Translate

Thursday, May 17, 2018

Persiapan Menghadiri Pengadilan Allah Swt., Oleh : Ustadz Rosihan Anwar, MA.


PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSLAM

   

                          
                   Jum’at, 11 Sya’ban 1439H – 27 April 2018.


Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala,
Thema bahasan berikut adalah Mempersiapkan Diri Menghadiri Pengadilan Allah subhanahu wata’ala, yang oleh para Ulama dikatakan sangat berat.  Pengadilan yang sering kita saksikan di dunia, terdiri dari Hakim, Yang tergugat dan yang menggugat dan yang menghadiri adalah para kolega-koleganya. Siapa yang mengenal dengan yang tergugat dan yang menggugat,  maka dia-lah yang menghadiri.  Bagi yang tidak kenal, maka tidak akan menghadiri dan masa-bodoh.

Dalam Pengadilan di dunia, yang kalah dan tehukum, belum tentu ia bersalah. Yang menang dalam Pengadilan dunia belum tentu ia yang benar. Karena manusia kadang pandai bersilat-lidah. Tergantung siapa yang mendampinginya, kalau yang mendampingi orang kuat, maka ia bisa menang. Sebaliknya bila yang mendampinginya adalah oarng yang tidak kuat secara intelektual, secara pemahaman hukum,  maka bisa jadi ia akan kalah dan menjadi terhukum.

Bagaimana dengan Pengadilan Allah subhanahu wata’ala di Aklhirat?
Dalam Pengadilan Allah subhanahu wata’ala tidak ada yang tergugat (digugat) dan bukan hanya orang-orang terbatas saja yang menghadiri, tetapi semua manusia akan menghadiri Pengadilan Allah subhanahu wata’ala.
Baik yang muslim maupun non muslim, Yahudi atau Nashara, semua akan hadir di Pengadilan Allah subhanahu wata’ala. Semua manusia akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Pengadilan Allah subhanahu wata’ala.

Dalam sebuah Hadits Shahih, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan tentang empat hal berkaitan dengan  persiapan, sebelum itu kita pahami tentang hiruk-pikuknya zaman. Bahwa akan datang sebuah zaman dimana :

Manusia yang tetap berpegang-teguh dengan agamanya.
Rasulullah saw. memberikan perumpamaan, di zaman itu orang yang berpegang-teguh pada agamanya, ia seperti orang yang memegang bara-api.
Itulah persiapan kita, bahwa kita selalu berpegang-teguh dengan Syari’at Allah subhanahu wata’ala, tidak boleh kita lepas sampai kapan-pun.

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQur’an Surat Ali Imran ayat 102 :

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوۡتُنَّ اِلَّا وَاَنۡـتُمۡ مُّسۡلِمُوۡنَ‏ ﴿۱۰۲﴾  
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

Berpegang dengan teguhnya Syariat (Agama) Allah subhanahu wata’ala sampai ajal-kematiannya. Bila kita berpegang-teguh Syariat Allah, lalu orang mentertawakannya, maka itu biasa. Karena yang demikian merupakan persiapan kita untuk menghadiri Pengadilan Allah subhanahu wata’ala kelak di Padang Mahsyar.

Syariat Allah subhanahu wata’ala memberikan sebuah manfaat dan maslahat kepada kita, diri dan keluarga kita. Tidak ada Syariat Allah yang tidak bermanfaat bagi hamba-Nya. Hukum (Syariat) Allah semuanya untuk manusia. Maka Allah subhanahu wata’ala menyatakan : “Ini jalan-Ku, maka ikutilah jalan-Ku”.  Sementara itu banyak manusia tidak mau mengikuti Jalan Allah tersebut, tetapi bahkan banyak  yang mengikuti jalan manusia, yang berliku-liku.

Dalam Hadits yang masyhur riwayat Imam Thurmudzy dan Imam Ibnu Hiban, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang empat hal yang kelak akan dimintakan pertanggungjawaban di Pengadilan Allah subhanahu wata’ala adalah : 

1. Umur kita dihabiskan untuk apa.

Bisa kita lihat ke belakang, tentang rekam-jejak dan interaksi hidup kita  antar manusia lalu dibandingkan dengan interaksi kita dengan Allah subhanahu wata’ala. Manakah yang lebih lama interaksi kita dengan manusia dibandingkan interaksi kita dengan Allah subhanahu wata’ala. Pasti lebih lama kita ber-interaksi sesama manusia.

Sholat Fardhu yang lima-waktu, paling lama 5 – 10  menit. Selebihnya kita lebih senang dengan kegiatan-kegiatan duniawi. Waktu Dhuha-pun kita lebih senang mempergunakan untuk kegiatan  yang lain. Demikian seterusnya. Kita lebih  banyak ber-interaksi dalam soal-soal keduniawian.

Bagaimana potret-kehidupan para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’uttabi’in, serta  para Ulama, bisa kita baca dan pelajari dalam Kitab-Kitab Hadits, Kitab Sejarah Islam. Misalnya dalam Hadits, Mu’az bin Jabal pernah bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam : “Ya Rasulullah, ajarkan kepada kami amalan yang bisa memasukkan kami ke dalam Surga”.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ya Mu’az, engkau menanyakan sesuatu yang sangat besar  Tetapi sebetulnya mudah, apabila dikehendaki Allah, maka semua menjadi mudah. Wahai Mu’az engkau beribadah kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya”.

Ternyata amalan tersebut merupakan persiapan kita manusia untuk menghadiri Pengadilan Allah subhanahu wata’ala. Dalam masyarakat kita banyak orang yang beribadah secara luar biasa, tetapi juga luar-biasa cara menyekutukan Allah subhanahu wata’ala.  Maka Ulama besar Ibnu Qoyyim Al Jauziyah mengatakan dalam kitabnya : Orang yang selalu sholat berjamaah selalu dengan cara Masbuk (telat datang) di sholat jamaah, maka ia sudah “menduakan” (Syirk) kepada Allah subhanahu wata’ala. Orang yang selalu telat dalam ikut sholat berjamaah, maka ia sudah lalai dalam sholatnya. 

Kelak di Hari Kiamat Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam akan memberikan Syafaat kepada siapa saja yang tidak pernah menyekutukan Allah subhanahu wata’ala.

Dalam Hadits tersebut, selanjutnya Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Selanjutnya engkau mendirikan sholat, menunaikan zakat, menunaikan shaum (puasa) di bulan Romadhon, dan menunaikan Haji ke Baitullah.
(Yang merupakan Rukun Islam).

Ingat, dalam masyarakat kita banyak orang yang beribadah Haji atau Umrah tetapi dengan Riya (pamer, ingin dipuji orang). Misalnya, ketika hendak  berangkat Ibadah Haji, diadakan upacara menyalakan petasan, dll. Semuanya itu adalah bentuk Riya. Dan Riya adalah termasuk Syirik.   Padahal yang benar : Ibadah Haji dan Umrah harus dengan niat Lillahi Ta’ala (Niat karena Allah semata).

2. Masa Muda dipergunakan untuk apa.

Itu yang akan dipertanyakan ketika kita dihadapan Pengadilan Allah subhanahu  wata’ala. Apakah masa muda kita hanya untuk bersenang-senang sehingga melalaikan beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala?.

Sementara itu bila kita perhatikan orang-orang tua kita terlalu memberikan fasilitas yang terbaik, sehingga anak-anak melalaikan usia muda mereka.
Anak-anak SD - SMP - SMA semua memegang HP (Hand Phone), dimana HP sngat besar pengaruhnya terhadap pendidikan anak-anak kita.  Anak-anak kita selalu sibuk dengan HP, tidak pernah lagi membaca AlQur’an, tidak sholat, dst.

Bandingkan dengan zaman dahulu para orang tua sangat ketat dalam mendidik anak, misalnya ketika masih anak-anak, Imam Syafi’i selalu diajarkan oleh ibundanya membaca AlQur’an setiap hari, setiap malam. Sehingga usia 4 tahun Imam Syafi’i telah bisa hafal AlQur’an 10 Juz. Dan ketika usia 6 – 10 tahun sudah hafal AlQur’an 30 Juz.  Selanjutnya mereka belajar agama dengan para Ulama di Mekkah, di Madinah, dst. Kita lihat Imam Malik di usia muda sudah bisa menyusun Kitab Al Muwatho’.    

Sementara itu anak-anak kita bagaimana ?  Sudah bisa apa ? Inilah Masa Muda yang akan dipertanyakan kelak di Pengadilan Allah subhanahu wata’ala.
Maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada kita (orangtua) untuk mengajarkan sholat sejak usia 7 tahun. Bila sampai usia 10 tahun tidak mau sholat, maka boleh dipukul.

Bila sejak anak-anak orangtuanya tidak pernah mendidik beribadah, maka kelak di Pengadilan Allah, anak-anak itu akan menuntut kepada orangtuanya. Karena justru banyak orangtua yang menghancurkan pendidikan anak-anaknya.

3. Tentang harta kita, darimana didapat dan bagaimana mengeluarkannya.

Allah subhanahu wata’ala mempertanyakan harta kita, bukan berapa banyaknya, tetapi dari mana diperolehnya (dengan cara apa), dan dipergunakan untuk apa. Yang dipertanyakan adalah ke-Halal-an cara memperoleh harta dan kebenaran cara menggunakannya. Apakah dijalan yang bermanfaat atau di jalan maksiat.
Itulah salah satu faktor yang menyelamatkan kita di hadapan Pengadilan Allah subhanahu wata’ala. .

4. Tentang Ilmu yang didapatkan untuk apa digunakan.

Salah satu Ilmu yang kita dapatkan adalah untuk meningkatkan Iman kita. Termasuk kita menghadiri Majlis-Ilmu adalah untuk meningkatkan ke-Imanan kita agar kita semakin dekat dengan Allah subhanahu wata’ala.

Ilmu didapat bukan untuk memecah-belah umat,  tetapi Ilmu diperoleh untuk menyatukan umat. 

Dalam Hadits shahih riwayat Imam Muslim, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :  Ada tiga kelompok orang yang menuntut Ilmu yang akan dimasukkan ke dalam Neraka, pertama para penuntut Ilmu yang selalu mempertentangkan para ulama,  kedua para penuntut ilmu yang membuat keresahan masyarakat dalam memahami perbedaan pengertian dan ketiga para penuntut ilmu yang selalu merebut hati antara anggota Jamaah. 

Demikianlah empat hal persiapan kita untuk menghadiri Pengadilan Allah subhanahu wata’ala kelak di Hari Kiamat, ialah dengan cara :
1.  Kita berpegang teguh dalam memegang Syari’at Allah subhanahu wata’ala, meskipun orang mentertawakan dan menghina kita.
2.     Kita terus meningkatkan ke-Imanan kita sampai kepada kematian, tidak syirik. 

Insya Allah kita termasuk orang-orang yang diselamatkan oleh Allah subhanahu wata’ala.


Tanya-Jawab.

Pertanyaan:
Apakah karena ketidak-tahuannya, karena kebodohannya (kejahilannya) maka seseorang ketika di adili di hadapan Pengadilan Allah subhanahu wata’ala akhirnya ia masuk neraka ? 

Jawaban :
Karena Allah subhanahu wata’ala telah memberikan akal kepada kita, tidak lain adalah untuk bisa belajar dan memahami Ilmu agama, dimana ada perintah dan larangan, ada rambu-rambunya, dst. maka kelak di Pengadilan Allah subhnahu wata’ala tidak ada alasan bahwa tidak tahu atau tidak mengerti.

Sekian bahasan mudah-mudahan bermanfaat.

SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                        ______________

No comments:

Post a Comment