PENGAJIAN DHUHA
MASJID BAITUSSALAM
Jum’at,
3 Romadhon 1439H – 18 Mei 2018.
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Kita semua
sepakat bahwa AlQur’an pasti benar. Kebenaran AlQur’an adalah mutlak dan
AlQur’an tidak akan berubah walaupun satu huruf. Sejak diturunkan sampai Hari
Kiamat AlQur’an akan tetap utuh
sebagaimana adanya.
Maka sebagaimana
kita ketahui bersama, dalam pentas kehidupan manusia di dunia ini ada dua hal
yang senantiasa bertarung, yang pertarungan tersebut hanya akan berakhir dengan
datangnya hari Kiamat. Pertarungan itu adalah pihak yang mengajak kepada yang Haq dan pihak yang mengajak yang Bathil.
Sebagaimana
Allah subhanahu wata’ala gambarkan
dalam AlQur’an Surat Al An’am ayat 112 :
وَكَذٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّا
شَيٰطِيۡنَ الۡاِنۡسِ وَالۡجِنِّ يُوۡحِىۡ بَعۡضُهُمۡ اِلٰى بَعۡضٍ زُخۡرُفَ
الۡقَوۡلِ غُرُوۡرًا ؕ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوۡهُ فَذَرۡهُمۡ وَمَا
يَفۡتَرُوۡنَ ﴿۱۱۲﴾
Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu
musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau
Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah
mereka dan apa yang mereka ada-adakan.
Dari ayat tersebut
jelas sekali bahwa pertarungan antara yang Haq
dan yang Bathil akan terus
terjadi, sampai datangnya hari Kiamat.
Maka pernah
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
di datangi oleh seorang “Diplomat Ulung” dari kalangan orang Quraisy yang
namnya ‘Utbah bin Rabi’ah, ia mengatakan : “Ya
Muhammad, aku datang kepadamu membawa usul solusi yaitu : Bagaimana kalau di
tahun ini kami dan kamu menyembah Tuhan kamu, kemudian di tahun berikutnya kami
dan kamu menyembah Tuhan kami, lalu tahun berikutnya (tahun ketiga) kita adakan
evaluasi. Apabila yang terbaik menyembah
Tuhan kamu, maka kami akan ikut kamu. Namun bila yang terbaik menyembah Tuhan
kami, maka kamu harus siap ikut kami’.
Dengan
kedatangan ‘Utbah bin Rabi’ah dan menyampaikan usul kepada Rasulullah saw tersebut, Maka turunlah
ayat-ayat AlQur’an yaitu Surat Al
Kafirun :
بِسۡمِ اللهِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِيۡمِ
قُلۡ يٰۤاَيُّهَا الۡكٰفِرُوۡنَۙ ﴿۱﴾
لَاۤ اَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُوۡنَۙ ﴿۲﴾ وَلَاۤ اَنۡـتُمۡ عٰبِدُوۡنَ مَاۤ اَعۡبُدُ ۚ
﴿۳﴾
وَلَاۤ اَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدۡتُّمۡۙ ﴿۴﴾ وَ لَاۤ
اَنۡـتُمۡ عٰبِدُوۡنَ مَاۤ اَعۡبُدُ ؕ ﴿۵﴾ لَـكُمۡ دِيۡنُكُمۡ وَلِىَ دِيۡنِ
1.
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2.
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5.
Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Kejadian dan
turunnya ayat tersebut, menunjukkan bahwa di dunia ini akan terus terjadi pertarungan yang Haq dan
yang Bathil sampai datangnya Hari Kiamat.
Yang menjadi pertanyaan
: Di manakah kita berada dan di barisan mana kita bersama, apakah di barisan
yang Haq ataukah di barisan yang Bathil yang selalu berusaha merusak
Aqidah umat Islam ?.
Thema kali ini
adalah Dakwah ke seluruh penjuru Nusantara.
Pertanyaannya, apa
pentingnya kita berdakwah ke pedalaman ?
Sementara di perkotaan masih perlu dakwah, tetapi kita perlu dakwah jauh
ke pedalaman untuk menyampaikan Islam.
Ada beberapa
alasan mengapa Dewan Dakwah Islam (DDI)
mengirimkan Da’i - Da’i ke pedalaman:
Pertama, adalah faktor kemiskinan. Perlu diketahui
saudara-saudara kita di Maluku ada kurang-lebih 5000 (limaribu) orang Muallaf
- (Tahun 2003-2004), namun mereka belum
terbina dengan baik.
Juga di Kecamatan
Werenama – Kabupaten Seram bagian Timur, tahun 2014 ada tidak kurang dari 100
(seratus) orang yang kembali murtad.
Sebabnya : Tahun 2009 kami titipkan Da’i dan tahun 2014 tidak dihadirkan Dai di
sana, akibatnya banyak dari mereka (Muallaf) yang pindah agama (murtad) karena
ternyata ada pihak lain yang datang kemudian menyebarkan pahamnya, dengan cara
membagi-bagikan makanan (sembako) maka akhirnya banyak saudara-saudara kita
yang pindah agama.
Data Kemiskinan di
Indonesia : Ada 28,35 juta (Duapuluh
delapan juta tigaratus limapuluh ribu)
jiwa yang miskin dan menengah ke bawah. Dan salah satu penyebab mengapa
saudara-saudara kita berpindah agama adalah Kemiskinan. Maka wajar bila dalam
salah sebuah Hadits (Dho’if) Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda bahwa kefakiran (kemiskinan) mendekatkan kepada
kekafiran.
Kedua : Minimnya pendidikan.
Tahun 2013
Kementerian Agama merilis sebuah hasil penelitian bahwa 65% masyarakat Muslim
di Indonesia tidak bisa membaca AlQur’an. Maka tidak mengherankan, bila di
daerah NTT, ketika ditugaskan Da’i di sana membina sekitar 10% masyarakat Islam
(kaum Muslimin) yang ada di sana, di sebuah pulau yaitu Pulau Keera di Nusa
Tenggara Timur sangat disayangkan bahwa dari mereka yang bisa membaca AlQur’an
hanya sekitar 5%.
Belum lagi kendala
mengajar di sana. Masalah pendidikan kaum Muslimin sangat memprihatinkan. Maka pantas
bila kaum muslimin selalu menjadi bulan-bulanan oleh pihak-pihak lain
penyebabnya adalah masalah pendidikan.
Dengan
keterbelakangan dan minimnya pengetahuan terhadap agama kita (Islam),
sampai-sampai banyak terjadi di Jakarta seorang sarjana (S1 atau S2) memandikan
jenazah orangtuanya saja tidak bisa. Itu yang terjadi di masyarakat Islam di
Indonesia.
Pernah juga kami
tugaskan Da’i di Pulau Mentawai
(Sumatera Barat), untuk membina masyarakat Muallaf di sana, di sebuah dusun
yang bernama Dusun Berkat Ilahi (demikian
dahulunya diberi nama oleh Bung Hatta), tetapi sekarang disebut Dusun Berkat (tanpa kata Ilahi). Dan masyarakat Muslim yang semula
90% sekarang tinggal 10%.
Ini sangat
memprihatinkan, terutama kepada saudara-saudara kita yang Muallaf. Apalagi bila
mendengar ucapan dari salah seorang bapak-bapak (Mua’llaf) kepada Da’i
tersebut : “Alhamdulillah,
sejak kami masuk Islam, piaraan babi kami semakin banyak. Kami beternak babi”.
Dan mereka terus-terang mengkonsumsi daging babi.
Ketiga : Kelangkaan Gerakan Dakwah.
Sebelum Bulan
Romadhon 1439H kemarin, Dewan Dakwah Indonesia (DDI) mengirimkan 67 (enampuluh
tujuh) orang Dai ke 12 provinsi di Indonesia yang disinyalir apabila tidak ada
Dai di sana bisa dikatakan Sholat Tarawih selama Romadhon tidak berjalan,
Sholat jum’at tidak berjalan, maka ini sangat memprihatinkan. Maka kami
kirimkan Dai-Dai ke berbagai daerah, terutama daerah pedalaman dan
perbatasan, untuk membina masyarakat
yang memang sangat mambutuhkan bimbingan agama Islam.
Tidak ada kata
lain selain kita berupaya menyelamatkan dan membangun Indonesia dengan
Dakwah. Sebagaimana kita ketahui bahwa
diutusnya Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam adalah untuk Dakwah.
Pertanyaannya,
bagaimana kita menyelamatkan dan membangun Indonesia dengan Dakwah?
Untuk
menyelamatkan dan membangun Indonesia, perlu adanya Dai. Tanpa Dai maka Dakwah
tidak akan bisa berjalan. Karena Dai merupakan elemen terpenting dalam
Dakwah. Maka kita harus menghadirkan
Dai. Oleh karena itu maka DDI berupaya
meng-kader para Dai, kemudian DDI
mengirimkan mereka para Dai ke daerah-daerah yang rawan pendangkalan Qaidah,
daerah-daerah yang ter-marginal-kan,
teruama daerah-daerah perbatasan, daerah-daerah rawan konflik.
Keberadaan Dai
sangat penting. Di Masjid kita ini saja
(Masjid Baitussalam) bila tidak ada Dai (Ustad) maka pengajian tidak akan bisa
berjalan. Apalagi saudara-saudara kita di daerah yang tidak mendapatkan
fasilitas ustad atau para Dai.
Contohnya, di
daerah pedalaman, di pulau Seram sebelah timur (Maluku), setiap hari kami (Dai)
mengadakan perjalanan Dakwah tidak kurang dari 40 Km, untuk berdakwah di
kampung-kampung Muallaf, ada 6(enam) desa Muallaf di sana. Di sana sebuah masjid hanya terisi jamaah
sepekan sekali.
Itupun kalau ada
Mubaligh yang ditugaskan oleh Kementerian Agama di daerah tersebut. Maka keadaannya sangat memprihatinkan bahkan
bisa dikatakan Islam tidak berjalan di sana.
Itulah pentingnya
dan pengiriman Dai ke pedalaman. Mungkin diantara kita ada yang bertanya,
bolehkah kami ber-Waqaf untuk pembangunan masjid di sana ?
Jawabannya :
Boleh. Bolehkah kami me-waqafkan harta
kami untuk membeli AlQur’an lalu dibagikan kepada mereka yang membutuhkan ?
Jawabannya : Boleh. Namun harus
difikirkan, masjid boleh dibangun tetapi harus ada Dai atau Ustad atau Kiyai
yang memimpinnya.
Pada tahun 2010
kami diamanahkan di daerah Sulawesi Utara untuk berdakwah di sana, ada suatu
desa nemanya Desa Jiko yang berpenduduk 262 Kepala Keluarga (KK). yang Muslim ada 11 KK. Di sana dibangun sebuah masjid, tetapi masjid
tersebut hanya diisi jamaah sepekan sekali. Itupun kalau ada Mubaligh yang
ditugaskan oleh Kementerian daerah tersebut.
Bila tidak ada Mubaligh maka masjid akan kosong dan Sholat Jum’at-pun
tidak berjalan, bahkan sampai sebulan tidak ada Sholat Jum’at.
Maka ketika hendak
membangun masjid, perlu difikirkan apakah setelah dibangun masjid ada yang
mengisinya. Demikian pula AlQur’an, berapa banyak Kitab AlQur’an hanya sebatas
sebagai hiasan dinding-dinding masjid.
Apalagi di daerah-daerah yang tidak ada orang yang mengajarkan membaca
AlQur’an. Demikian itu sangat
memprihatinkan sekali.
Untuk itu DDI
berupaya mengirimkan para Dai ke daerah pedalaman. Tahun 2017 DDI mengirimkan kurang-lebih 200
(duaratus) orang Dai ke pedalaman berbagai daerah, sebagai wujud tanggungjawab kita
atas saudara-saudara kita kaum Muslimin.
Maka dengan ini
kami mengajak kepada anda semua kaum muslimin, untuk bersama-sama mengambil
tanggungjawab dakwah, bahwa tanggungjawab dakwah tidak saja pada Dewan Dakwah
Islam (DDI) atau lembaga-lembaga yang bergerak di bidang Dakwah, tetapi
kewajiban dakwah adalah kewajiban kita semua yang mengaku dirinya Muslim. Tegasnya, siapapun kita umat Islam maka kita
mempunyai tanggungjwab dakwah.
Ketika Allah
menyeru dalam Al Qur’an : Ud’u ila sabili robbika bil hikmah (Ajaklah manusia kejalan Tuhanmu dengan cara
yang Hikmah), ayat ini bukan hanya untuk sebagian orang, melainkan untuk
semua manusia, terutama bagi mereka yang beragama Islam. Maka kami menghimbau
kepada anda semua untuk sama-sama memperhatikan Dakwah Islam.
Kita berhutang
budi dengan para pendahulu kita, bahwa kita bisa menikmati Islam, beribadah dengan
nyaman, tidak lain Islam sampai kepada kita karena ada orang-orang yang membawa
Islam kepada kita.
Tentu yang
membawakan adalah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dan para
sahabat beliau. Sehingga Islam sampai kepada kita. Maka bila kita melihat
kebelakang sejarah Islam, perjuangan para sahabat tidak mudah.
Bahkan taruhannya
jiwa-raga dan harta-benda mereka. Misalnya
kita mengenal Perang Tabuk, yang
merupakan perang terberat dan perang terakhir semasa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wassalam dimana
beliau menyampaikan kepada para sahabat beliau, bahwa ketika hendak berangkat
perang, para sahabat dan kaum muslimin sedang musim paceklik, susah bahan
makanan, karena musim kering yang panjang.
Sehingga
Rasulullah saw menawarkan kepada para sahabat : Siapa di antara para
sahabat yang ingin ber-Jihad dengan
hartanya ?. Kemudian sahabat Utsman bin
‘Affan rodhiyallahu ‘anhu menyerahkan hartanya berupa 300 ekor untanya,
dan menyerahkan uang sebesar 1000
(seribu) dinar. Kemudian sahabat Abdurrahman bi ‘Auf r.a. menyeahkan
2000 (duaribu) Uqayah, Umar bin Khathab r.a. menyerahkan setengah dari
hartanya, dan Abubakar as Siddiq r.a. menyerahkan seluruh hartanya.
Maka Rasulullah
saw bertanya : “Wahai Abubakar, apa yang
engkau sisakan untuk engkau dan keluargamu ?” Abubakar as Siddiq r.a.
menjawab : “Akuserahkan keluargaku kepada
Allah dan Rasul-Nya”. Bukan harta mereka saja, tetapi nyawa mereka serahkan
kepada Allah dan Rasul-Nya.
Maka wajar kalau
mereka dijamin surganya oleh Rasulullah
saw. Sementara kita tidak ada
jaminan untuk masuk surga. Dan saat ini kita juga berhutang-budi kepada
saudara-saudara kita para Dai yang sedang bertugas di pedalaman dan
daerah-daerah perbatasan.
Dalam laporan kepada
Ketua DDI, para Dai itu bukan harta dan jabatan yang mereka inginkan. Bahkan mereka sering beberapa hari hanya
makan daun-daunan. Maka mereka ditanya
oleh Ketu DDI : Mengapa kalian memakan daun-daunan ? Mereka menjawab karena
sudah kehabisan bekal. Ketika ditanya
kenapa tidak meminjam kepada penduduk asli
di sana ? Para Dai itu menjawab : Merekapun fakir-miskin, tidak punya
bahan makanan. Tidak ada yang bisa di makan.
Para Dai tersebut
berangkat menjadi Dai di pedalaman semata-mata karena mengharap Ridho Allah subhanahu wata’ala.
Barangkali
diantara para jamaah dan anda semua ada yang ingin terlibat ikut andil dalam
Dakwah ini, kami persilakan menghubungi Dewan Dakwah Islam Indonesia dengan menyisihkan sebagian dari rezki anda. Sebab yang namanya Dakwah tidak harus
berpidato atau ceramah dari atas mimbar,
melainkan seperti yang difirmankan olh Allah subhanahu wata’ala dalam AlQur’an Surat As Shaff ayat 10 -11 :
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا هَلۡ اَدُلُّكُمۡ
عَلٰى تِجَارَةٍ تُنۡجِيۡكُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِيۡمٍ ﴿۱۰﴾ تُؤۡمِنُوۡنَ
بِاللّٰهِ وَرَسُوۡلِهٖ وَتُجَاهِدُوۡنَ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ بِاَمۡوَالِكُمۡ
وَاَنۡفُسِكُمۡؕ ذٰلِكُمۡ خَيۡرٌ لَّـكُمۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَۙ ﴿۱۱﴾
10. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan
suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?
11.
(Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah
dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
Maka kami mengajak
kepada anda, setelah mendengar informasi
ini, jangan sampai anda tidak berbuat apa-apa. Sebab kelak anda akan ditanya oleh Allah subhanahu wata’ala antara lain : Dengan cara apa kamu mendapatkan harta dan digunakan untuk apa ?, dan
anda tidak bisa menjawab dengan baik.
Sekian yang dapat
kami sampaikan, mohon maaf bila ada kata-kata yang tidak berkenan.
SUBHANAKALLAHUMMA
WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUK WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
________________
No comments:
Post a Comment