PENGAJIAN DHUHA
MASJID BAITUSSALAM
Perbaikan
Keluarga Di Bulan Romadhon.
Oleh : Ust: Bendri
Jaysurrahman
Jum’at, 9 Sya’ban 1439H – 25 Mei 2018.
Assalamu’alaikum
wr.wb.
Muslimin
dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Alhamdulillah, kita
dipertemukan lagi insya Allah dengan bulan Romadhon 1439 H, bulan yang penuh
barokah. Tentunya kita berusaha
me-maksimalkan ibadah di bulan Romadhon itu sekaligus menjadi bahan evaluasi
bagi kita untuk membina rumahtangga dan keluarga kita, salah satunya adalah perbaikan keluarga.
Itulah yang disebutkan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam AlQur’an Surat Al Baqarah yat 183 – 187 :
يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُتِبَ عَلَيۡکُمُ
الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ لَعَلَّكُمۡ
تَتَّقُوۡنَۙ ﴿۱۸۳﴾
اَيَّامًا مَّعۡدُوۡدٰتٍؕ فَمَنۡ كَانَ مِنۡكُمۡ مَّرِيۡضًا اَوۡ عَلٰى
سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنۡ اَيَّامٍ اُخَرَؕ وَعَلَى الَّذِيۡنَ يُطِيۡقُوۡنَهٗ
فِدۡيَةٌ طَعَامُ مِسۡكِيۡنٍؕ فَمَنۡ تَطَوَّعَ خَيۡرًا فَهُوَ خَيۡرٌ لَّهٗ ؕ وَاَنۡ
تَصُوۡمُوۡا خَيۡرٌ لَّـکُمۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿۱۸۴﴾ شَهۡرُ
رَمَضَانَ الَّذِىۡٓ اُنۡزِلَ فِيۡهِ الۡقُرۡاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَ بَيِّنٰتٍ
مِّنَ الۡهُدٰى وَالۡفُرۡقَانِۚ فَمَنۡ شَهِدَ مِنۡكُمُ الشَّهۡرَ فَلۡيَـصُمۡهُ ؕ
وَمَنۡ کَانَ مَرِيۡضًا اَوۡ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنۡ اَيَّامٍ اُخَرَؕ
يُرِيۡدُ اللّٰهُ بِکُمُ الۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيۡدُ بِکُمُ الۡعُسۡرَ
وَلِتُکۡمِلُوا الۡعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمۡ
وَلَعَلَّکُمۡ تَشۡكُرُوۡنَ ﴿۱۸۵﴾ وَاِذَا سَاَلَـكَ عِبَادِىۡ عَنِّىۡ فَاِنِّىۡ
قَرِيۡبٌؕ اُجِيۡبُ دَعۡوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ فَلۡيَسۡتَجِيۡبُوۡا لِىۡ
وَلۡيُؤۡمِنُوۡا بِىۡ لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُوۡنَ ﴿۱۸۶﴾ اُحِلَّ
لَـکُمۡ لَيۡلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَآٮِٕكُمۡؕ هُنَّ لِبَاسٌ
لَّـكُمۡ وَاَنۡـتُمۡ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ؕ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّکُمۡ كُنۡتُمۡ
تَخۡتَانُوۡنَ اَنۡفُسَکُمۡ فَتَابَ عَلَيۡكُمۡ وَعَفَا عَنۡكُمۡۚ فَالۡـــٰٔنَ
بَاشِرُوۡهُنَّ وَابۡتَغُوۡا مَا کَتَبَ اللّٰهُ لَـكُمۡ وَكُلُوۡا وَاشۡرَبُوۡا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَـكُمُ الۡخَـيۡطُ
الۡاَبۡيَضُ مِنَ الۡخَـيۡطِ الۡاَسۡوَدِ مِنَ الۡفَجۡرِؕ ثُمَّ اَتِمُّوا
الصِّيَامَ اِلَى الَّيۡلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوۡهُنَّ وَاَنۡـتُمۡ عٰكِفُوۡنَ فِى
الۡمَسٰجِدِؕ تِلۡكَ حُدُوۡدُ اللّٰهِ فَلَا تَقۡرَبُوۡهَا ؕ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ
اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَّقُوۡنَ ﴿۱۸۷﴾
183.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
184.
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada
yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan
wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan
kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan
berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
185.
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.
186.
dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.
187.
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri
kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.
Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah
mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan
ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga
terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri
mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam
mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka
bertakwa.
Dalam
ayat 187,
ayat terakhir sebagaimana tersebut di atas, sebelum kaum muslimin menutup semua
amalan dalam bulan Romadhon dengan I’tikaf di Masjid, dan dengan ayat
yang sama Allah subhanahu wata’ala
mengingatkan pentingnya hubungan suami-isteri.
Redaksi ayat tersebut (Ayat 187), sangat
filosofis dan santun bahasanya, yaitu Allah subhanahu
wata’ala mengingatkan kepada kita kaum muslimin, agar jangan sampai
bersifat berlebihan. Sebab ada orang yang saking semangat ibadah di bulan
Romadhon dengan Tilawah AlQur’an, dengan
Sholat Malamnya, dan dengan segala rangkaian amalan yang lain, sehingga tidak
mempedulikan isterinya.
Bahkan ada yang mengatakan bahwa di bulan
Romadhon tidak boleh bersentuhan antara suami-isteri. Pendapat demikian adalah salah.
Ketika ada orang yang berpendapat
demikian, justru dibantah oleh Allah subhanahu
wata’ala dengan ayat tersebut (ayat
187). Dengan kalimat yang halus : Dihalalkan
bagi kalian untuk bercampur (suami-isteri) di malam hari di bulan Romadhon. Bila
Allah sudah meng-halalkan, maka jangan dilarang atau diharam-kan. Bahkan itu
merupakan amalan Sunnah dan amalan
amal-sholih. Karena salah satu tumbuhnya cinta kasih-sayang suami isteri
adalah salah-satunya dengan menunaikan hubungan suami-isteri.
Dalam riwayat Hadits, ketika seorang
sahabat yaitu Abdullah bin ‘Umar rodhiyallahu ‘anhu pernah ditanya
tentang salah satu kebiasaan unik beliau di bulan Romadhon, disebutkan : Abdullah bin Umar r.a. senantiasa
berbuka-puasa dengan ber-jimak (hubungan-suami isteri). Demikian dituliskan
oleh Imam At Thabrani dalam kitab
beliau Mujam Kabir, dimana
riwayatnya dishahihkan oleh Imam Al Haishami (salah seorang pakar Hadits).
Padahal beliau Abdullah bin ‘Umar sangat tahu bahwa batalnya puasa adalah : Makan, minum dan berjimak. Maka untuk
berbuka puasa (membatalkan puasa) beliau melakukan jimak (hubungan
suami-isteri) sebelum makan-minum.
Ketika beliau Abdullah bin Umar r.a.
ditanyakan oleh sahabat lain, tentang hal tersebut, jawaban beliau : “Aku teringat
ayat 187 Surat Al Baqarah, sehingga aku penuhi hak isteriku di
awal-malam agar aku puas memenuhi Hak Allah di akhir malam”.
Pertanyaannya, mengapa Allah subhanahu wata’ala selipkan ayat
tersebut, khususnya tentang hubungan suami-isteri?. Ada beberapa penjelasan :
1. Bahwa hubungan
suami-isteri (harmonisasi antara suami-isteri) bisa mempengaruhi kualitas
pengasuhan kepada anak (keluarga). Anak akan mendapatkan kebaikan dari kedua
orangtuanya, bermula dari hubungan suami-isteri yang harmonis.
2. Salah satu
indikator suami-isteri yang harmonis adalah
seberapa intensifnya hubungan suami-isteri di tempat tidur. Seperti kita
ketahui, banyak perceraian (Talak) suami-isteri di Indonesia seperti
meningkatnya hutang negeri kita kepada Bank Dunia. Dalam catatan kami : Tahun
2009 pasangan suami isteri yang becerai sebanyak 250.000 pasangan. Tahun 2016
pasangan suami-isteri yang bercerai 350.500 pasangan. Berdasarkan statistik
(BPS) setiap jam ada 40 pasangan
suami-isteri yang bercerai (talak). Dan rata-rata penyebabnya adalah
hubungan-intim antara suami-isteri. Ini berbahaya, karena menyebabkan
meningkatnya pelacuran (perzinahan) yang dilakukan oleh para suami. Dan LGBT
marak di mana-mana.
3.
Hubungan suami-isteri mempengaruhi kualitas pengasuhan
kepada anak-anak. Dan inilah yang Allah subhanahu
wata’ala sebutkan dalam Surat Al
Furqon ayat 74 :
4.
وَالَّذِيۡنَ
يَقُوۡلُوۡنَ رَبَّنَا هَبۡ لَـنَا مِنۡ اَزۡوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ
اَعۡيُنٍ وَّاجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِيۡنَ اِمَامًا ﴿۷۴﴾
Dan orang orang yang
berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.
Ayat tersebut
berupa tuntunan do’a kita kepada Allah subhanahu
wata’ala.
Dalam Ayat tersebut Allah subhanahu wata’ala mengingatkan kepada
kita : Sebelum kita punya anak yang Qurrata
a’yun (Penyejuk pandangan mata),
maka kita punya Azwaj (pasangan suami-isteri
harmonis)) yang Qurrata a’yun.
Pasangan yang harmonis (ideal) dalam
AlQur’an di sebut Azwaj. Contoh : Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam dengan para isteri beliau. Juga Nabi
Adam a.s. dengan isteri beliau Hawa.
Sedangkan pasangan yang tidak harmonis
(tidak ideal) disebut dalam AlQur’an : Imro’ah
(Imro’at).
Contoh : Nabi Nuh a.s dengan Isterinya, dalam AlQur’an disebutkan : Imro’ati Nuh. Karena isteri Nabi Nuh
suka menjelek-jelekkan suaminya (Nabi Nuh a.s.dikatakan orang gila), dst). Juga isteri Nabi Luth a.s. yang tidak mengikuti ajaran suaminya, tetapi bahkan
menjadi pendukung LGBT di zaman itu. Karena iming-iming harta dari seorang
penyihir yang selalu memberi uang kepada isteri Nabi Luth a.s. (Menurut para
ulama, pendukung LGBT sekarang pada umumnya mula-mula adalah motiv ekonomi).
Sementara itu wanita terbaik di dunia yang
masuk Surga ada 4 (empat), yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, menurut Hadits Riwayat Imam Ahmad) :
1. Maryam binti
Imron, ibunda Nabi Isa a.s.
2. Khadijah binti
Khuwailid (Isteri Nabi Muhammad saw)
3. Fatimah Zahra
binti Muhammad (puteri Nabi Muhammad saw)
4. Asiyah binti
Muzahim (isteri Fir’aun).
Kembali kepada bulan Romadhon, ketika suami-isteri memperbaiki diri khususnya
pada bulan Romadhon, maka itulah tahapan yang mempengaruhi kualitas pengasuhan
terhadap keluarga (anak). Anak-anak
akan berbuat baik kepada ayahnya, bila ibunya merasakan kasih-sayang dan sering
menceritakan kebaikan ayahnya.
Banyak terjadi seorang anak bersikap tidak baik kepada ayahnya, karena
ibunya sering menceritakan kejelekan ayahnya. Banyak masalah kegagalan
pengasuhan kepada anak disebabkan oleh 80% dari hubungan suami-isteri yang
tidak harmonis.
Maka tugas suami adalah membina hubungan
yang baik kepada isterinya. Sebelum menjadi ayah yang baik, harus mejadi suami
yang baik. Perlakukanlah isteri sebagaimana diwasiatkan oleh Rasulullah saw
ketika Haji Wada : Perlakukanlah
isteri kalian dengan baik,. Sebaik-baik
kalian adalah yang nmemperlkukan wanita (isterinya) dengan baik.
Indikator keberhasilan keluarga adalah
pada bagaimana hubungan suami-isteri dan
anak. Bukan pada banyaknya piala
yang terpajang pada ruang tamu.
Dalam ajaran Islam, kalau seorang isteri
baik, mengasuh anak-anaknya dengan baik, berarti keluarga itu keluarga yang
baik. Isteri yang baik adalah cermin suami yang baik dan bijaksana.
Maka momentum Romadhon adalah momentum
untuk mengadakan perbaikan hubungan antar keluarga, terutama hubungan suami
isteri, sebagaimana dalam Surat Al
Baqarah ayat 187 sebagaimana disebutkan di atas. Apakah isteri masih
mendapatkan haknya?. Di bulan Romadhon kita dipaksa untuk melakukan romantisme keluarga, yaitu makan
bersama, ketika buka bersama dan makan sahur bersama sekeluarga, suami-isteri
dan anak-anak (bila perlu) dengan pembantu makan bersama.
Makan bersama dengan keluarga adalah
Sunnah Rasulullah saw. Yang selama ini tidak pernah terjadi, karena suami sibuk
bekerja ditempat yang berjarak jauh dari tempat tinggalnya. Berangkat pagi,
pulang malam hari. Sehingga tidak ada waktu bagi suami untuk bercengkerama
dengan keluarga (anak-anak).
Hadits riwayat Imam Abu Daud, Rasulullah
saw bersabda : Makanlah kalian
bersama-sama keluarga, dengan menyebut Nama Allah, niscaya kalian diberkahi.
Maka Sunnahnya adalah makan bersama dengan
keluarga. Termasuk wanita yang sedang Haid sekalipun, ia disunnahkan makan sahur
bersama dengan suami dan anak-anak. Dan itu pahala besar, walaupun wanita itu
sedang tidak berpuasa. Maka suami hendaknya mengingatkan kepada isterinya untuk
ikut makan sahur Karena makan sahur
bersama itu penuh berkah.
Juga ketika makan bersama bisa saling
berbagi lauk atau mencicipi lauk-pauk ketika sedang makan, itulah keberkahan
makan bersama. Dan itu berpahala karena
yang demikian adalah Sunnah Rasulullah saw yang mencontohkan demikian.
Itulah salah satu dari sekian banyak keberkahan di bulan Romadhon. Bila ada
keberkahan, maka sebagaimana disebutkan dalam AlQur’an Surat Huud maknanya adalah bertambahnya kebaikan.
AlQur’an
Surat Huud ayat 114 :
وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَىِ النَّهَارِ وَزُلَـفًا
مِّنَ الَّيۡلِ ؕ اِنَّ الۡحَسَنٰتِ يُذۡهِبۡنَ السَّيِّاٰتِ ؕ ذٰ لِكَ ذِكۡرٰى
لِلذّٰكِرِيۡنَ ۚ ﴿۱۱۴﴾
Dan
dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada
bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik
itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi
orang-orang yang ingat.
Maksud ayat tersebut “perbuatan baik” adalah Keberkahan.
Bila dalam rumah banyak keberkahan dan kebaikan. menurut ayat tersebut
akan mengusir, (menghilangkan) segala keburukan dalam rumah (keluarga).
Sesungguhnya kebaikan yang banyak akan menghapus keburukan dalam rumah.
Kebaikan/keberkahan itu misalnya : Makan bersama keluarga, sholat
malam, membaca AlQur’an, banyak shodakoh, dst. terutama di bulan Romadhon. Dan selanjutnya pada hari-hari diluar
Romadhon adalah mencari keberkahan. Insya Allah dalam rumah-tangga (keluarga)
akan bersih dari masalah.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYAHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUIBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
No comments:
Post a Comment