Translate

Friday, May 25, 2018

Perbaikan Keluarga Di Bulan Romadhon. Oleh : Ust: Bendri Jaysurrahman


PENGAJIAN DHUHA MASJID                                                                        BAITUSSALAM


 Perbaikan Keluarga Di Bulan Romadhon.
 Oleh :  Ust: Bendri Jaysurrahman


Jum’at, 9 Sya’ban 1439H – 25 Mei 2018.

  
Assalamu’alaikum wr.wb.

Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Alhamdulillah, kita dipertemukan lagi insya Allah dengan bulan Romadhon 1439 H, bulan yang penuh barokah.  Tentunya kita berusaha me-maksimalkan ibadah di bulan Romadhon itu sekaligus menjadi bahan evaluasi bagi kita untuk membina rumahtangga dan keluarga kita, salah satunya adalah perbaikan keluarga. 

Itulah yang disebutkan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam  AlQur’an Surat Al Baqarah yat 183 – 187 :


يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُتِبَ عَلَيۡکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَۙ‏ ﴿۱۸۳﴾  اَيَّامًا مَّعۡدُوۡدٰتٍؕ فَمَنۡ كَانَ مِنۡكُمۡ مَّرِيۡضًا اَوۡ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنۡ اَيَّامٍ اُخَرَ‌ؕ وَعَلَى الَّذِيۡنَ يُطِيۡقُوۡنَهٗ فِدۡيَةٌ طَعَامُ مِسۡكِيۡنٍؕ فَمَنۡ تَطَوَّعَ خَيۡرًا فَهُوَ خَيۡرٌ لَّهٗ ؕ وَاَنۡ تَصُوۡمُوۡا خَيۡرٌ لَّـکُمۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ‏ ﴿۱۸۴﴾  شَهۡرُ رَمَضَانَ الَّذِىۡٓ اُنۡزِلَ فِيۡهِ الۡقُرۡاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَ بَيِّنٰتٍ مِّنَ الۡهُدٰى وَالۡفُرۡقَانِۚ فَمَنۡ شَهِدَ مِنۡكُمُ الشَّهۡرَ فَلۡيَـصُمۡهُ ؕ وَمَنۡ کَانَ مَرِيۡضًا اَوۡ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنۡ اَيَّامٍ اُخَرَؕ يُرِيۡدُ اللّٰهُ بِکُمُ الۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيۡدُ بِکُمُ الۡعُسۡرَ وَلِتُکۡمِلُوا الۡعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمۡ وَلَعَلَّکُمۡ تَشۡكُرُوۡنَ‏ ﴿۱۸۵﴾  وَاِذَا سَاَلَـكَ عِبَادِىۡ عَنِّىۡ فَاِنِّىۡ قَرِيۡبٌؕ اُجِيۡبُ دَعۡوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ فَلۡيَسۡتَجِيۡبُوۡا لِىۡ وَلۡيُؤۡمِنُوۡا بِىۡ لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُوۡنَ‏ ﴿۱۸۶﴾  اُحِلَّ لَـکُمۡ لَيۡلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَآٮِٕكُمۡ‌ؕ هُنَّ لِبَاسٌ لَّـكُمۡ وَاَنۡـتُمۡ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ؕ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّکُمۡ كُنۡتُمۡ تَخۡتَانُوۡنَ اَنۡفُسَکُمۡ فَتَابَ عَلَيۡكُمۡ وَعَفَا عَنۡكُمۡۚ فَالۡـــٰٔنَ بَاشِرُوۡهُنَّ وَابۡتَغُوۡا مَا کَتَبَ اللّٰهُ لَـكُمۡ وَكُلُوۡا وَاشۡرَبُوۡا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَـكُمُ الۡخَـيۡطُ الۡاَبۡيَضُ مِنَ الۡخَـيۡطِ الۡاَسۡوَدِ مِنَ الۡفَجۡرِ‌ؕ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيۡلِ‌ۚ وَلَا تُبَاشِرُوۡهُنَّ وَاَنۡـتُمۡ عٰكِفُوۡنَ فِى الۡمَسٰجِدِؕ تِلۡكَ حُدُوۡدُ اللّٰهِ فَلَا تَقۡرَبُوۡهَا ؕ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَّقُوۡنَ‏ ﴿۱۸۷﴾  

  
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
186. dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

Dalam ayat 187, ayat terakhir sebagaimana tersebut di atas, sebelum kaum muslimin menutup semua amalan dalam bulan Romadhon dengan I’tikaf di Masjid, dan dengan ayat yang sama Allah subhanahu wata’ala mengingatkan pentingnya hubungan suami-isteri.

Redaksi ayat tersebut (Ayat 187), sangat filosofis dan santun bahasanya, yaitu Allah subhanahu wata’ala mengingatkan kepada kita kaum muslimin, agar jangan sampai bersifat berlebihan. Sebab ada orang yang saking semangat ibadah di bulan Romadhon dengan  Tilawah AlQur’an, dengan Sholat Malamnya, dan dengan segala rangkaian amalan yang lain, sehingga tidak mempedulikan isterinya.
Bahkan ada yang mengatakan bahwa di bulan Romadhon tidak boleh bersentuhan antara suami-isteri.  Pendapat demikian adalah salah.

Ketika ada orang yang berpendapat demikian, justru dibantah oleh Allah subhanahu wata’ala dengan ayat tersebut (ayat 187). Dengan kalimat yang halus : Dihalalkan bagi kalian untuk bercampur (suami-isteri) di malam hari di bulan Romadhon. Bila Allah sudah meng-halalkan, maka jangan dilarang atau diharam-kan. Bahkan itu merupakan amalan Sunnah dan amalan amal-sholih. Karena salah satu tumbuhnya cinta kasih-sayang suami isteri adalah salah-satunya dengan menunaikan hubungan suami-isteri.


Dalam riwayat Hadits, ketika seorang sahabat yaitu Abdullah bin ‘Umar rodhiyallahu ‘anhu pernah ditanya tentang salah satu kebiasaan unik beliau di bulan Romadhon, disebutkan : Abdullah bin Umar r.a. senantiasa berbuka-puasa dengan ber-jimak (hubungan-suami isteri). Demikian dituliskan oleh Imam At Thabrani dalam kitab beliau Mujam Kabir,   dimana riwayatnya dishahihkan oleh Imam Al Haishami (salah seorang pakar Hadits). Padahal beliau Abdullah bin ‘Umar sangat tahu bahwa batalnya puasa adalah : Makan, minum dan berjimak. Maka untuk berbuka puasa (membatalkan puasa) beliau melakukan jimak (hubungan suami-isteri) sebelum makan-minum.

Ketika beliau Abdullah bin Umar r.a. ditanyakan oleh sahabat lain, tentang hal tersebut, jawaban beliau : “Aku teringat  ayat 187 Surat Al Baqarah, sehingga aku penuhi hak isteriku di awal-malam agar aku puas memenuhi Hak Allah di akhir malam”.

Pertanyaannya, mengapa Allah subhanahu wata’ala selipkan ayat tersebut, khususnya tentang hubungan suami-isteri?. Ada beberapa penjelasan :
1.     Bahwa hubungan suami-isteri (harmonisasi antara suami-isteri) bisa mempengaruhi kualitas pengasuhan kepada anak (keluarga). Anak akan mendapatkan kebaikan dari kedua orangtuanya, bermula dari hubungan suami-isteri yang harmonis.
2.     Salah satu indikator suami-isteri yang harmonis adalah  seberapa intensifnya hubungan suami-isteri di tempat tidur. Seperti kita ketahui, banyak perceraian (Talak) suami-isteri di Indonesia seperti meningkatnya hutang negeri kita kepada Bank Dunia. Dalam catatan kami : Tahun 2009 pasangan suami isteri yang becerai sebanyak 250.000 pasangan. Tahun 2016 pasangan suami-isteri yang bercerai 350.500 pasangan. Berdasarkan statistik (BPS)  setiap jam ada 40 pasangan suami-isteri yang bercerai (talak). Dan rata-rata penyebabnya adalah hubungan-intim antara suami-isteri. Ini berbahaya, karena menyebabkan meningkatnya pelacuran (perzinahan) yang dilakukan oleh para suami. Dan LGBT marak di mana-mana.
3.     Hubungan suami-isteri mempengaruhi kualitas pengasuhan kepada anak-anak. Dan inilah yang Allah subhanahu wata’ala sebutkan dalam Surat Al Furqon ayat 74 :

4.      وَالَّذِيۡنَ يَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا هَبۡ لَـنَا مِنۡ اَزۡوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعۡيُنٍ وَّاجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِيۡنَ اِمَامًا‏ ﴿۷۴﴾  

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Ayat tersebut berupa tuntunan do’a kita kepada Allah subhanahu wata’ala.

Dalam Ayat tersebut Allah subhanahu wata’ala mengingatkan kepada kita  : Sebelum kita punya anak yang Qurrata a’yun (Penyejuk pandangan mata),  maka kita punya Azwaj (pasangan suami-isteri harmonis)) yang Qurrata a’yun.

Pasangan yang harmonis (ideal) dalam AlQur’an di sebut Azwaj. Contoh : Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam dengan para isteri beliau. Juga Nabi Adam a.s. dengan isteri beliau Hawa.
Sedangkan pasangan yang tidak harmonis (tidak ideal)  disebut dalam AlQur’an : Imro’ah (Imro’at).

Contoh : Nabi Nuh a.s dengan Isterinya, dalam AlQur’an disebutkan : Imro’ati Nuh. Karena isteri Nabi Nuh suka menjelek-jelekkan suaminya (Nabi Nuh a.s.dikatakan orang gila), dst).  Juga isteri Nabi Luth a.s. yang tidak mengikuti ajaran suaminya, tetapi bahkan menjadi pendukung LGBT di zaman itu. Karena iming-iming harta dari seorang penyihir yang selalu memberi uang kepada isteri Nabi Luth a.s. (Menurut para ulama, pendukung LGBT sekarang pada umumnya mula-mula adalah motiv ekonomi).

Sementara itu wanita terbaik di dunia yang masuk Surga ada 4 (empat), yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya,  menurut Hadits Riwayat Imam Ahmad) :
1.     Maryam binti Imron, ibunda Nabi Isa a.s.
2.     Khadijah binti Khuwailid (Isteri Nabi Muhammad saw)
3.     Fatimah Zahra binti Muhammad (puteri Nabi Muhammad saw)
4.     Asiyah binti Muzahim (isteri Fir’aun).

Kembali kepada bulan Romadhon,  ketika suami-isteri memperbaiki diri khususnya pada bulan Romadhon, maka itulah tahapan yang mempengaruhi kualitas pengasuhan terhadap keluarga (anak).   Anak-anak akan berbuat baik kepada ayahnya, bila ibunya merasakan kasih-sayang dan sering menceritakan kebaikan ayahnya.
Banyak terjadi seorang anak bersikap tidak baik kepada ayahnya, karena ibunya sering menceritakan kejelekan ayahnya. Banyak masalah kegagalan pengasuhan kepada anak disebabkan oleh 80% dari hubungan suami-isteri yang tidak harmonis.
Maka tugas suami adalah membina hubungan yang baik kepada isterinya. Sebelum menjadi ayah yang baik, harus mejadi suami yang baik. Perlakukanlah isteri sebagaimana diwasiatkan oleh Rasulullah saw ketika Haji Wada : Perlakukanlah isteri kalian dengan baik,.  Sebaik-baik kalian adalah yang nmemperlkukan wanita (isterinya) dengan baik.

Indikator keberhasilan keluarga adalah pada bagaimana hubungan  suami-isteri dan anak. Bukan pada banyaknya piala yang terpajang pada ruang tamu.
Dalam ajaran Islam, kalau seorang isteri baik, mengasuh anak-anaknya dengan baik, berarti keluarga itu keluarga yang baik. Isteri yang baik adalah cermin suami yang baik dan bijaksana.

Maka momentum Romadhon adalah momentum untuk mengadakan perbaikan hubungan antar keluarga, terutama hubungan suami isteri, sebagaimana dalam Surat Al Baqarah ayat 187 sebagaimana disebutkan di atas. Apakah isteri masih mendapatkan haknya?. Di bulan Romadhon kita dipaksa untuk melakukan romantisme keluarga, yaitu makan bersama, ketika buka bersama dan makan sahur bersama sekeluarga, suami-isteri dan anak-anak (bila perlu) dengan pembantu makan bersama.
Makan bersama dengan keluarga adalah Sunnah Rasulullah saw. Yang selama ini tidak pernah terjadi, karena suami sibuk bekerja ditempat yang berjarak jauh dari tempat tinggalnya. Berangkat pagi, pulang malam hari. Sehingga tidak ada waktu bagi suami untuk bercengkerama dengan keluarga (anak-anak).

Hadits riwayat Imam Abu Daud, Rasulullah saw bersabda : Makanlah kalian bersama-sama keluarga, dengan menyebut Nama Allah, niscaya kalian diberkahi.
Maka Sunnahnya adalah makan bersama dengan keluarga. Termasuk wanita yang sedang Haid sekalipun, ia disunnahkan makan sahur bersama dengan suami dan anak-anak. Dan itu pahala besar, walaupun wanita itu sedang tidak berpuasa. Maka suami hendaknya mengingatkan kepada isterinya untuk ikut makan sahur  Karena makan sahur bersama itu penuh berkah.

Juga ketika makan bersama bisa saling berbagi lauk atau mencicipi lauk-pauk ketika sedang makan, itulah keberkahan makan bersama. Dan itu berpahala karena  yang demikian adalah Sunnah Rasulullah saw yang mencontohkan demikian.
Itulah salah satu dari sekian banyak keberkahan di bulan Romadhon. Bila ada keberkahan, maka sebagaimana disebutkan dalam AlQur’an Surat Huud maknanya adalah bertambahnya kebaikan.

AlQur’an Surat Huud ayat 114 :

وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَىِ النَّهَارِ وَزُلَـفًا مِّنَ الَّيۡلِ‌ ؕ اِنَّ الۡحَسَنٰتِ يُذۡهِبۡنَ السَّيِّاٰتِ ‌ؕ ذٰ لِكَ ذِكۡرٰى لِلذّٰكِرِيۡنَ ‌ۚ‏ ﴿۱۱۴﴾  

Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.

Maksud ayat tersebut “perbuatan baik” adalah Keberkahan.  Bila dalam rumah banyak keberkahan dan kebaikan. menurut ayat tersebut akan mengusir, (menghilangkan) segala keburukan dalam rumah (keluarga). Sesungguhnya kebaikan yang banyak akan menghapus keburukan dalam rumah.
Kebaikan/keberkahan  itu misalnya : Makan bersama keluarga, sholat malam, membaca AlQur’an, banyak shodakoh, dst. terutama di bulan Romadhon.  Dan selanjutnya pada hari-hari diluar Romadhon adalah mencari keberkahan. Insya Allah dalam rumah-tangga (keluarga) akan bersih dari masalah.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYAHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUIBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

No comments:

Post a Comment