oleh keadaan hidup yang serba prihatin. Di negeri kita-pun banyak orang-orang yang sukses di Ibukota, karena mereka merasakan kegetiran hidupnya di daerah asalnya, dilatar-belakangi kemiskinan di daerahnya ketika masih sekolah di SMP, di SMA, dst.

Jazirah Arab, Mekkah dan Madinah sebagai tempat turunnya wahyu  dan pijakan awal bagi perkembangan Islam, bukanlah faktor kebetulan, karena tanah-tanah di situ memiliki berbagai macam karakterisitik.

Sementara kondisi lingkungan Habasyah tidak memungkinkan tumbuhnya agama baru (Islam) dan bersanding dengan  keyakinan lama (Nasrani). Dan Romawi yang ketika itu menguasai keyakinan Nasrani tidak mengijinkan Habasyah menerima kaum Muslimin.  Faktor lain, berbagai penderitaan kaum Muslimin ketika itu tidak membuat Aqidah mereka goyah, justru semakin kuat Iman mereka.

Tujuan Hijrah ke Habasyah sangat beragam, maka Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam untuk merealisasikannya beliau merancang strateginya:
Pada tahap pertama, Hijrah ke Habasyah diperintahkan kepada para pembesar Sahabat, kemudian diikuti oleh Sahabat lainnya, dan beliau menempatkan Ja’far (anak paman beliau) sebagai Ketua rombongan Hijrah ke Habasyah, agar yang menghadapi resiko  yang ditanggung terlebih dahulu oleh orang-orang terdekat dengan beliau. Itulah strategi beliau, beliau tidak mau mengorbankan orang lain sebelum keluarganya sendiri yang melangkah.  

Berangkatlah Ja’far beserta rombongan Hijrah ke Habasyah.  Ternyata negeri Habsyah tidak cocok untuk dakwah Islam, karena tandus dan kering, tidak subur. Sedangkan mereka Ja’far dan rombongan punya militansi ke-Islaman yang tidak diragukan lagi. Semua Hafidz AlQur’an dan pemahaman ke-Islamannya luar-biasa.

Maka untuk Hijrah kedua adalah ke Yatsrib yang kemudian diubah namanya menjadi Madinatul Munawarah atau Madinah.  

Dakwah di Mekkah selama 13 tahun, penuh dengan ketidak-puasan, kedzoliman dan  penindasan penguasa Mekkah semakin menjadi-jadi.  Namun demikian Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam tidak langsung Hijrah ke Yatsrib (Madinah) tetapi mengutus beberapa orang terlebih dahulu untuk menjajagi Yatsrib,  apakah cocok untuk dakwah Islam. Beliau mengutus sahabat yang bernama Mus’ab bin Umair untuk mengadakan penjajagan di Yatsrib.  Ternyata Masyarakat Yatsrib siap menerima kedatangan Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam beserta Muhajirin lainnya.

Mereka orang-orang Yatsrib berjanji setia kepada Nabi Muhammad saw, yang akan hijrah ke Yatsrib (Madinah), maka mereka disebut Bai’at Aqabah II. Maksudnya mereka bersedia mengadakan MOU dengan pihak Nabi Muhammad saw beserta orang-orang Muhajirin. Ternyata bertepatan dengan proses Bai’at Aqabah itu syeithan mendengar rumusan Bai’at mereka. Kemudian sebelum berngkat Hijrah ke Madinah Nabi Muhammad saw bersabda : “Syeithan mendengar pembicaraan kita, maka berhati-hatilah kalian”. 

Ternyata benar, suara  Bai’at itu terdengar oleh orang kafir Quraisy Mekkah, maka segera mereka mempercepat “buruan” mereka yaitu Nabi Muhammad saw. dengan pernyataan mereka agar Nabi Muhammad saw segera dibunuh.    Maka pada suatu malam yang genting, rumah Nabi Muhammad saw dikepung oleh para pemuda Quraisy dengan pedang terhunus, mengadakan pagar-betis di sekeling rumah beliau. Siang hari sebelum dikepung rumahnya, beliau mengatur strategi dengan Abubakar as Siddik dn Ali bin Abi Thalib. Mereka bersepakat Abubakar akan menyiapkan kendaraan dua ekor unta dan Ali bin Abi Thalib menggantikan tidur ditempat tidur di mana biasa Nabi Muhammad saw tidur, dengan berselimut rapat-rapat.

Di saat malam pengepungan rumah beliau, ada kejadian yang merupakan  ibrah (pelajaran) bagi kita semua, yaitu : Bila orang sudah dekat dengan Allah subhanahu wata’ala, maka Allah-pun akan dekat dengan orang itu. Kalau kita mampu menjaga Allah, maka Allah-pun akan menjaga kita.
Pada malam itu Nabi Muhammad saw. mendapat pertolongan langsung dari Allah subhanahu wata’ala, ketika beliau hendak keluar rumah dengan selamat, berjalan melewati barisan pemuda Quraisy yang telah dibikin lumpuh oleh Allah subhanahu wata’ala , sebagaimana disebutkan dalam Surat Yaasin ayat 8 – 9 :

إِنَّا جَعَلۡنَا فِىٓ أَعۡنَـٰقِهِمۡ أَغۡلَـٰلاً۬ فَهِىَ إِلَى ٱلۡأَذۡقَانِ فَهُم مُّقۡمَحُونَ (٨) وَجَعَلۡنَا مِنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيہِمۡ سَدًّ۬ا وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدًّ۬ا فَأَغۡشَيۡنَـٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُونَ (٩)

 8. Sesungguhnya Kami(Allah) telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah.

9. Dan Kami (Allah) adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.

Selanjutnya beliau mengadakan perjalanan Hijrah ke Madinah, setelah singgah terlebih dahulu di Gua Tsur beberapa malam. Demikian itu untuk mengatur strategi perjalanan agar tidak ditemui oleh orang-orang kafir Quraisy  Perjalanan beliau, dengan didampingi oleh sahabat beliau Abubakar as Siddiq dan seorang penunjuk jalan. tidak melalui jalan yang biasa dilalui orang, melainkan melewati jalan lain yang tidak biasa dilewati orang. 

Sementara itu di Yatsrib orang-orang sudah mendengar bahwa Nabi Muhammad saw akan datang, mereka senang sekali. Sampai di Yatsrib (Madinah) untuk yang dikendarai Nabi Saw berjalan terus, tidak mau berhenti, sampai akhirnya pada suatu tempat di dalam kota Yatsrib di sebidang tanah yang luas milik seorang anak yatim dari suku Bani Najar. Pemilik tanah itu menyerahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk kemudian dibangun Masjid Nabawi.  Dan Yatsrib diganti nama, yaitu dengan nama : Madinah Al Munawarah, artinya Kota yang bercahaya, (bercahaya dengan Ilmu). Karena berfungsinya Masjid Nabawi, yang tidak sekedar untuk sholat berjamaah, tetapi berfungsi berbagai keperluan warga, seperri pos kesehatan, urusan ekonomi, urusan strategi perang, dst.

Ketika itu ada beberapa kelompok Yahudi di Madinah : Bani Nadir, Bani Qainuqa’ dan Bani Quraidhoh.  Mereka secara sembunyi-sembunyi di benteng-benteng mereka, sambil mereka melihat orang-orang Muhajirin dan Anshor yang bersatu-padu dalam gerak dan langkah, akrab, kokoh, gagah, dipimpin oleh Nabi Muhammad saw yang luar-biasa.

Pelajaran bagi kita umat Islam : Mem-fungsikan masjid sebagai pusat peradaban, pusat Ilmu, pusat penyebaran Iman.  Masjid bukan sekedar untuk sholat berjamaah saja, melainkan di-fungsikan untuk berbagai keperluan masyarakat.
Jamaah masjid harus bersatu, akrab, tidak usah mengembangkan perbedaan yang sifatnya Furu’iyah. Termasuk para pemuda dan remajaya, bersama-sama membangun peradaban ekonomi umat, dst. Alangkah indahnya cahaya Masjid  dengan berbagai program kegiatan sebagaimana disebutkan di atas, apalagi diselenggarakan dengan Istiqomah (terus-menerus).

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                          ___________

No comments:

Post a Comment