PENGAJIAN DHUHA
MASJID BAITUSSLAM
Jum’at, 11 Sya’ban 1439H – 27 April 2018.
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Thema bahasan
berikut adalah Mempersiapkan Diri Menghadiri Pengadilan Allah subhanahu wata’ala, yang oleh para Ulama
dikatakan sangat berat. Pengadilan yang
sering kita saksikan di dunia, terdiri dari Hakim, Yang tergugat dan yang
menggugat dan yang menghadiri adalah para kolega-koleganya. Siapa yang mengenal
dengan yang tergugat dan yang menggugat,
maka dia-lah yang menghadiri.
Bagi yang tidak kenal, maka tidak akan menghadiri dan masa-bodoh.
Dalam Pengadilan
di dunia, yang kalah dan tehukum, belum tentu ia bersalah. Yang menang dalam
Pengadilan dunia belum tentu ia yang benar. Karena manusia kadang pandai
bersilat-lidah. Tergantung siapa yang mendampinginya, kalau yang mendampingi
orang kuat, maka ia bisa menang. Sebaliknya bila yang mendampinginya adalah oarng
yang tidak kuat secara intelektual, secara pemahaman hukum, maka bisa jadi ia akan kalah dan menjadi
terhukum.
Bagaimana dengan
Pengadilan Allah subhanahu wata’ala
di Aklhirat?
Dalam Pengadilan
Allah subhanahu wata’ala tidak ada
yang tergugat (digugat) dan bukan hanya orang-orang terbatas saja yang
menghadiri, tetapi semua manusia akan menghadiri Pengadilan Allah subhanahu wata’ala.
Baik yang muslim
maupun non muslim, Yahudi atau Nashara, semua akan hadir di Pengadilan Allah subhanahu wata’ala. Semua manusia akan
diminta pertanggungjawabannya di hadapan Pengadilan Allah subhanahu wata’ala.
Dalam sebuah
Hadits Shahih, Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam menyampaikan tentang empat hal berkaitan dengan persiapan, sebelum itu kita pahami tentang
hiruk-pikuknya zaman. Bahwa akan datang sebuah zaman dimana :
Manusia
yang tetap berpegang-teguh dengan agamanya.
Rasulullah saw.
memberikan perumpamaan, di zaman itu orang yang berpegang-teguh pada agamanya,
ia seperti orang yang memegang bara-api.
Itulah persiapan
kita, bahwa kita selalu berpegang-teguh dengan Syari’at Allah subhanahu wata’ala, tidak boleh kita
lepas sampai kapan-pun.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam
AlQur’an Surat Ali Imran ayat 102 :
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ
حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَاَنۡـتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ ﴿۱۰۲﴾
Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam.
Berpegang dengan
teguhnya Syariat (Agama) Allah subhanahu
wata’ala sampai ajal-kematiannya. Bila kita berpegang-teguh Syariat Allah,
lalu orang mentertawakannya, maka itu biasa. Karena yang demikian merupakan
persiapan kita untuk menghadiri Pengadilan Allah subhanahu wata’ala kelak di Padang Mahsyar.
Syariat
Allah
subhanahu wata’ala memberikan sebuah
manfaat dan maslahat kepada kita, diri dan keluarga kita. Tidak ada Syariat
Allah yang tidak bermanfaat bagi hamba-Nya. Hukum (Syariat) Allah semuanya
untuk manusia. Maka Allah subhanahu
wata’ala menyatakan : “Ini jalan-Ku, maka ikutilah jalan-Ku”. Sementara itu banyak manusia tidak mau
mengikuti Jalan Allah tersebut, tetapi bahkan banyak yang mengikuti jalan manusia, yang
berliku-liku.
Dalam Hadits yang
masyhur riwayat Imam Thurmudzy dan Imam Ibnu Hiban, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda
tentang empat hal yang kelak akan
dimintakan pertanggungjawaban di Pengadilan
Allah subhanahu wata’ala adalah
:
1. Umur
kita dihabiskan untuk apa.
Bisa kita lihat ke
belakang, tentang rekam-jejak dan interaksi hidup kita antar manusia lalu dibandingkan dengan
interaksi kita dengan Allah subhanahu
wata’ala. Manakah yang lebih lama interaksi kita dengan manusia
dibandingkan interaksi kita dengan Allah subhanahu
wata’ala. Pasti lebih lama kita ber-interaksi sesama manusia.
Sholat Fardhu yang
lima-waktu, paling lama 5 – 10 menit. Selebihnya
kita lebih senang dengan kegiatan-kegiatan duniawi. Waktu Dhuha-pun kita lebih
senang mempergunakan untuk kegiatan yang
lain. Demikian seterusnya. Kita lebih
banyak ber-interaksi dalam soal-soal keduniawian.
Bagaimana
potret-kehidupan para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’uttabi’in, serta para Ulama, bisa kita baca dan pelajari dalam
Kitab-Kitab Hadits, Kitab Sejarah Islam. Misalnya dalam Hadits, Mu’az bin Jabal
pernah bertanya kepada Rasulullah shollallahu
‘alaihi wasallam : “Ya Rasulullah, ajarkan kepada kami amalan yang bisa
memasukkan kami ke dalam Surga”.
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Ya Mu’az, engkau menanyakan sesuatu yang
sangat besar Tetapi sebetulnya mudah,
apabila dikehendaki Allah, maka semua menjadi mudah. Wahai Mu’az engkau beribadah kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya”.
Ternyata amalan
tersebut merupakan persiapan kita manusia untuk menghadiri Pengadilan Allah subhanahu wata’ala. Dalam masyarakat
kita banyak orang yang beribadah secara luar biasa, tetapi juga luar-biasa cara
menyekutukan Allah subhanahu wata’ala. Maka Ulama besar Ibnu Qoyyim Al Jauziyah
mengatakan dalam kitabnya : Orang yang selalu sholat berjamaah selalu dengan
cara Masbuk
(telat datang) di sholat jamaah, maka ia sudah “menduakan” (Syirk)
kepada Allah subhanahu wata’ala.
Orang yang selalu telat dalam ikut sholat berjamaah, maka ia sudah lalai dalam sholatnya.
Kelak di Hari
Kiamat Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi
wasallam akan memberikan Syafaat kepada siapa saja yang tidak
pernah menyekutukan Allah subhanahu
wata’ala.
Dalam Hadits
tersebut, selanjutnya Nabi Muhammad shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda : Selanjutnya
engkau mendirikan sholat, menunaikan zakat, menunaikan shaum (puasa) di bulan
Romadhon, dan menunaikan Haji ke
Baitullah.
(Yang merupakan
Rukun Islam).
Ingat, dalam
masyarakat kita banyak orang yang beribadah Haji atau Umrah tetapi dengan Riya (pamer,
ingin dipuji orang). Misalnya, ketika hendak
berangkat Ibadah Haji, diadakan upacara menyalakan petasan, dll.
Semuanya itu adalah bentuk Riya. Dan Riya adalah termasuk
Syirik. Padahal yang benar : Ibadah
Haji dan Umrah harus dengan niat Lillahi Ta’ala (Niat karena Allah
semata).
2. Masa
Muda dipergunakan untuk apa.
Itu yang akan
dipertanyakan ketika kita dihadapan Pengadilan Allah subhanahu wata’ala. Apakah
masa muda kita hanya untuk bersenang-senang sehingga melalaikan beribadah
kepada Allah subhanahu wata’ala?.
Sementara itu bila
kita perhatikan orang-orang tua kita terlalu memberikan fasilitas yang terbaik,
sehingga anak-anak melalaikan usia muda mereka.
Anak-anak SD - SMP
- SMA semua memegang HP (Hand Phone), dimana HP sngat besar pengaruhnya
terhadap pendidikan anak-anak kita.
Anak-anak kita selalu sibuk dengan HP, tidak pernah lagi membaca
AlQur’an, tidak sholat, dst.
Bandingkan dengan zaman
dahulu para orang tua sangat ketat dalam mendidik anak, misalnya ketika masih
anak-anak, Imam Syafi’i selalu
diajarkan oleh ibundanya membaca AlQur’an setiap hari, setiap malam. Sehingga
usia 4 tahun Imam Syafi’i telah bisa hafal AlQur’an 10 Juz. Dan ketika usia 6 –
10 tahun sudah hafal AlQur’an 30 Juz.
Selanjutnya mereka belajar agama dengan para Ulama di Mekkah, di Madinah,
dst. Kita lihat Imam Malik di usia
muda sudah bisa menyusun Kitab Al Muwatho’.
Sementara itu
anak-anak kita bagaimana ? Sudah bisa
apa ? Inilah Masa Muda yang akan dipertanyakan kelak di Pengadilan Allah subhanahu wata’ala.
Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
memerintahkan kepada kita (orangtua) untuk mengajarkan sholat sejak usia 7
tahun. Bila sampai usia 10 tahun tidak mau sholat, maka boleh dipukul.
Bila sejak
anak-anak orangtuanya tidak pernah mendidik beribadah, maka kelak di Pengadilan
Allah, anak-anak itu akan menuntut kepada orangtuanya. Karena justru banyak
orangtua yang menghancurkan pendidikan anak-anaknya.
3. Tentang
harta kita, darimana didapat dan bagaimana mengeluarkannya.
Allah subhanahu wata’ala mempertanyakan harta
kita, bukan berapa banyaknya, tetapi dari mana diperolehnya (dengan cara apa),
dan dipergunakan untuk apa. Yang dipertanyakan adalah ke-Halal-an cara
memperoleh harta dan kebenaran cara menggunakannya. Apakah dijalan yang
bermanfaat atau di jalan maksiat.
Itulah salah satu
faktor yang menyelamatkan kita di hadapan Pengadilan Allah subhanahu wata’ala. .
4. Tentang
Ilmu yang didapatkan untuk apa digunakan.
Salah satu Ilmu
yang kita dapatkan adalah untuk meningkatkan Iman kita. Termasuk kita
menghadiri Majlis-Ilmu adalah untuk meningkatkan ke-Imanan kita agar kita
semakin dekat dengan Allah subhanahu
wata’ala.
Ilmu didapat bukan
untuk memecah-belah umat, tetapi Ilmu
diperoleh untuk menyatukan umat.
Dalam Hadits shahih riwayat Imam Muslim,
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Ada
tiga kelompok orang yang menuntut Ilmu yang akan dimasukkan ke dalam Neraka, pertama
para penuntut Ilmu yang selalu mempertentangkan para ulama, kedua para penuntut ilmu yang membuat
keresahan masyarakat dalam memahami perbedaan pengertian dan ketiga para
penuntut ilmu yang selalu merebut hati antara anggota Jamaah.
Demikianlah empat
hal persiapan kita untuk menghadiri Pengadilan Allah subhanahu wata’ala kelak di Hari Kiamat, ialah dengan cara :
1. Kita berpegang teguh dalam memegang
Syari’at Allah subhanahu wata’ala,
meskipun orang mentertawakan dan menghina kita.
2.
Kita terus meningkatkan ke-Imanan kita
sampai kepada kematian, tidak syirik.
Insya Allah kita
termasuk orang-orang yang diselamatkan oleh Allah subhanahu wata’ala.
Tanya-Jawab.
Pertanyaan:
Apakah karena
ketidak-tahuannya, karena kebodohannya (kejahilannya) maka seseorang ketika di
adili di hadapan Pengadilan Allah subhanahu
wata’ala akhirnya ia masuk neraka ?
Jawaban
:
Karena Allah subhanahu wata’ala telah memberikan akal
kepada kita, tidak lain adalah untuk bisa belajar dan memahami Ilmu agama,
dimana ada perintah dan larangan, ada rambu-rambunya, dst. maka kelak di
Pengadilan Allah subhnahu wata’ala
tidak ada alasan bahwa tidak tahu atau tidak mengerti.
Sekian bahasan
mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA
WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
______________
No comments:
Post a Comment