Translate

Thursday, August 23, 2018

Kiat Orang Tua Menghadapi Generasi Milenium, Oleh : Ustadz Bendri Jaysurrahman


 PENGAJIAN DHUHA MASJID BAITUSSALAM

   


 Jum’at,  14 Dzulqo’dah 1439H – 27 Juli 2018



Assalamu’alaikum wr.wb.,

Muslimin dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala, 
Bahasan berikut adalah tentang bagaimana pendidikan anak menurut Islam (Tarbiyatul Auladul Islam), thema kali ini adalah bagaimana orangtua mendidik anak yang tangguh di Era Milenium. Thema yang saat ini Up to date dengan kondisi orangtua di zaman sekarang.  Sebab zaman sudah berubah dan ini harus kita sikapi juga dengan memahami tantangannya.

Sebagian kita mungkin masih ber-paradigma : Mengapa harus belajar Ilmu Parenting padahal dahulu orangtua kita mendidik kita masih dengan “main pukul” kepada anak. Nyatanya kita masih bisa menjadi orang hebat.  Kita lupa bahwa setiap zaman punya tantangan masing-masing dan kita tahu orangtua kita zaman dahului meskipun galak (kasar) Alhamdulillah tantangannya tidak sedahsyat seperti sekarang.

Zaman dulu (zaman kita masih anak-anak) anak-anak tidak bisa mencari hiburan lain, lebih banyak di rumah masing-masing, hiburannya paling-paling TVRI, tidak ada Chanel lain, bahkan sebagian besar menontonnya di Kelurahan, karena orangtua kita belum punya Televisi.  Zaman dulu anak untuk keluar rumah malam-malam juga harus berpikir dua-tiga kali, ketika itu belum ada Mall, belum ada PS, belum ada Gadget, dst. seperti sekarang.  Ketika itu jalan-jalan masih gelap, tidak ada lampu. Jalan di sekitar rumah masih gelap, banyak kebon, sawah, dsb.
Maka meskipun anak dimarah dan dibentak oleh orangtuanya, si anak tidak mau keluar rumah.  Sebab untuk keluar umah takut, malam gelap, anak takut dengan gelapnya malam.

Tetapi sekarang semua itu sudah berubah, anak-anak sekarang punya banyak alternatif, bila ia merasa orangtuanya “bikin sebel”, maka anak akan keluar rumah mencari hiburan di luar rumah, atau main Gadget dan itu bisa berlama-lama. Bila orangtuanya marah-marah,  maka itu menjadikan anak semakin betah di luar. Bahkan bisa-bisa orangtua yang marah-marah, orangtua pula yang meminta maaf kepada anak. Karena zaman sudah berubah.

Maka kita orangtua harus cerdas, harus tahu apa yang terjadi dengan anak-anak kita. Karena anak-anak kita sekarang hidup dizaman Milenium, generasi Internet, dan masih banyak lagi istilah yang membuat kita orangtua harus paham bahwa yang membedakan anak zaman sekarang dengan kita orangtuanya, mereka anak kita sudah mengenal Internet bahkan sejak kecil. Mereka anak-anak kita lahir bersamaan dengan munculnya Internet.  Sebagian para ahli menyebutnya generasi Milenium lahir sesudah tahun 1990-an sampai sekarang (2018).

Yang membedakan adalah banyak orangtua tidak bijak tanpa sadar menggunakan tehnologi Internet dijadikan alat untuk mendiamkan, menenangkan anak yang rewel, menangis.  Kalau zaman dulu ada anak menangis, rewel, maka si ibu atau bapaknya langsung menjadikan dirinya menggendong atau mendekapnya, atau menimang-nimang si anak yang sedang rewel.   Tetapi sekarang banyak orangtua melihat ada anaknya nangis langsung diberi HP, Gadget, atau disodori layar HP untuk melihat Film Upin-Ipin, atau melihat layar TV melihat Film karton. Anak menjadi tenang, tidak menangis lagi, lalu orangtua itu bersyukur, Alhamdulillah.

Itulah yang membedakan anak zaman sekarang dengan anak zaman dulu, dimana anak zaman dulu sangat erat ikatan bathin-nya dengan ayah-ibunya. Karena ketika anak nangis, maka ayah-ibunya yang menenangkan.  Sementara anak sekarang hanya punya ikatan bathin dengan HP, Gadget, layar TV, Film Karton, dst. Karena yang menenangkan adalah HP, Gadget, Film Karton dst.  Maka si anak ketika mendapat kegalauan hati, ia akan lari ke HP, Gadget, Film Karton, atau PS (Playstation). Dalam jiwanya berkata : Jika aku sedih, maka Upin-Ipin teman setiaku.

Maka jangan heran dengan kebanyakan anak sekarang,  ketika anak itu tumbuh menjadi ABG bila hatinya galau, ia akan Curhat di Facebook, bukan kepada orangtuanya (Ibu-bapaknya).
Lalu orangtuanya kebingungan ketika diketahui anaknya sudah dua minggu tidak sekolah, lalu bertanya kepada anaknya : “Kenapa kamu tidak bilang kalau sudah dua minggu kamu tidak sekolah ?. Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu sudah punya pacar ?”. Dst, dst. Orangtuanya baru tahu, karena secara kebetulan melihat Akun-FB anaknya.

Dan itu semua terjadi karena kita (orangtua) tidak bijak terhadap anak-anak kita. Di masa-masa awal anak kita membutuhkan Human Interaktion dengan orangtuanya, dimana Allah berfirman dalam AlQur’an Surat An Nahl ayat 78 :


وَاللّٰهُ اَخۡرَجَكُمۡ مِّنۡۢ بُطُوۡنِ اُمَّهٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَ شَيۡـــًٔا ۙ وَّ جَعَلَ لَـكُمُ السَّمۡعَ وَالۡاَبۡصٰرَ وَالۡاَفۡـِٕدَةَ‌ ۙ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُوۡنَ‏ ﴿۷۸﴾  

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (78)
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (78)

Surat As Sajadah ayat 9 :

ثُمَّ سَوّٰٮهُ وَنَفَخَ فِيۡهِ مِنۡ رُّوۡحِهٖ‌ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمۡعَ وَالۡاَبۡصَارَ وَالۡاَفۡـــِٕدَةَ ؕ قَلِيۡلًا مَّا تَشۡكُرُوۡنَ‏ ﴿۹﴾  


Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Maksudnya, bahwa Allah subhanahu wata’ala menciptakan yang pertama kali bagi anak-bayi yang baru lahir adalah alat pancaindera, pendengaran, penglihat-an dan hati.

Maka pesan Allah subhanahu wata’ala kepada kita dan para orangtua : Siapa yang waktu kecilnya sering di dengar suaranya oleh anak, siapa yang waktu kecilnya anak, sering  dilihat wajahnya oleh anak, itulah yang kelak akan mengikat hati si anak.

Bagaimana bila sejak kecil yang sering di dengar dan dilihat oleh anak adalah Gadget, suara HP, Suara Upin-Ipin, Film Karton, dst, ?. Maka yang terjadi : Anak tidak akan punya ikatan-hati dengan orangtuanya.

Oleh karena itu, diingatkan kepada setiap orang tua : Memberikan HP, Gadget kepada anak-anak usia Balita hukumnya  Haram.

Anak usia 0 – 2 tahun, bila ia menangis, rewel, maka orangtuanya yang Wajib menenangkan. Hiburlah anak-anak dengan kata-kata : “Nak, bila engkau kelak  sedih, ayah-bundamu yang akan menghiburnya. Ayah dan bunda yang akan mendampingimu.  Bukan HP, Gadget, atau sejenisnya”. 

Anak seusia  0 – 5 tahun hendaknya dibiasakan yang mengajak bicara adalah ibu dan ayahnya. Karena pendengaran dan penglihatan anak seusia itu sedang membutuhkan suara ibu dan ayahnya. Bukan suara HP, Gadget, atau sejenisnya.

Dalam Hadits shahih, Rasulullah saw ketika bericara dengan anak bayi (cucu beliau) beliau dekat sekali, muka dengan muka, wajah dengan wajah (Face to Face). Bahkan sering  beliau menjulurkan lidah beliau di depan wajah cucunya yang masih kecil. Lalu cucunya ingin menggigit lidah Rasulullah saw yang kemerahan sambil tertawa-tawa. . Dan ketika beradu muka dengan muka, beliau mengajarkan supaya anak men-scane wajah siapa pengasuhnya. Agar sampai menjadi dewasa bayangan wajah itu selalu menempel di otaknya.  Maka dianjurkan ketika anda berbicara dengan anak-bayi agar beradu muka dengan muka. 

Menurut hasil riset para ahli jiwa anak, bayi dibawah 6 bulan jarak pandang anak-bayi hanya 30 cm. Maka Rasulullah saw mengajarkan sebagaimana disebutkan  di atas, dampaknya : Anak punya kecenderungan dependent (ketergantungan). Sedikit-sedikit harus mamanya atau papanya.  Baru selesai dimandikan, yang harus masang bajunya harus mama atau papa. Makan dan minum harus disuap oleh mamanya (ibunya). Itulah yang benar.  Karena pada usia 0 – 2 tahun anak wajib dependent (tegantung) dengan ibu-bapaknya.

Maka jangan bangga kalau anak kecil sudah bisa “mandiri” , bangun   tidur bisa bikin susu sendiri, bikin kopi sendiri, dst. Itu salah. Bahkan ada anak usia SD minta kost dekat sekolahannya.  Demikian itu tidak benar. Yang benar adalah : Anak harus selalu dekat dengan orangtuanya. Orang tua harus bangga bila pulang sekolah si anak bertanya karen melihat wajah ibunya sedang sedih : Kenapa ibu sedih, ada apa ? Apa salah saya, ya ? Aku salah apa, Bu?. Itulah anak yang peka terhadap ibu-bapaknya. Karena ia merasa dekat dengan ibu-bapaknya. 

Berbeda dengan anak sekarang yang tidak peka perasaannya. Pulang sekolah melihat ibunya sedang menangis, justru berkata : “Ibu cengeng amat, begitu saja menangis!:. Itu disebabkan rusaknya ikatan antara anak dan orangtuanya.  karena orangtua yang tidak bijak mendidik anak. Karena anak hanya diasuh oleh HP, Gadget, PS, dst.
Demikianlah yang terjadi karena orangtua tidak mau repot.
Silakan pilih.
Ketahuilah Bapak-Ibu, bahwa repot itu adalah ke-niscayaan karena kita punya anak. Tinggal pilih:  repot ketika anak masih kecil-kecil tetapi di hari tua kita hidup tenang (ongkang-ongkang kaki) atau silakan ongkang-ongkang kaki ketika anak-anak masih kecil tetapi di hari tua kita repot. Malam-malam ditelepon : Anak bapak di tahan di polisi, anak bapak kena Narkoba, dst. Alangkah repotnya di hari tua kita.

Maka bila bapak-ibu saat ini punya anak kecil, repot, itu biasa, dan itu Wajib. Itulah konsekuensinya menjadi orangtua. Ingat dalam AlQur’an dikisahkan betapa repot-nya Siti Hajar direpotkan oleh bayinya (Ismail), di padang pasir dan bebatuan yang tandus, tidak ada sumber air. Ketika si bayi Ismail menangis, kehausan,  maka Siti Hajar langsung mencari-cari air, dengan susah-payah, berlari-lari antara bukit Sofa dan Marwa bolak-balik sampai tujuh kali, tetapi tidak mendapatkan air setetespun. Betapa repotnya. Ia bingung, tetapi tiba-tiba ia melihat dari jauh di sela-sela kaki bayi Ismail keluar air mengalir. Yang sekarang disebut Air Zamzam (Sumur Zamzam).

Allah Maha Tahu, dengan menunjukkan bahwa anak tahu atas kerepotan ibunya, maka di sela-sela  kaki Ismail keluar air. Seolah Ismail tahu dengan kerepotan ibunya, menjadikan ia sadar bahwa anak tidak boleh durhaka kepada orangtua. Karena orang tua sudah direpotkan anaknya sejak kecil.

Maka Allah subhanahu wata’ala dalamAlQur’an memerintahkan kepada kita untuk tidak durhaka kepada kedua orangtua, karena ibunya telah bersusah-payah mengandung dan mendidiknya sejak kecil. Lihat Surat Luqman ayat 14 : 
سُوۡرَةُ لقمَان

وَوَصَّيۡنَا الۡاِنۡسٰنَ بِوَالِدَيۡهِ‌ۚ حَمَلَتۡهُ اُمُّهٗ وَهۡنًا عَلٰى وَهۡنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِىۡ عَامَيۡنِ اَنِ اشۡكُرۡ لِىۡ وَلِـوَالِدَيۡكَؕ اِلَىَّ الۡمَصِيۡرُ‏ ﴿۱۴﴾  

Dan Kami(Allah) perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Atas dasar ayat tersebut, maka kalau orangtua sejak  anaknya masih kecil, tidak mau repot, maka anak-pun merasa tidak diperhatikan. Itulah “kata kuncinya”.
HP, Gadget, dst, itu dipakai menenangkan anak karena orangtuanya yang tidak mau repot. Sebaliknya bila orang tua “mau repot” sejak anaknya masih kecil, maka orangtua akan merasakan hasilya (nikmat) di hari tua.

Selanjutnya perlu diketahui, bahwa Anak-anak Generasi Milenium punya beberapa ciri dan dengan ciri tersebut kita orangtua bisa menyikapi mereka  dengan benar.

1.  Anak zaman sekarang (Generasi Milenium) fasih tehnologi. Tidak zamannya sekarang main  “block” , supaya anak tidak menonton film porno, rumah diprotek, tidak ada TV, tidak punya Gadget, dst.  Anak zaman sekarang lebih pandai, lebih fasih tehnologi.  HP-nya lebih canggih, bisa untuk bermacam-macam keperluan.  Sementara kita orangtua punya  HP paling-paling untuk W.A, saja. Anak sekarang lebih pandai memainkan HP, apalagi ada Youtube, Wi-Fi, dsb. Kita orangtua tertinggal jauh. Anak-anak zaman sekarang sudah terbiasa Online sekitar pukul 02 – 04 pagi 
2.   Pencarian yang lebih sering yang mereka cari di Browser adalah : Kalimat cara menghapus History dari Browser.   Lalu pagi-pagi orangtuanya memeriksa, jangan-jangan anaknya malam-malam meng-akses film porno, dilihat HP- anaknya, ternyata tidak ada film pornonya, Alhamdulillah.  Padahal film pornonya sudah dilihat di kamarnya semalaman dan sudah dihapus lewat Browser.
3.  Anak zaman sekarang punya jaringan Sosial Media (Sosmed). Walaupun ada batasan umur, tetap tidak bisa dibatasi. Dan yang berbahaya pada Gadget bukan Game-nya melainkan Sosmed-nya.  Karena Riset membuktikan : Setiap posting-an yang dilontarkan ke Sosial Media dan setiap adanya Lifecoment bahkan adanya jumlah Folower akan membeikan efek bertambahnya Dopamin atau Endorfin yang keluar dari tubuh seseorang seperti saat menghisap ganja. Sehingga efeknya, ketika seseorang mempunyai Sosmed lalu ia ada yang coment (komentar) ada yang bertambah follower-nya, maka ia merasakan nikmat (men-candu) seperti orang menghisap ganja. Karena rasa sensasi-nya keluar, namanya Dopamin dan Endorfin.  Dan kalau anak sudah punya jaringan Sosmed, dan tidak dikontrol, maka:  Pertama, otak mereka mengalami Steer by notife (dikendalikan oleh notification). Akibatnya pikiran mereka tidak bisa focus. Diajak bicara perhatian mereka tidak focus, perhatiannya hanya kepada HP dan Gadget-nya. Begitulah bila anak (orang) sudah dikendalikan oleh Notif.
Kedua, multi tasking. Karena meraka (anak-anak) harus mencoba eksis di dunia-maya kepada eksis dunia-nyata. Mereka berupaya untuk terus-menerus, sampai-sampai ketika selesai sholat lalu berdzikir, bedzikirnya sambil memegang HP membalas WA dari Grup-nya. Itulah multi tasking.
4.  Maka pola anak sekarang tidak bisa dibodohi oleh orangtuanya, mereka bisa mencari sendiri jawaban pertanyaan yang ada dalam hatinya.  Mereka tidak bisa dibodohi dengan jawaban orangtuanya yang sengaja membodohkan anaknya, dengan jawaban sekenanya. Tidak bisa demikian. Jawaban sekenanya itu bisa menyesatkan pikiran si anak. Lebih baik dijawab apa sebenarnya, sambil diluruskan.
5.  Anak sekarang maunya serba-instan (serba-cepat, terima-jadi). Akibat dari banyak informasi yang masuk.  Paradigma sekarang : Main cepat, cepat selesai, dst. Padahal yang serba cepat belum tentu baik.  Orang yang menunut ilmu (Kuliah) seharusnya 4 atau 5 tahun selesai, tetapi percepat menjadi 1 atau 2 tahun, maka hasilnya tidak memuaskan bahkan buruk. Sementara Ilmu yang dipelajari dengan berulang-ulang, dengan waktu yang lama, maka ilmu akan meresap dalam diri seseorang itu lebih baik.
6.     Dampaknya  anak sekarang (Generasi Milenium) : Mereka punya sifat A-sosial, tidak peka terhadap lingkungan, maka wajar bila anak sekarang sering tidak punya teman. Walaupun ia rajin dengan HP-nya atau Gadget-nya. Bahkan dengan tetangga sebelah rumah saja tidak akrab. Bahkan ketika berkerumun dengan teman-temannya, mereka tidak saling berbincang (ngobrol), tetapi mereka masing-masing asyik dengan HP - ya (Gadget-nya).
7.  Terburu-buru dan tidak teliti. Berita Hoax muncul di zaman sekarang. Dalam Hadits Shahih riwayat Ibnu Majah, sudah diberitakan oleh Rasulullah saw bersabda : “Akan terjadi kepada manusia  masa-masa penuh kebohongan (berita bohong, Hoax), karena manusia tidak mampu memilih berita”. Maksudnya, manusia tidak bisa memilih informasi.  Terima informasi langsung di-share kepada teman-temannya, dst.  Tidak dicek dulu apakah berita itu benar atau berita bohong.
8. Sebaiknya, ketika kita mendengar berita, hendaknya ber-Tawakuf (berhenti sejenak), renungkan, pikirkan sebentar, benarkah berita tersebut, apakah bermanfaat untuk di-share kepada orang lain, dsb. Apakah yakin sumber berita benar, walaupun mengatas-namakan Islam.
9. Dampak dari Era Milenium, anak-anak tidak tangguh, mudah putus asa. Menghadapi masalah sedikit saja, sudah ngambek, putus asa, cengeng. Karena anak-anak dimanjakan Gadget. Sebagaimana dinyatakan oleh Dr. Gregory Slighton, dalam seminarnya di Singapore baru-baru ini, menyatakan : Gadget punya Sosmed dimana orang-orang yang punya Gadget menjadikan dirinya seperti Raja, karena punya “tombol” yang bisa menentukan nasib orang. Nama tombolmya Block : Un-Folow, Un-Friend, Leftgroup, Delate-contact. Misalnya, masuk grup WA, isi postingan dari teman-teman bikin sebal, tidak suka, langsung di-Block. Atau ketika ada postingan yang menyakiti hatinya, langsung di Blok Unfriend. Karakter demikian muncul di zaman Milenium .  Maka dalam kehidupan nyata sehari-hari kalau punya masalah langsung di Left, atau di Block Unfriend. Maka jangan heran bila anak-anak sekarang dimasukkan ke sebuah sekolah, baru satu minggu minta pindah-sekolah, hanya karena tidak suka melihat postur gurunya. Demikian pula di tempat kerja, sering berpindah-pindah kerja, dst. Banyak kawin-cerai di kalangan pasangan muda, karena putus-asa, tidak bisa menyelesaikan persoalan rumah-tangga, hubungan suami-isteri, dst.
10.Tehno Junkised (Ketergantungan dengan Gadget).  Anak zaman sekarang sangat tergantung pada Gadget-nya (HP-nya).  Bangun tidur bukan cuci muka, gosok gigi, tetapi yang dicari HP  atau Gadget, bikin status. Bagi mereka kehilangan HP lebih sedih dibanding kehilangan adiknya.
11.Konsumtif.  Karena dunia Gadget dengan Sosmed-nya membuat  anak-anak bergaya konsumtif. Mereka ingin sebagaimana yang mereka lihat di Sosmed, makan serba enak seperti yang mereka lihat di Gadget dan Sosmednya.
12. Ikut-ikutan dan mudah dipengaruhi.  Saat ini anak-anak remaja kita mudah sekali terjebak dalam dunai Gadget dan Sosmed, karena lemahnya ikatan hati dengan orangtuanya, mereka sangat mudah dipengaruhi.
13.Solusinya, (salah satunya) adalah : Perkuat hubungan antara anak dan orangtua.   Hindarkan anak dari (pengaruh) HP dan Gadget.

Sekian bahasan, mudah-mudahan  bermanfaat.

SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUYBU ILAIK.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
                                                        _______________

No comments:

Post a Comment