Translate

Wednesday, December 20, 2017

Sirrah Nabi Muhammad Saw Sejak Lahir Beliau , oleh : Ustaz: Ahmad Fihri, MA.

PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM
                                      
Sirrah Nabi Muhammad Saw Sejak Lahir Beliau
                                                         
Ustaz: Ahmad Fihri, MA.            

Jum’at, Rabi’ul Awwal 1439H – 15 Desember 2017


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala.
Bahasan berikut adalah Sirrah Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam sejak lahir beliau. Sebelum beliau lahir, bangsa Arab yang secara garis besar terdiri dari Arab Al Ba’idah dan Arab Al Baqiyah.

Arab Al Ba’idah adalah bangsa Arab yang telah punah seperti Kaum Tsamud, Kaum ‘Aad,  Kaum Madyan dan Kaum Saba’. Itulah mengapa umat-umat terdahulu bila mengerjakan kemaksiatan, dosa, dan sudah diberi peringatan tetapi tidak dihiraukan, bahkan menantang larangan Allah,  maka oleh Allah pasti akan dibinasakan.  Maka AlQur’an banyak bicara umat-umat terdahulu untuk dijadikan Ibrah (pelajaran) dari yang mereka lakukan agar umat sekarang tidak melakukan seperti yang diperbuat oleh kaum-kaum terdahulu. Umat Nabi Muhammad saw tidak mengalami sebagaimana umat-umat terdahulu itu.

Misalnya, Kaum Tsamud yang dikaruniai peradaban bisa memahat gunung batu untuk dijadikan rumah tempat tinggal mereka.   Dan rumah mereka umumnya besar-besar, ruangannya lebar dan luas, dari hasil pahatan batu gunung yang mereka buat. Sampai hari ini masih didapati hasil perdaban mereka, yaitu bekas-bekas rumah-rumah mereka yang kokoh dan kuat sekali.

Arab Al Baqiyah dibagi menjadi dua :
1.     Arab Aribah (Qathan), aslinya adalah orang-orang Yaman.  Asli orang Arab adalah Yaman, nasabnya berakhir pada Sam bin Nuh yang tinggal di Hadramaut (Yaman Selatan). Ciri khas-nya adalah kulit mereka coklat kehitaman.  Termasuk peradaban kain sarung adalah aslinya dari Yaman.
2.     Arab Musta’ribah (Adnan),  Arab Pendatang, mereka tinggal di Hijaz, Hamaz dan Najed.  Nasab mereka adalah keturunan Ismail bin Ibrahim, wilayahnya adalah Mekkah dan Arab Saudi.  Dimana ada peradaban disitiu Air Zamzam, banyak orang menetap di sana, ada yang dari Yaman, orang-orang yang menunaikan ibadah Haji, kemudian beranak-pinak di sana .  Kulit mereka lebih putih, karena percampuran orang-orang Yaman dengan orang-orang Syam.

Keluarga Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, Siti Hajar dan anaknya Ismail tinggal di Mekkah berdekatan dengan Ka’bah dan Mata air Zamzam. Ketika Nabi Ibrahim mengajak Hajar dan anaknya Ismail ke Mekkah, lembah yang kering dan gersang, dan meninggalkan keluarganyta di tempat itu, maka Hajar (isterinya) bertanya : “Wahai Ibrahim, apakah engkau meninggalkan kami di tempat ini adalah perintah Allah ?”.Jawab Nabi Ibrahim : “Benar, wahai isteriku”.

Dan Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di lembah Bakkah (Mekkah) tercentum dalam AlQqur’an Surat Al Baqarah ayat 126 :


وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٲهِـۧمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَـٰذَا بَلَدًا ءَامِنً۬ا وَٱرۡزُقۡ أَهۡلَهُ ۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٲتِ مَنۡ ءَامَنَ مِنۡہُم بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ‌ۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ ۥ قَلِيلاً۬ ثُمَّ أَضۡطَرُّهُ ۥۤ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِ‌ۖ وَبِئۡسَ ٱلۡمَصِيرُ (١٢٦)

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".

Dan dalam Surat Ibrahim  ayat 35, 36 dan 37 ternyata lembah Bakkah sudah menjadi negeri (Makkah) seperti berikut :


وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٲهِيمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَـٰذَا ٱلۡبَلَدَ ءَامِنً۬ا وَٱجۡنُبۡنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعۡبُدَ ٱلۡأَصۡنَامَ (٣٥) رَبِّ إِنَّہُنَّ أَضۡلَلۡنَ كَثِيرً۬ا مِّنَ ٱلنَّاسِ‌ۖ فَمَن تَبِعَنِى فَإِنَّهُ ۥ مِنِّى‌ۖ وَمَنۡ عَصَانِى فَإِنَّكَ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ۬ (٣٦) رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسۡكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيۡرِ ذِى زَرۡعٍ عِندَ بَيۡتِكَ ٱلۡمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجۡعَلۡ أَفۡـِٔدَةً۬ مِّنَ ٱلنَّاسِ تَہۡوِىٓ إِلَيۡہِمۡ وَٱرۡزُقۡهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٲتِ لَعَلَّهُمۡ يَشۡكُرُونَ (٣٧)

ø
35. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.

36. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

37. Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Maka wilayah Arab dan Syam menjadi wilayah Arab Saudi. Selanjutnya Ismail menikah dengan wanita Jurhum.  Sampai suatu ketika Nabi Ibrahim datang ke rumah Ismail mengetuk pintu, menucap salam (Assalamu’alaikum), ternyata Nabi Ismail tidak ada di rumah itu, yang ada adalah isterinya. Nabi Ibrahim diterima oleh isteri Ismail dengan kesan yang tidak baik.  Maka Nabi Ibrhim hanya berpesan kepada isteri Ismail itu : “Tolong sampaikan kepada suamimu agar mengganti palang  pintu rumah ini”.

Ketika Ismail pulang lalu diceritakan : “Bahwa tadi ada orangtua dan berpesan agar engkau  mengganti palang pintu kita”. Maka Ismail berkata: “Itulah orangtua kita”.
Ismail sebagai orang muda yang cerdas tahu makna pesan ayahnya itu, yaitu agar ia berganti isteri yang baik. Maka  tidak lama kemudian isteri Ismail diceraikan dan berganti dengan isteri yang baru dan  lebih baik.

Ketika Nabi  Ibrahim ‘alaihissalam datang lagi di rumah Ismail, beliau diterima dengan ramah dan dijamu dengan semestinya oleh isteri Ismail yang baru, dan setelah Ismail pulang diceritakanlah bahwa tadi ada orang tua datang dan aku temui dengan ramah dan aku berikan jamuan makan yang cukup.  Orangtua itu berpesan agar dijaga palang pintu kita. Ismail berkata : “Itu adalah bapak kita”. 

Ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam datang kedua kalinya, Mekkah sudah menjadi negeri yang ramai. Awalnya keluarga Ismail sebagai pemimpin di kota Mekkah kemudian pindah ke Jurhum. Kelak lahir Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dari keturunan Aznan. 

Sebagai pelajaran untuk kita, seharusnya ketika Hari Lebaran semua keluarga berkumpul, sebelumnya kita bikin daftar silsilah keluarga dari kakek-nenek kita sampai keturunan yang sekarang. Sebagaimana keluarga Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abdi Manaf bin Khilaf, termasuk kelurganya : Hadijah, sampai bertemu dalam silsilah itu siapa  kakek dan nenek mereka.

Dari sekian nama anak-keturunan keluarga kita ternyata ada yang merah ada yang hijau ada yang kuning, dst. Sebagaimana silsilah Nabi Muhammad saw ada paman beliau yang merah (Abu Lahab.  Abu Thalib, dst).  Maka Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam dakwah pertamanya adalah dalam keluarga beliau sendiri.  Memang perintah Allah subhanahu warta’ala adalah :
Berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat.

Padahal Abu Thalib (Paman Nabi Saw) sangat baik dan melindungi kepada Nabi Muhammad saw. Bahkan Abu Thalib selalu mendahulukan (keponakannya) Nabi Muhammad saw dibanding anak-anaknya sendiri. Tetpi ternyata kebaikan itu tidak mengantarkannya untuk meng-Ikrarkan : Lailaha illallah.

Ada juga yang sebaliknya, ada orang yang selalu disamping Nabi, seperti isteri dan anak Nabi Nuh ‘alaihissalam, anak dan isterinya  tidak mau taat kepada Allah subhanahu wata’ala.   Hidayah Iman memang luar-biasa, tidak selalu kepada orang yang dekat dengan Nabi.



Nasab Nabi Muhammad saw : 
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Mughirah dan seterusnya sampai kepada Adnan dan dari Adnan ke Ismail bin Ibrahim ada kurang lebih 40 generasi. Menunjukkan bahwa melahirkan kader yang baik adalah dari sumber yang terbaik.
Pelajarannya : Ketika kita hendak menikahkan anak-anak kita dan ketika anak-anak kita menikah dan berkeluarga adalah peradaban yang sangat panjang. Rentetannya adalah akan melahirkan peradaban shalih atau tidak. Dan itu menjadi PR kita semua.

Keluarga Nabi Muhammad saw adalah dari Bani Hasyim, memberikan makan dan minum dari Abdi Manaf kepada para pengunjung Ka’bah.  Abdul Muthalib, kakek Nabi Saw adalah pemimpin di Mekkah dan ketika menikahkan Abdullah (ayah Nabi Saw) dengan mahar 100 ekor unta dan hanya mempunyai satu anak.  Padahal banyak-anak ketika itu merupakan lambang kekuatan.

Riwayat pertama:
Dalam sebuah Hadits shahih, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah dari anak Ismail, dan memilih Quraisy dari Kinanah. Kemudian memilih Hsyim dari Quraisy dan  memilihku dari Bani Hasyim.

Riwayat kedua :
Dalam Hadits lain, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Siapakah aku?” Para sahabat menjawab : “Engkau adalah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, semoga keselamatan atasmu”.  Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Aku adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan makhluk manusia kemudian Dia menjadikan dua kelompok, kemudian menjadikan aku ke dalam kelompok terbaik. Kemudian Allah menjadikan beberapa Kabilah dan aku dari Kabilah terbaik. Allah menjadikan beberapa rumah dan menjadikan aku dari rumah terbaik dan paling baik jiwanya”.

Riwayat ketiga :
Dalam sebuah Hadits shahih, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Aku dilahirkan dari pernikahan dan bukan dari perzinahan, mulai dari zaman Nabi Adam sampai ayah  dan ibuku melahirkan aku. Tidak pula dari perbuatan zina lainnya di zaman Jahiliyah”.
Semua itu menunjukkan bahwa kader terbaik dilahirkan dari kader-kader terbaik.

Hikmah dan Pelajaran:

1.     Kemuliaan seorang Nabi dan Rasul adalah daya-tarik masyarkat. Begitu pula seorang Da’i, karenanya para Ulama sepakat bahwa seluruh kalangan Nabi adalah dari kalangan laki-laki merdeka, bukan seorang perempuan.  Berbeda bila Nabi dari kalangan rendah atau budak, niscaya masyarakat akan mencemooh.
2.     Orang terbaik adalah orang yang paling Taqwa. Namun akan lebih baik bila ke-Taqwaan itu berhimpun dengan kemuliaan. “Orang yang terhormat di antara kamu di masa Jahiliyah juga terhormat dalam Islam, jika mereka memahami”.
3.     Tertutupnya peluang bagi orang-orang yang selalu mencari-cari cemooh dengan berkumpulnya seluruh kemuliaan pada diri Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.
4.     Maka ada Uswatun Hasanah (Teladan yang baik) pada diri Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.

Tahun kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Tahun kelahiran Nabi saw disebut Tahun Gajah karena beramaan dengan turunnya penyerangan kepada Pasukan Gajah dan penghancurannya. Penyerangan Abrahah yang menunggang gajah ke Mekkah (Ka’bah), dihancurkan oleh Allah subhanahu wata’ala dengan mengirim burung Ababil yang masing-masing burung membawa tiga butir kerikil (pada paruh dan dua kaki burung itu) yang mengandung atom.
Dan pasukan Gajah itu hancur mati semua,  termasuk seluruh pasukan, seperti daun dimakan ulat.

Hari-hari ini kita menyaksikan Zionis Israel dan AS.  Sejak zaman dahulu, konsep Islam : Tidak pernah memerangi. Konsep Islam selalu defensive (mempertahan-kan diri), karena diserang oleh orang kafir.  Seperti pada perang-perang yang terjadi dalam sejarah Islam : Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, Perang Hunain, Perang Tabuk, dst, adalah karena kaum Muslimin yang diserang, lalu mempertahakan diri.

Maka memaknai Jihad harus benar.  Jihad adalah : Meluangkan segala potensi untuk membela Agama Allah. Dan perang adalah bagian dari Jihad.
Lihat Surat Al Hajj ayat 39 :

أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَـٰتَلُونَ بِأَنَّهُمۡ ظُلِمُواْ‌ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ نَصۡرِهِمۡ لَقَدِيرٌ (٣٩)

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,

Berkaitan pernyataan Presiden AS Donald Trumph yang akan memindahkan Kedutaan AS di Jerussalem yang berarti akan memindahkan Ibukota Israel dari Tel Aviv ke Jerusalem (Palestina), otomatis Isreal akan menguasai Jerussalem, padahal di Jerussalem ada Masjidil Aqsha dan tempat ibadah lainnya.
Maka kita harus melawan dan menolak  pernyataan Donald Trumph itu.  Karena kita harus menjaga Masjidil Aqsha, yang merupakan Masjid Allah dan menjaga Agama Allah. Kita harus ikut ambil bagian dalam usaha menolak pernyataan Presiden AS itu.  Yaitu akan  dilakukan demonstrasi Umat Islam di Monas tanggal 17 Desember 2017. Gerakan itu kita sebut saja : Aksi 1712.   

Kenapa Jerussalem termasuk tanah yang diberkahi, sebagaimana disebutkan dalam AlQur’an Surat Al Isra’ ayat 1 :

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلاً۬ مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِى بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُ ۥ لِنُرِيَهُ ۥ مِنۡ ءَايَـٰتِنَآ‌ۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ (١)

Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami(Allah) berkahi sekelilingnya*) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

*] Maksudnya: Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.

Maka seluruh Umat Islam di dunia marah, karena Jerussalem adalah “Milik Kita”. akan dicaplok oleh Israel.
Kedua, tanah terssebut adalah suci dari Kemusyrikan dan dosa-dosa.
Lihat Surat Al Maa-idah ayat 21 :

يَـٰقَوۡمِ ٱدۡخُلُواْ ٱلۡأَرۡضَ ٱلۡمُقَدَّسَةَ ٱلَّتِى كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمۡ وَلَا تَرۡتَدُّواْ عَلَىٰٓ أَدۡبَارِكُمۡ فَتَنقَلِبُواْ خَـٰسِرِينَ (٢١)

Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.

Maksudnya, Palestina telah disucikan oleh Allah subhanahu wata’ala,
Dan Yahudi selamanya selalu “bermain di belakang layar”.  Maka tidak pernah terjadi perang terbuka antara kaum Muslimin melawan Yahudi. 

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
                                                                 

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

No comments:

Post a Comment