PENGAJIAN DHUHA
MASJID BAITUSSALAM
Jum’at, 14
Dzulqo’dah 1439H – 27 Juli 2018
Assalamu’alaikum
wr.wb.,
Muslimin
dan muslimah yang dirahmati Allah subhanahu
wata’ala,
Bahasan berikut adalah tentang bagaimana
pendidikan anak menurut Islam (Tarbiyatul
Auladul Islam), thema kali ini adalah bagaimana orangtua mendidik anak yang
tangguh di Era Milenium. Thema yang saat ini Up to date dengan kondisi orangtua di zaman sekarang. Sebab zaman sudah berubah dan ini harus kita
sikapi juga dengan memahami tantangannya.
Sebagian kita mungkin masih
ber-paradigma : Mengapa harus belajar Ilmu Parenting padahal dahulu orangtua
kita mendidik kita masih dengan “main pukul” kepada anak. Nyatanya kita masih
bisa menjadi orang hebat. Kita lupa
bahwa setiap zaman punya tantangan masing-masing dan kita tahu orangtua kita
zaman dahului meskipun galak (kasar) Alhamdulillah
tantangannya tidak sedahsyat seperti sekarang.
Zaman dulu (zaman kita masih anak-anak)
anak-anak tidak bisa mencari hiburan lain, lebih banyak di rumah masing-masing,
hiburannya paling-paling TVRI, tidak ada Chanel lain, bahkan sebagian besar
menontonnya di Kelurahan, karena orangtua kita belum punya Televisi. Zaman dulu anak untuk keluar rumah malam-malam
juga harus berpikir dua-tiga kali, ketika itu belum ada Mall, belum ada PS,
belum ada Gadget, dst. seperti sekarang.
Ketika itu jalan-jalan masih gelap, tidak ada lampu. Jalan di sekitar
rumah masih gelap, banyak kebon, sawah, dsb.
Maka meskipun anak dimarah dan dibentak
oleh orangtuanya, si anak tidak mau keluar rumah. Sebab untuk keluar umah takut, malam gelap,
anak takut dengan gelapnya malam.
Tetapi sekarang semua itu sudah berubah,
anak-anak sekarang punya banyak alternatif, bila ia merasa orangtuanya “bikin
sebel”, maka anak akan keluar rumah mencari hiburan di luar rumah, atau main
Gadget dan itu bisa berlama-lama. Bila orangtuanya marah-marah, maka itu menjadikan anak semakin betah di
luar. Bahkan bisa-bisa orangtua yang marah-marah, orangtua pula yang meminta
maaf kepada anak. Karena zaman sudah berubah.
Maka kita orangtua harus cerdas, harus
tahu apa yang terjadi dengan anak-anak kita. Karena anak-anak kita sekarang
hidup dizaman Milenium, generasi Internet, dan masih banyak lagi istilah
yang membuat kita orangtua harus paham bahwa yang membedakan anak zaman
sekarang dengan kita orangtuanya, mereka anak kita sudah mengenal Internet
bahkan sejak kecil. Mereka anak-anak kita lahir bersamaan dengan munculnya
Internet. Sebagian para ahli menyebutnya
generasi Milenium lahir sesudah tahun 1990-an sampai sekarang (2018).
Yang membedakan adalah banyak orangtua
tidak bijak tanpa sadar menggunakan tehnologi Internet dijadikan alat untuk
mendiamkan, menenangkan anak yang rewel, menangis. Kalau zaman dulu ada anak menangis, rewel,
maka si ibu atau bapaknya langsung menjadikan dirinya menggendong atau
mendekapnya, atau menimang-nimang si anak yang sedang rewel. Tetapi sekarang banyak orangtua melihat ada
anaknya nangis langsung diberi HP, Gadget, atau disodori layar HP untuk melihat
Film Upin-Ipin, atau melihat layar TV melihat Film karton. Anak menjadi tenang,
tidak menangis lagi, lalu orangtua itu bersyukur, Alhamdulillah.
Itulah yang membedakan anak zaman
sekarang dengan anak zaman dulu, dimana anak zaman dulu sangat erat ikatan
bathin-nya dengan ayah-ibunya. Karena ketika anak nangis, maka ayah-ibunya yang
menenangkan. Sementara anak sekarang
hanya punya ikatan bathin dengan HP, Gadget, layar TV, Film Karton, dst. Karena
yang menenangkan adalah HP, Gadget, Film Karton dst. Maka si anak ketika mendapat kegalauan hati,
ia akan lari ke HP, Gadget, Film Karton, atau PS (Playstation). Dalam jiwanya
berkata : Jika aku sedih, maka Upin-Ipin
teman setiaku.
Maka jangan heran dengan kebanyakan anak
sekarang, ketika anak itu tumbuh menjadi
ABG bila hatinya galau, ia akan Curhat di Facebook, bukan kepada
orangtuanya (Ibu-bapaknya).
Lalu orangtuanya kebingungan ketika
diketahui anaknya sudah dua minggu tidak sekolah, lalu bertanya kepada anaknya
: “Kenapa kamu tidak bilang kalau sudah
dua minggu kamu tidak sekolah ?. Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu sudah
punya pacar ?”. Dst, dst. Orangtuanya baru tahu, karena secara kebetulan
melihat Akun-FB anaknya.
Dan itu semua terjadi karena kita
(orangtua) tidak bijak terhadap anak-anak kita. Di masa-masa awal anak kita
membutuhkan Human Interaktion dengan orangtuanya, dimana Allah berfirman
dalam AlQur’an Surat An Nahl ayat 78 :
وَاللّٰهُ اَخۡرَجَكُمۡ مِّنۡۢ بُطُوۡنِ اُمَّهٰتِكُمۡ
لَا تَعۡلَمُوۡنَ شَيۡـــًٔا ۙ وَّ جَعَلَ لَـكُمُ السَّمۡعَ وَالۡاَبۡصٰرَ
وَالۡاَفۡـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُوۡنَ ﴿۷۸﴾
Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
(78)
Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
(78)
Surat
As Sajadah ayat 9 :
ثُمَّ سَوّٰٮهُ وَنَفَخَ فِيۡهِ مِنۡ رُّوۡحِهٖ
وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمۡعَ وَالۡاَبۡصَارَ وَالۡاَفۡـــِٕدَةَ ؕ قَلِيۡلًا
مَّا تَشۡكُرُوۡنَ ﴿۹﴾
Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan
bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur.
Maksudnya, bahwa Allah subhanahu wata’ala menciptakan yang
pertama kali bagi anak-bayi yang baru lahir adalah alat pancaindera, pendengaran, penglihat-an dan hati.
Maka pesan Allah subhanahu wata’ala kepada kita dan para orangtua : Siapa yang waktu kecilnya sering di dengar
suaranya oleh anak, siapa yang waktu kecilnya anak, sering dilihat wajahnya oleh anak, itulah yang kelak
akan mengikat hati si anak.
Bagaimana bila sejak kecil yang sering di
dengar dan dilihat oleh anak adalah Gadget, suara HP, Suara Upin-Ipin, Film
Karton, dst, ?. Maka yang terjadi : Anak tidak akan punya ikatan-hati dengan
orangtuanya.
Oleh karena itu, diingatkan kepada setiap
orang tua : Memberikan HP, Gadget kepada anak-anak usia Balita hukumnya Haram.
Anak usia 0 – 2 tahun, bila ia menangis,
rewel, maka orangtuanya yang Wajib
menenangkan. Hiburlah anak-anak dengan kata-kata : “Nak, bila engkau kelak sedih,
ayah-bundamu yang akan menghiburnya. Ayah dan bunda yang akan
mendampingimu. Bukan HP, Gadget, atau
sejenisnya”.
Anak seusia 0 – 5 tahun hendaknya dibiasakan yang
mengajak bicara adalah ibu dan ayahnya. Karena pendengaran dan penglihatan anak
seusia itu sedang membutuhkan suara ibu dan ayahnya. Bukan suara HP, Gadget,
atau sejenisnya.
Dalam Hadits shahih, Rasulullah saw ketika
bericara dengan anak bayi (cucu beliau) beliau dekat sekali, muka dengan muka,
wajah dengan wajah (Face to Face). Bahkan sering beliau menjulurkan lidah beliau di depan
wajah cucunya yang masih kecil. Lalu cucunya ingin menggigit lidah Rasulullah
saw yang kemerahan sambil tertawa-tawa. . Dan ketika beradu muka dengan muka,
beliau mengajarkan supaya anak men-scane wajah siapa pengasuhnya. Agar
sampai menjadi dewasa bayangan wajah itu selalu menempel di otaknya. Maka dianjurkan ketika anda berbicara dengan
anak-bayi agar beradu muka dengan muka.
Menurut hasil riset para ahli jiwa anak,
bayi dibawah 6 bulan jarak pandang anak-bayi hanya 30 cm. Maka Rasulullah saw
mengajarkan sebagaimana disebutkan di
atas, dampaknya : Anak punya kecenderungan dependent (ketergantungan).
Sedikit-sedikit harus mamanya atau papanya.
Baru selesai dimandikan, yang harus masang bajunya harus mama atau papa.
Makan dan minum harus disuap oleh mamanya (ibunya). Itulah yang benar. Karena pada usia 0 – 2 tahun anak wajib dependent (tegantung) dengan
ibu-bapaknya.
Maka jangan bangga kalau anak kecil sudah
bisa “mandiri” , bangun tidur bisa
bikin susu sendiri, bikin kopi sendiri, dst. Itu salah. Bahkan ada anak usia SD
minta kost dekat sekolahannya. Demikian
itu tidak benar. Yang benar adalah : Anak harus selalu dekat dengan
orangtuanya. Orang tua harus bangga bila pulang sekolah si anak bertanya karen
melihat wajah ibunya sedang sedih : Kenapa
ibu sedih, ada apa ? Apa salah saya, ya ? Aku salah apa, Bu?. Itulah anak
yang peka terhadap ibu-bapaknya. Karena ia merasa dekat dengan
ibu-bapaknya.
Berbeda dengan anak sekarang yang tidak
peka perasaannya. Pulang sekolah melihat ibunya sedang menangis, justru berkata
: “Ibu cengeng amat, begitu saja
menangis!:. Itu disebabkan rusaknya ikatan antara anak dan
orangtuanya. karena orangtua yang tidak
bijak mendidik anak. Karena anak hanya diasuh oleh HP, Gadget, PS, dst.
Demikianlah yang terjadi karena orangtua tidak mau repot.
Silakan
pilih.
Ketahuilah Bapak-Ibu, bahwa repot itu
adalah ke-niscayaan karena kita punya anak. Tinggal pilih: repot ketika anak masih kecil-kecil tetapi di
hari tua kita hidup tenang (ongkang-ongkang kaki) atau silakan ongkang-ongkang
kaki ketika anak-anak masih kecil tetapi di hari tua kita repot. Malam-malam
ditelepon : Anak bapak di tahan di polisi,
anak bapak kena Narkoba, dst.
Alangkah repotnya di hari tua kita.
Maka bila bapak-ibu saat ini punya anak
kecil, repot, itu biasa, dan itu Wajib. Itulah konsekuensinya menjadi orangtua.
Ingat dalam AlQur’an dikisahkan betapa repot-nya Siti Hajar direpotkan oleh bayinya (Ismail), di padang pasir dan
bebatuan yang tandus, tidak ada sumber air. Ketika si bayi Ismail menangis,
kehausan, maka Siti Hajar langsung
mencari-cari air, dengan susah-payah, berlari-lari antara bukit Sofa dan Marwa
bolak-balik sampai tujuh kali, tetapi tidak mendapatkan air setetespun. Betapa
repotnya. Ia bingung, tetapi tiba-tiba ia melihat dari jauh di sela-sela kaki
bayi Ismail keluar air mengalir. Yang sekarang disebut Air Zamzam (Sumur Zamzam).
Allah Maha Tahu, dengan menunjukkan bahwa
anak tahu atas kerepotan ibunya, maka di sela-sela kaki Ismail keluar air. Seolah Ismail tahu dengan
kerepotan ibunya, menjadikan ia sadar bahwa anak tidak boleh durhaka kepada
orangtua. Karena orang tua sudah direpotkan anaknya sejak kecil.
Maka Allah subhanahu wata’ala dalamAlQur’an memerintahkan kepada kita untuk
tidak durhaka kepada kedua orangtua, karena ibunya telah bersusah-payah
mengandung dan mendidiknya sejak kecil. Lihat
Surat Luqman ayat 14 :
سُوۡرَةُ لقمَان
وَوَصَّيۡنَا الۡاِنۡسٰنَ بِوَالِدَيۡهِۚ حَمَلَتۡهُ
اُمُّهٗ وَهۡنًا عَلٰى وَهۡنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِىۡ عَامَيۡنِ اَنِ اشۡكُرۡ لِىۡ
وَلِـوَالِدَيۡكَؕ اِلَىَّ الۡمَصِيۡرُ ﴿۱۴﴾
Dan Kami(Allah) perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Atas dasar ayat tersebut, maka kalau
orangtua sejak anaknya masih kecil,
tidak mau repot, maka anak-pun merasa tidak diperhatikan. Itulah “kata
kuncinya”.
HP, Gadget, dst, itu dipakai menenangkan
anak karena orangtuanya yang tidak mau
repot. Sebaliknya bila orang tua “mau repot” sejak anaknya masih kecil,
maka orangtua akan merasakan hasilya (nikmat) di hari tua.
Selanjutnya perlu diketahui, bahwa
Anak-anak Generasi Milenium punya beberapa ciri dan dengan ciri tersebut kita
orangtua bisa menyikapi mereka dengan
benar.
1. Anak zaman
sekarang (Generasi Milenium) fasih tehnologi. Tidak zamannya sekarang main “block” , supaya anak tidak menonton film
porno, rumah diprotek, tidak ada TV, tidak punya Gadget, dst. Anak zaman sekarang lebih pandai, lebih fasih
tehnologi. HP-nya lebih canggih, bisa
untuk bermacam-macam keperluan. Sementara kita orangtua punya HP paling-paling untuk W.A, saja. Anak
sekarang lebih pandai memainkan HP, apalagi ada Youtube, Wi-Fi, dsb. Kita
orangtua tertinggal jauh. Anak-anak zaman sekarang sudah terbiasa Online
sekitar pukul 02 – 04 pagi
2. Pencarian yang
lebih sering yang mereka cari di Browser adalah : Kalimat cara
menghapus History dari Browser. Lalu
pagi-pagi orangtuanya memeriksa, jangan-jangan anaknya malam-malam meng-akses
film porno, dilihat HP- anaknya, ternyata tidak ada film pornonya, Alhamdulillah. Padahal film pornonya sudah dilihat di
kamarnya semalaman dan sudah dihapus lewat Browser.
3. Anak zaman
sekarang punya jaringan Sosial Media (Sosmed). Walaupun ada batasan umur, tetap
tidak bisa dibatasi. Dan yang berbahaya pada Gadget bukan Game-nya melainkan
Sosmed-nya. Karena Riset membuktikan :
Setiap posting-an yang dilontarkan ke Sosial Media dan setiap adanya Lifecoment
bahkan adanya jumlah Folower akan membeikan efek bertambahnya Dopamin
atau Endorfin
yang keluar dari tubuh seseorang seperti saat menghisap ganja. Sehingga
efeknya, ketika seseorang mempunyai Sosmed lalu ia ada yang coment (komentar)
ada yang bertambah follower-nya, maka ia merasakan nikmat (men-candu) seperti
orang menghisap ganja. Karena rasa sensasi-nya keluar, namanya Dopamin
dan Endorfin. Dan kalau anak
sudah punya jaringan Sosmed, dan tidak dikontrol, maka: Pertama,
otak mereka mengalami Steer by notife (dikendalikan oleh
notification). Akibatnya pikiran mereka tidak bisa focus. Diajak bicara
perhatian mereka tidak focus, perhatiannya hanya kepada HP dan Gadget-nya.
Begitulah bila anak (orang) sudah dikendalikan oleh Notif.
Kedua, multi tasking. Karena meraka
(anak-anak) harus mencoba eksis di dunia-maya
kepada eksis dunia-nyata. Mereka
berupaya untuk terus-menerus, sampai-sampai ketika selesai sholat lalu
berdzikir, bedzikirnya sambil memegang HP membalas WA dari Grup-nya. Itulah multi
tasking.
4. Maka pola anak
sekarang tidak bisa dibodohi oleh orangtuanya, mereka bisa mencari sendiri
jawaban pertanyaan yang ada dalam hatinya.
Mereka tidak bisa dibodohi dengan jawaban orangtuanya yang sengaja
membodohkan anaknya, dengan jawaban sekenanya. Tidak bisa demikian. Jawaban
sekenanya itu bisa menyesatkan pikiran si anak. Lebih baik dijawab apa
sebenarnya, sambil diluruskan.
5. Anak sekarang
maunya serba-instan (serba-cepat,
terima-jadi). Akibat dari banyak informasi yang masuk. Paradigma
sekarang : Main cepat, cepat selesai, dst. Padahal yang serba cepat belum tentu
baik. Orang yang menunut ilmu (Kuliah)
seharusnya 4 atau 5 tahun selesai, tetapi percepat menjadi 1 atau 2 tahun, maka
hasilnya tidak memuaskan bahkan buruk. Sementara Ilmu yang dipelajari dengan
berulang-ulang, dengan waktu yang lama, maka ilmu akan meresap dalam diri
seseorang itu lebih baik.
6. Dampaknya anak sekarang (Generasi Milenium) : Mereka
punya sifat A-sosial, tidak peka terhadap lingkungan, maka wajar bila anak
sekarang sering tidak punya teman. Walaupun ia rajin dengan HP-nya atau
Gadget-nya. Bahkan dengan tetangga sebelah rumah saja tidak akrab. Bahkan
ketika berkerumun dengan teman-temannya, mereka tidak saling berbincang
(ngobrol), tetapi mereka masing-masing asyik dengan HP - ya (Gadget-nya).
7. Terburu-buru dan tidak teliti. Berita Hoax muncul di zaman sekarang. Dalam
Hadits Shahih riwayat Ibnu Majah, sudah diberitakan oleh Rasulullah saw
bersabda : “Akan terjadi kepada
manusia masa-masa penuh kebohongan
(berita bohong, Hoax), karena manusia tidak mampu memilih berita”. Maksudnya,
manusia tidak bisa memilih informasi.
Terima informasi langsung di-share
kepada teman-temannya, dst. Tidak
dicek dulu apakah berita itu benar atau berita bohong.
8. Sebaiknya, ketika
kita mendengar berita, hendaknya ber-Tawakuf (berhenti sejenak),
renungkan, pikirkan sebentar, benarkah berita tersebut, apakah bermanfaat untuk
di-share kepada orang lain, dsb.
Apakah yakin sumber berita benar, walaupun mengatas-namakan Islam.
9. Dampak dari Era
Milenium, anak-anak tidak tangguh, mudah putus asa. Menghadapi masalah sedikit
saja, sudah ngambek, putus asa, cengeng. Karena anak-anak dimanjakan Gadget.
Sebagaimana dinyatakan oleh Dr. Gregory Slighton, dalam seminarnya di
Singapore baru-baru ini, menyatakan : Gadget
punya Sosmed dimana orang-orang yang punya Gadget menjadikan dirinya seperti
Raja, karena punya “tombol” yang bisa menentukan nasib orang. Nama tombolmya
Block : Un-Folow, Un-Friend, Leftgroup, Delate-contact. Misalnya, masuk
grup WA, isi postingan dari teman-teman bikin sebal, tidak suka, langsung di-Block.
Atau ketika ada postingan yang menyakiti hatinya, langsung di Blok
Unfriend. Karakter demikian muncul di zaman Milenium . Maka dalam kehidupan nyata sehari-hari kalau
punya masalah langsung di Left, atau di Block Unfriend. Maka
jangan heran bila anak-anak sekarang dimasukkan ke sebuah sekolah, baru satu
minggu minta pindah-sekolah, hanya karena tidak suka melihat postur gurunya.
Demikian pula di tempat kerja, sering berpindah-pindah kerja, dst. Banyak
kawin-cerai di kalangan pasangan muda, karena putus-asa, tidak bisa
menyelesaikan persoalan rumah-tangga, hubungan suami-isteri, dst.
10.Tehno Junkised (Ketergantungan
dengan Gadget). Anak zaman sekarang
sangat tergantung pada Gadget-nya (HP-nya).
Bangun tidur bukan cuci muka, gosok gigi, tetapi yang dicari HP atau Gadget, bikin status. Bagi mereka
kehilangan HP lebih sedih dibanding kehilangan adiknya.
11.Konsumtif. Karena dunia Gadget dengan Sosmed-nya
membuat anak-anak bergaya konsumtif.
Mereka ingin sebagaimana yang mereka lihat di Sosmed, makan serba enak seperti
yang mereka lihat di Gadget dan Sosmednya.
12. Ikut-ikutan dan
mudah dipengaruhi. Saat ini anak-anak
remaja kita mudah sekali terjebak dalam dunai Gadget dan Sosmed, karena
lemahnya ikatan hati dengan orangtuanya, mereka sangat mudah dipengaruhi.
13.Solusinya, (salah satunya)
adalah : Perkuat hubungan antara
anak dan orangtua. Hindarkan anak dari
(pengaruh) HP dan Gadget.
Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.
SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN
LAILAHA ILLA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA ATUYBU ILAIK.
Wassalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh.
_______________
No comments:
Post a Comment