Translate

Thursday, May 24, 2018

Informasi Dakwah di Pedalaman Nusantara, oleh : Ustad Chairil Anwar


PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM



                                       

                                Jum’at,  3 Romadhon 1439H – 18 Mei 2018.


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Kita semua sepakat bahwa AlQur’an pasti benar. Kebenaran AlQur’an adalah mutlak dan AlQur’an tidak akan berubah walaupun satu huruf. Sejak diturunkan sampai Hari Kiamat  AlQur’an akan tetap utuh sebagaimana adanya.

Maka sebagaimana kita ketahui bersama, dalam pentas kehidupan manusia di dunia ini ada dua hal yang senantiasa bertarung, yang pertarungan tersebut hanya akan berakhir dengan datangnya hari Kiamat. Pertarungan itu adalah pihak yang mengajak kepada yang Haq dan pihak yang mengajak yang Bathil.
Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala gambarkan dalam AlQur’an Surat Al An’am ayat 112 :


وَكَذٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيۡنَ الۡاِنۡسِ وَالۡجِنِّ يُوۡحِىۡ بَعۡضُهُمۡ اِلٰى بَعۡضٍ زُخۡرُفَ الۡقَوۡلِ غُرُوۡرًا‌ ؕ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوۡهُ‌ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُوۡنَ‏ ﴿۱۱۲﴾  

Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

Dari ayat tersebut jelas sekali bahwa pertarungan antara yang Haq dan yang Bathil akan terus terjadi, sampai datangnya hari Kiamat.

Maka pernah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam di datangi oleh seorang “Diplomat Ulung” dari kalangan orang Quraisy yang namnya ‘Utbah bin Rabi’ah, ia mengatakan : “Ya Muhammad, aku datang kepadamu membawa usul solusi yaitu : Bagaimana kalau di tahun ini kami dan kamu menyembah Tuhan kamu, kemudian di tahun berikutnya kami dan kamu menyembah Tuhan kami, lalu tahun berikutnya (tahun ketiga) kita adakan evaluasi.  Apabila yang terbaik menyembah Tuhan kamu, maka kami akan ikut kamu. Namun bila yang terbaik menyembah Tuhan kami, maka kamu harus siap ikut kami’.

Dengan kedatangan ‘Utbah bin Rabi’ah dan menyampaikan usul  kepada Rasulullah saw tersebut, Maka turunlah ayat-ayat AlQur’an yaitu Surat Al Kafirun :
بِسۡمِ اللهِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِيۡمِ

قُلۡ يٰۤاَيُّهَا الۡكٰفِرُوۡنَۙ‏ ﴿۱﴾  لَاۤ اَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُوۡنَۙ‏ ﴿۲﴾  وَلَاۤ اَنۡـتُمۡ عٰبِدُوۡنَ مَاۤ اَعۡبُدُ‌ ۚ‏ ﴿۳﴾  وَلَاۤ اَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدۡتُّمۡۙ‏ ﴿۴﴾  وَ لَاۤ اَنۡـتُمۡ عٰبِدُوۡنَ مَاۤ اَعۡبُدُ ؕ‏ ﴿۵﴾  لَـكُمۡ دِيۡنُكُمۡ وَلِىَ دِيۡنِ


1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Kejadian dan turunnya ayat tersebut, menunjukkan bahwa di dunia ini  akan terus terjadi pertarungan yang Haq dan yang Bathil sampai datangnya Hari Kiamat.
Yang menjadi pertanyaan : Di manakah kita berada dan di barisan mana kita bersama, apakah di barisan yang Haq ataukah di barisan yang Bathil yang selalu berusaha merusak Aqidah umat Islam ?.

Thema kali ini adalah Dakwah ke seluruh penjuru Nusantara.
Pertanyaannya, apa pentingnya kita berdakwah ke pedalaman ?  Sementara di perkotaan masih perlu dakwah, tetapi kita perlu dakwah jauh ke pedalaman untuk menyampaikan Islam. 




Ada beberapa alasan mengapa  Dewan Dakwah Islam (DDI) mengirimkan Da’i - Da’i ke pedalaman:

Pertama,  adalah  faktor kemiskinan. Perlu diketahui saudara-saudara kita di Maluku ada kurang-lebih 5000 (limaribu) orang Muallaf -  (Tahun 2003-2004), namun mereka belum terbina dengan baik.  
Juga di Kecamatan Werenama – Kabupaten Seram bagian Timur, tahun 2014 ada tidak kurang dari 100 (seratus) orang yang kembali murtad. Sebabnya : Tahun 2009 kami titipkan Da’i dan tahun 2014 tidak dihadirkan Dai di sana, akibatnya banyak dari mereka (Muallaf) yang pindah agama (murtad) karena ternyata ada pihak lain yang datang kemudian menyebarkan pahamnya, dengan cara membagi-bagikan makanan (sembako) maka akhirnya banyak saudara-saudara kita yang pindah agama.

Data Kemiskinan di Indonesia : Ada 28,35  juta (Duapuluh delapan juta tigaratus limapuluh ribu)  jiwa yang miskin dan menengah ke bawah. Dan salah satu penyebab mengapa saudara-saudara kita berpindah agama adalah Kemiskinan. Maka wajar bila dalam salah sebuah Hadits (Dho’if) Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa kefakiran (kemiskinan) mendekatkan kepada kekafiran.

Kedua : Minimnya pendidikan.
Tahun 2013 Kementerian Agama merilis sebuah hasil penelitian bahwa 65% masyarakat Muslim di Indonesia tidak bisa membaca AlQur’an. Maka tidak mengherankan, bila di daerah NTT, ketika ditugaskan Da’i di sana membina sekitar 10% masyarakat Islam (kaum Muslimin) yang ada di sana, di sebuah pulau yaitu Pulau Keera di Nusa Tenggara Timur sangat disayangkan bahwa dari mereka yang bisa membaca AlQur’an hanya sekitar 5%.

Belum lagi kendala mengajar di sana. Masalah pendidikan kaum Muslimin sangat memprihatinkan. Maka pantas bila kaum muslimin selalu menjadi bulan-bulanan oleh pihak-pihak lain penyebabnya adalah masalah pendidikan. 
Dengan keterbelakangan dan minimnya pengetahuan terhadap agama kita (Islam), sampai-sampai banyak terjadi di Jakarta seorang sarjana (S1 atau S2) memandikan jenazah orangtuanya saja tidak bisa. Itu yang terjadi di masyarakat Islam di Indonesia.

Pernah juga kami tugaskan Da’i di Pulau Mentawai (Sumatera Barat), untuk membina masyarakat Muallaf di sana, di sebuah dusun yang bernama Dusun Berkat Ilahi (demikian dahulunya diberi nama oleh Bung Hatta), tetapi sekarang disebut Dusun Berkat (tanpa  kata Ilahi). Dan masyarakat Muslim yang semula 90% sekarang tinggal 10%.  

Ini sangat memprihatinkan, terutama kepada saudara-saudara kita yang Muallaf. Apalagi bila mendengar ucapan dari salah seorang bapak-bapak (Mua’llaf) kepada Da’i tersebut   : “Alhamdulillah, sejak kami masuk Islam, piaraan babi kami semakin banyak. Kami beternak babi”. Dan mereka terus-terang mengkonsumsi daging babi.

Ketiga : Kelangkaan Gerakan Dakwah.
Sebelum Bulan Romadhon 1439H kemarin, Dewan Dakwah Indonesia (DDI) mengirimkan 67 (enampuluh tujuh) orang Dai ke 12 provinsi di Indonesia yang disinyalir apabila tidak ada Dai di sana bisa dikatakan Sholat Tarawih selama Romadhon tidak berjalan, Sholat jum’at tidak berjalan, maka ini sangat memprihatinkan. Maka kami kirimkan Dai-Dai ke berbagai daerah, terutama daerah pedalaman dan perbatasan,  untuk membina masyarakat yang memang sangat mambutuhkan bimbingan agama Islam.

Tidak ada kata lain selain kita berupaya menyelamatkan dan membangun Indonesia dengan Dakwah.  Sebagaimana kita ketahui bahwa diutusnya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam adalah untuk Dakwah.




Pertanyaannya, bagaimana kita menyelamatkan dan membangun Indonesia dengan Dakwah?

Untuk menyelamatkan dan membangun Indonesia, perlu adanya Dai. Tanpa Dai maka Dakwah tidak akan bisa berjalan. Karena Dai merupakan elemen terpenting dalam Dakwah.  Maka kita harus menghadirkan Dai.   Oleh karena itu maka DDI berupaya meng-kader para Dai, kemudian  DDI mengirimkan mereka para Dai ke daerah-daerah yang rawan pendangkalan Qaidah, daerah-daerah yang ter-marginal-kan, teruama daerah-daerah perbatasan, daerah-daerah rawan konflik.

Keberadaan Dai sangat penting.  Di Masjid kita ini saja (Masjid Baitussalam) bila tidak ada Dai (Ustad) maka pengajian tidak akan bisa berjalan. Apalagi saudara-saudara kita di daerah yang tidak mendapatkan fasilitas ustad atau para Dai.

Contohnya,   di daerah pedalaman, di pulau Seram sebelah timur (Maluku), setiap hari kami (Dai) mengadakan perjalanan Dakwah tidak kurang dari 40 Km, untuk berdakwah di kampung-kampung Muallaf, ada 6(enam) desa Muallaf di sana.  Di sana sebuah masjid hanya terisi jamaah sepekan sekali. 
Itupun kalau ada Mubaligh yang ditugaskan oleh Kementerian Agama di daerah tersebut.  Maka keadaannya sangat memprihatinkan bahkan bisa dikatakan Islam tidak berjalan di sana.

Itulah pentingnya dan pengiriman Dai ke pedalaman.  Mungkin diantara kita ada yang bertanya, bolehkah kami ber-Waqaf untuk pembangunan masjid di sana ?
Jawabannya : Boleh.  Bolehkah kami me-waqafkan harta kami untuk membeli AlQur’an lalu dibagikan kepada mereka yang membutuhkan ? Jawabannya : Boleh.  Namun harus difikirkan, masjid boleh dibangun tetapi harus ada Dai atau Ustad atau Kiyai yang memimpinnya.



Pada tahun 2010 kami diamanahkan di daerah Sulawesi Utara untuk berdakwah di sana, ada suatu desa nemanya Desa Jiko yang berpenduduk 262 Kepala Keluarga (KK).  yang Muslim ada 11 KK.  Di sana dibangun sebuah masjid, tetapi masjid tersebut hanya diisi jamaah sepekan sekali. Itupun kalau ada Mubaligh yang ditugaskan oleh Kementerian daerah tersebut.  Bila tidak ada Mubaligh maka masjid akan kosong dan Sholat Jum’at-pun tidak berjalan, bahkan sampai sebulan tidak ada Sholat Jum’at.

Maka ketika hendak membangun masjid, perlu difikirkan apakah setelah dibangun masjid ada yang mengisinya. Demikian pula AlQur’an, berapa banyak Kitab AlQur’an hanya sebatas sebagai hiasan dinding-dinding masjid.    Apalagi di daerah-daerah yang tidak ada orang yang mengajarkan membaca AlQur’an.  Demikian itu sangat memprihatinkan sekali.

Untuk itu DDI berupaya mengirimkan para Dai ke daerah pedalaman.  Tahun 2017 DDI mengirimkan kurang-lebih 200 (duaratus) orang Dai ke pedalaman berbagai daerah, sebagai wujud tanggungjawab kita atas saudara-saudara kita kaum Muslimin.

Maka dengan ini kami mengajak kepada anda semua kaum muslimin, untuk bersama-sama mengambil tanggungjawab dakwah, bahwa tanggungjawab dakwah tidak saja pada Dewan Dakwah Islam (DDI) atau lembaga-lembaga yang bergerak di bidang Dakwah, tetapi kewajiban dakwah adalah kewajiban kita semua yang mengaku dirinya Muslim.  Tegasnya, siapapun kita umat Islam maka kita mempunyai tanggungjwab dakwah.  

Ketika Allah menyeru dalam Al Qur’an : Ud’u ila sabili robbika bil hikmah (Ajaklah manusia kejalan Tuhanmu dengan cara yang Hikmah), ayat ini bukan hanya untuk sebagian orang, melainkan untuk semua manusia, terutama bagi mereka yang beragama Islam. Maka kami menghimbau kepada anda semua untuk sama-sama memperhatikan Dakwah Islam.

Kita berhutang budi dengan para pendahulu kita, bahwa kita bisa menikmati Islam, beribadah dengan nyaman, tidak lain Islam sampai kepada kita karena ada orang-orang yang membawa Islam kepada kita.
Tentu yang membawakan adalah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat beliau. Sehingga Islam sampai kepada kita. Maka bila kita melihat kebelakang sejarah Islam, perjuangan para sahabat tidak mudah.
Bahkan taruhannya jiwa-raga dan harta-benda mereka.  Misalnya kita mengenal Perang Tabuk, yang merupakan perang terberat dan perang terakhir semasa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wassalam dimana beliau menyampaikan kepada para sahabat beliau, bahwa ketika hendak berangkat perang, para sahabat dan kaum muslimin sedang musim paceklik, susah bahan makanan, karena musim kering yang panjang.

Sehingga Rasulullah saw menawarkan kepada para sahabat : Siapa di antara para sahabat  yang ingin ber-Jihad dengan hartanya ?. Kemudian sahabat Utsman bin ‘Affan rodhiyallahu ‘anhu menyerahkan hartanya berupa 300 ekor untanya, dan menyerahkan uang sebesar  1000 (seribu) dinar.   Kemudian sahabat Abdurrahman bi ‘Auf r.a. menyeahkan 2000 (duaribu) Uqayah, Umar bin Khathab r.a. menyerahkan setengah dari hartanya,  dan Abubakar as Siddiq r.a. menyerahkan seluruh hartanya.

Maka Rasulullah saw bertanya : “Wahai Abubakar, apa yang engkau sisakan untuk engkau dan keluargamu ?” Abubakar as Siddiq r.a. menjawab : “Akuserahkan keluargaku kepada Allah dan Rasul-Nya”. Bukan harta mereka saja, tetapi nyawa mereka serahkan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Maka wajar kalau mereka dijamin surganya oleh Rasulullah  saw.  Sementara kita tidak ada jaminan untuk masuk surga. Dan saat ini kita juga berhutang-budi kepada saudara-saudara kita para Dai yang sedang bertugas di pedalaman dan daerah-daerah perbatasan. 



Dalam laporan kepada Ketua DDI, para Dai itu bukan harta dan jabatan yang mereka inginkan.  Bahkan mereka sering beberapa hari hanya makan daun-daunan.  Maka mereka ditanya oleh Ketu DDI : Mengapa kalian memakan daun-daunan ? Mereka menjawab karena sudah kehabisan bekal.  Ketika ditanya kenapa tidak meminjam kepada penduduk asli  di sana ? Para Dai itu menjawab : Merekapun fakir-miskin, tidak punya bahan makanan. Tidak ada yang bisa di makan.
Para Dai tersebut berangkat menjadi Dai di pedalaman semata-mata karena mengharap Ridho Allah subhanahu wata’ala.

Barangkali diantara para jamaah dan anda semua ada yang ingin terlibat ikut andil dalam Dakwah ini, kami persilakan menghubungi Dewan Dakwah Islam Indonesia dengan  menyisihkan sebagian dari rezki anda.  Sebab yang namanya Dakwah tidak harus berpidato atau ceramah dari atas mimbar,  melainkan seperti yang difirmankan olh Allah subhanahu wata’ala dalam AlQur’an Surat As Shaff ayat 10 -11 :

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا هَلۡ اَدُلُّكُمۡ عَلٰى تِجَارَةٍ تُنۡجِيۡكُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِيۡمٍ‏ ﴿۱۰﴾  تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰهِ وَرَسُوۡلِهٖ وَتُجَاهِدُوۡنَ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ بِاَمۡوَالِكُمۡ وَاَنۡفُسِكُمۡ‌ؕ ذٰلِكُمۡ خَيۡرٌ لَّـكُمۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَۙ‏ ﴿۱۱﴾  

10. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?

11. (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Maka kami mengajak kepada anda,  setelah mendengar informasi ini, jangan sampai anda tidak berbuat apa-apa. Sebab kelak  anda akan ditanya oleh Allah subhanahu wata’ala  antara lain : Dengan cara apa kamu mendapatkan harta dan digunakan untuk apa ?, dan anda tidak bisa menjawab dengan baik.

Sekian yang dapat kami sampaikan, mohon maaf bila ada kata-kata yang tidak berkenan.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUK WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                 ________________





No comments:

Post a Comment